2023-03-23 02:31:14
Ditinjau oleh dr. Reni Utari
Obat HIV terbaru bernama Cabenuva dianggap memiliki efisiensi yang tinggi
Table of Content
Pada awal tahun 2021 silam, Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika (FDA) telah mengizinkan penggunaan obat HIV terbaru yang bernama Cabenuva. Ini adalah obat resep yang hanya digunakan tanpa obat HIV-1 lainnya.
Advertisement
Cabenuva adalah obat untuk infeksi HIV-1 pada orang dewasa dan menggantikan pengobatan HIV-1 yang selama ini digunakan. Virus HIV-1 merupakan virus yang menyebabkan AIDS.
Cabenuva adalah obat HIV terbaru yang diproduksi oleh perusahaan farmasi ViiV Healthcare. Obat ini merupakan kombinasi dari dua pengobatan HIV sebelumnya, yakni cabotegravir milik ViiV dan versi injeksi dari rilpivirine, obat HIV yang diproduksi oleh perusahaan farmasi Janssen.
Cabenuva merupakan obat yang diindikasikan sebagai rejimen lengkap untuk perawatan infeksi virus HIV-1 pada orang dewasa. Obat HIV terbaru ini dapat digunakan untuk penderita HIV dengan kriteria:
Sementara itu, Cabenuva dapat diberikan melalui dua suntikan yang terbagi menjadi:
Dosis awal Cabuneva mengandung cabotegravir 600 mg/3 mL dan rilpivirine 900 mg/3 mL, sedangkan dosis lanjutannya mengandung cabotegravir 400 mg/2 mL dan rilpivirine 600 mg/2 mL.
Sebelum mengambil rejimen jangka panjang pengobatan HIV dengan Cabenuva, pasien harus meminum tablet cabotegravir 30 mg dan rilpivirine 25 mg sekali sehari selama sebulan. Syarat ini diperlukan untuk menguji toleransi pasien terhadap obat-obatan ini.
Selanjutnya, pasien bisa mendapatkan penanganan HIV berupa suntikan Cabenuva sebanyak sekali dalam sebulan. Obat terbaru HIV ini dapat menggantikan rejimen obat antiretroviral yang selama ini harus diminum setiap hari.
Pengobatan HIV dengan Cabenuva mengubah dosis pemberian obat yang awalnya sekali setiap hari, menjadi hanya sekali dalam sebulan.
Efikasi dari obat HIV terbaru Cabenuva diklaim mencapai 95 persen. Berkat efikasi yang tinggi dan penggunaan yang lebih jarang, penderita HIV yang menerima Cabenuva dapat memiliki lebih banyak kebebasan untuk menjalankan aktivitas sehari-harinya.
Penderita HIV/AIDS yang mengonsumsi obat Cabenuva dapat belajar, bekerja, atau melakukan perjalanan tanpa perlu manajemen pengobatan oral setiap hari yang sebelumnya dilakukan.
Dosis awal yang telah disetujui untuk pemberian Cabenuva adalah sebulan sekali. Pada Februari 2021, sempat diajukan kembali usulan untuk mengubah dosis menjadi dua kali sebulan.
Akan tetapi, berdasarkan uji klinis, penggunaan obat Cabenuva sebanyak sekali atau dua kali dalam sebulan, telah terbukti tidak memiliki perbedaan yang signifikan.
Berikut adalah sejumlah kemungkinan efek samping yang dapat disebabkan pengobatan HIV dengan Cabenuva.
Segera hubungi rumah sakit yang menangani Anda jika mengalami reaksi alergi setelah menerima obat HIV terbaru Cabenuva. Beberapa tanda reaksi alergi terhadap obat ini adalah:
Pada sebagian orang, sejumlah gejala berikut dapat terjadi hanya dalam beberapa menit setelah menerima injeksi rilpivirine. Beberapa gejala yang bisa muncul setelah injeksi adalah:
Pengobatan HIV dengan Cabenuva juga dapat menyebabkan efek samping yang serius, termasuk:
Baca Juga
Dalam keterangan persnya, perusahaan farmasi ViiV mengungkapkan bahwa obat baru HIV cabenuva sudah mulai didistribusikan ke grosir dan distributor khusus di Amerika Serikat pada Februari 2021.
Harga yang dipasarkan untuk dosis pertama adalah sekitar $5.940 atau sekitar Rp84,6 juta, sedangkan dosis lanjutan dihargai $3.960 atau sekitar Rp56,4 juta. Hingga saat ini, Cabenuva belum masuk ke Indonesia.
Apabila Anda memiliki pertanyaan seputar masalah kesehatan, Anda bisa bertanya langsung dengan dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ secara gratis. Unduh aplikasi SehatQ sekarang di App Store atau Google Play.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Popularitas facial vampir terus melejit sejak Kim Kardhasian mengunggahnya 6 tahun silam. Di sisi lain, belum lama ini ada dua pelanggan VIP Salon di New Mexico terinfeksi HIV selesai menjalaninya.
Penderita HIV yang terinfeksi penyakit malaria berpotensi untuk mengalami peningkatan kadar virus HIV dalam tubuhnya dan memperbesar peluang penderita HIV untuk menularkan penyakit HIV kepada pasangannya.
Salah satu kondisi yang paling ditakutkan selama kehamilan adalah infeksi. Hal itu disebabkan efek dari infeksi dapat memengaruhi kesehatan ibu hamil dan janin dalam kandungan. Beberapa infeksi virus yang dapat menyerang ibu hamil adalah klamidia, herpes, zika, dan rubella. Untuk pencegahannya, Anda disarankan untuk menghindari area endemik infeksi, selalu menggunakan kondom saat berhubungan seksual, dan menjaga kebersihan.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Stasya Zephora
Dijawab oleh dr. Stasya Zephora
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved