Beberapa obat memang diketahui dapat memberikan efek samping berupa kerusakan hati, atau hepatotoksik. Namun, dokter tidak akan memberikan obat apa pun tanpa mempertimbangkan manfaat dan efek samping. Anda mungkin saja diberikan obat yang berpotensi merusak hati jika manfaatnya dirasa lebih besar.
Ditinjau secara medis oleh dr. Karlina Lestari
16 Jul 2021
Obat tertentu memiliki efek samping merusak hati (hepatotoksik), tapi tetap aman jika dikonsumsi sesuai anjuran dokter.
Table of Content
Hepatotoksik adalah reaksi paparan zat yang dapat mengakibatkan kerusakan hati. Paparan zat kimia, alkohol, dan obat-obatan tertentu dapat mengakibatkan reaksi hepatotoksik yang menyebabkan kerusakan sel hati, atau disebut dengan hepatotoksisitas.
Advertisement
Kenali lebih lanjut jenis obat yang berisiko menimbulkan hepatotoksik dan penanganannya untuk meminimalkan risiko hepatotoksisitas berikut ini.
Berikut beberapa obat-obatan bersifat hepatotoksik yang dapat menyebabkan kerusakan hati.
Asetaminofen (acetaminophen) adalah jenis obat yang biasa Anda temui dalam obat flu, demam, dan nyeri yang dijual bebas. Beberapa obat nyeri dengan label “non-aspirin” biasanya memiliki kandungan acetaminophen sebagai bahan utamanya. Paracetamol adalah salah satu contohnya.
Obat ini tergolong aman digunakan bahkan untuk penderita penyakit hati. Namun, konsumsi yang terlalu banyak dan mengonsumsinya dalam dosis tinggi terus-menerus tanpa pengawasan dokter dapat menyebabkan kerusakan hati.
Orang sehat tidak dianjurkan untuk mengonsumsi acetaminophen lebih dari 3.000 mg per hari, atau 1000 mg per dosis dalam jangka waktu lebih dari 3-5 hari karena berisiko hepatotoksik.
Statin adalah jenis obat penurun kolesterol dalam darah. Biasanya, orang yang memiliki kolesterol tinggi akan diresepkan obat ini.
Pasalnya, kadar kolesterol jahat dalam darah dapat memicu berbagai penyakit kronis seperti serangan jantung dan stroke.
Jenis obat statin, seperti atorvastatin dan simvastatin, tergolong obat Idiosyncratic drug-induced liver injury (DILI) yang dapat merusak sel hati.
Meski demikian, dokter akan tetap memberikan obat ini jika manfaat yang diberikan dinilai lebih besar dibandingkan risiko yang mungkin muncul.
Amiodarone adalah jenis obat kardiovaskuler yang digunakan untuk mengobati beberapa jenis gangguan irama jantung tidak teratur serius, seperti takikardia.
Amiodarone dan jenis obat antiaritmia lain, seperti quinidine juga bersifat hepatotoksik yang memicu kerusakan hati.
Anda hanya dapat mengonsumsi obat ini jika dokter menyarankannya, untuk mencegah efek samping pada organ hati.
Antibiotik berguna untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Sayangnya, ketidaktahuan masyarakat dan mudahnya mendapatkan obat ini membuat antibiotik sering kali disalahgunakan untuk mengobati penyakit yang mungkin disebabkan oleh virus.
Antibiotik berguna untuk membunuh dan mencegah pertumbuhan bakteri. Selain jadi kebal, minum antibiotik secara sembarangan juga berisiko menyebabkan kerusakan hati akibat hepatotoksisitasnya.
Jenis antibiotik yang dapat memicu kerusakan hati antara lain amoksisilin-klavulanat, eritromisin, minosiklin, dan nitrofurantoin. Meski demikian, Anda tidak perlu khawatir jika mendapatkan obat-obatan itu setelah berkonsultasi dengan dokter.
Pastikan Anda telah menyampaikan seluruh masalah kesehatan Anda kepada dokter, terutama jika ada gangguan pada organ hati.
NSAIDs adalah jenis obat pereda nyeri yang paling umum. Obat jenis ini biasa digunakan untuk mengatasi sakit kepala, keseleo, hingga radang sendi.
Beberapa jenis NSAID, seperti ibuprofen, nimesulide, sulindac, dan diklofenak juga bersifat hepatotoksik jika diminum secara sembarangan. Pastikan Anda mengonsumsi obat ini sesuai dengan masalah kesehatan yang Anda alami.
Obat antijamur adalah kelompok obat yang digunakan untuk mengobati infeksi jamur, mulai dari kurap hingga meningitis.
Penelitian dalan International Journal of Molecular Sciences menyebut, obat antijamur yang dikonsumsi secara oral, seperti ketoconazole dan golongan azole lainnya, kerap dikaitkan dengan peningkatan risiko hepatotoksisitas, alias kerusakan hati.
Obat antineoplastik jenis obat yang dapat mencegah, menghambat, dan menghentikan perkembangan neoplasma (tumor).
Sebuah ulasan berjudul Antineoplastic Agents pada tahun 2021 menyebutkan bahwa obat jenis antikanker ini diketahui dapat meningkatkan risiko hepatotoksisitas.
Beberapa obat yang dimaksud, antara lain floxuridine, flutamide, thioguanine, dan tamoxifen.
Beberapa produk suplemen dan herbal juga dapat bersifat hepatotoksik. Biasanya, ini karena uji cobanya belum memadai tapi sudah marak dikonsumsi.
Selain itu, proses pengolahan dan distribusi suplemen dan herbal juga memiliki kemungkinan kontaminasi yang bersifat racun bagi tubuh.
Beberapa suplemen dan herbal yang meningkatkan risiko kerusakan hati antara lain:
Obat yang tergolong idiosyncratic drug-induced liver injury (DILI) atau obat yang bersifat hepatotoksik cukup banyak di pasaran untuk mengatasi berbagai gangguan kesehatan.
Selain 8 jenis obat hepatotoksik di atas, beberapa obat berikut ini juga dapat memicu kerusakan sel hati atau hepatotoksisitas:
Meski demikian, perlu diperhatikan kembali, setiap obat pada dasarnya memiliki efek samping yang bisa saja berdampak ke hati atau efek samping lain, mulai dari ringan hingga berat.
Namun, bukan berarti obat-obatan tersebut tidak aman dan berbahaya. Anda perlu mengonsultasikan dengan dokter, sebelum mengonsumsi obat-obatan di atas secara sembarangan
Dengan demikian, manfaat yang didapat bisa lebih besar ketimbang efek sampingnya.
Baca Juga
Hati merupakan organ penting dalam tubuh yang berperan dalam proses metabolisme. Salah satu fungsi hati adalah menyaring semua zat yang masuk ke tubuh.
Sebuah tulisan berjudul How Does the Liver Work? menjelaskan bahwa dalam proses metabolisme, berbagai zat (termasuk nutrisi, obat-obatan, dan zat beracun) dari sistem pencernaan dibawa oleh darah menuju hati.
Di organ hati, seluruh zat itu akan diproses, disimpan, diubah, dan diteruskan kembali ke darah atau dilepas di usus untuk dikeluarkan bersama dengan tinja.
Zat yang berguna akan dilepaskan kembali ke aliran darah untuk tubuh, sementara yang berbahaya akan dibuangnya.
Dalam melakukan tugasnya memproses darah, racun akan terbentuk. Jika berlangsung dalam waktu yang lama, kondisi ini dapat menciptakan jaringan parut di hati hingga risiko sirosis hati.
Obat dirancang sedemikian rupa agar aman dikonsumsi, termasuk tidak merusak hati. Terkadang obat yang terbukti aman ternyata berpotensi bahaya bagi sebagian orang, tapi bisa juga aman-aman saja bagi yang lain.
Selain itu, kondisi seseorang dengan penyakit hati juga meningkatkan risiko kerusakan hati ketika mengonsumsi obat tertentu.
Konsumsi obat tertentu dalam jangka waktu panjang dan tidak sesuai dosis yang dianjurkan dokter juga dapat meningkatkan risiko hepatotoksisitas atau kerusakan pada hati.
Beberapa orang mungkin tidak dapat meninggalkan penggunaan obat karena kondisi tertentu.
Beberapa cara berikut ini dapat Anda lakukan untuk meminimalkan risiko hepatotoksisitas akibat penggunaan obat.
Baca Juga
Sebagian besar obat bersifat hepatotoksik dijual bebas dan bisa Anda dapatkan tanpa resep dokter. Untuk itu, bijaksana dalam menggunakan obat sangat penting untuk meminimalkan risiko kerusakan hati atau gangguan organ tubuh lainnya.
Sebelum membeli atau mengonsumsi obat, jangan lupa untuk menginfokan dokter atau apoteker terkait beberapa hal berikut:
Dengan begitu, dokter atau apoteker akan menyesuaikan pemberian obat dengan kondisi Anda. Dalam hal ini, mengikuti resep dokter atau membaca instruksi penggunaan dalam kemasan obat merupakan cara yang tepat dan aman dalam mengonsumsi obat.
Dokter juga akan meresepkan obat yang mungkin berisiko merusak hati selama manfaat yang diberikan jauh lebih besar dibandingkan risikonya bagi kesehatan Anda. Itu sebabnya, perlu pemantauan dokter saat hendak mengonsumsi obat, khususnya dalam jangka panjang.
Jika ada obat lain yang Anda curigai memiliki sifat hepatotoksik, Anda bisa berkonsultasi secara online menggunakan fitur chat dokter melalui aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download aplikasinya di App Store dan Google Play sekarang!
Advertisement
Ditulis oleh Yanita Nur Indah Sari
Referensi
Artikel Terkait
Vaksin hepatitis B pada bayi dilakukan 12 jam kelahiran untuk membuat tubuh kebal terhadap infeksi hati. Imunisasi ini bahkan menurunkan risiko komplikasi sirosis hingga kanker hati.
5 Apr 2023
Tes SGOT dan SGPT bertujuan untuk mengetahui fungsi hati dan melihat apakah ada indikasi kerusakan hati. Hasil tes di atas normal hanya menunjukkan ada gangguan pada organ hati, dan belum bisa mendeteksi penyebabnya.
12 Sep 2023
Hepatitis adalah infeksi virus yang menyebabkan peradangan pada hati. Berganti pasangan seksual, tato dan tindik dapat meningkatkan risiko terkena hepatitis.
7 Jun 2019
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved