logo-sehatq
logo-kementerian-kesehatan
Forum
Kesehatan Pria

Normozoospermia, Golongan Sperma Subur untuk Mencapai Kehamilan

open-summary

Normozoospermia merupakan spesifikasi yang digunakan dalam tes pemeriksaan sperma untuk menandakan kualitas dan kuantitas sperma dalam kondisi normal (subur). Jika tidak, maka sperma masuk ke dalam golongan oligozoospermia


close-summary

Ditinjau secara medis oleh dr. Reni Utari

15 Mei 2023

Normozoospermia mengindikasikan kualitas sperma yang subur

Normozoospermia adalah sebutan untuk sperma normal

Table of Content

  • Pemeriksaan sperma untuk memastikan normozoospermia
  • Pemeriksaan lanjutan jika hasil tes bukan normozoospermia
  • Kapan harus melakukan tes pemeriksaan sperma?
  • Catatan dari SehatQ

Normozoospermia merupakan istilah yang digunakan dalam tes pemeriksaan sperma untuk menandakan kualitas dan kuantitas sperma dalam kondisi normal.

Advertisement

Ketika sperma masuk dalam golongan normozoospermia, Anda berarti memiliki kesuburan yang normal dan dapat merencanakan kehamilan bersama pasangan, dengan syarat kesuburan istri juga sama baiknya.

Selain itu, tingkat kesehatan sperma juga bisa dikategorikan ke dalam oligozoospermia ringan dan oligozoospermia berat. Kondisi ini berarti kualitas sperma buruk, sehingga sperma kesulitan membuahi sel telur.

Pemeriksaan sperma untuk memastikan normozoospermia

Sebelum mengetahui apakah sperma tergolong normal tidak, Anda terlebih dahulu harus melakukan tes pemeriksaan sperma.

Tes pemeriksaan sperma ini penting untuk mengetahui kesuburan dan indikasi infertilitas (kemandulan) pada pria. Kendati demikian, tes pemeriksaan sperma hanya dapat mengetahui jumlah dan kualitas sperma, namun tidak dapat mengetahui penyebab kemandulan yang dialami pria.

Beberapa indikator yang diperhatikan dalam tes pemeriksaan sperma tersebut, antara lain:

1. Jumlah sperma dan air mani

Berdasarkan data badan kesehatan dunia, WHO, salah satu ciri sperma sehat dapat dilihat dari jumlah air mani. Normalnya, volume air mani pria saat ejakulasi berkisar antara 1,5-7,6 mL.

Selain itu, jumlah sperma normal biasanya dapat mencapai 15-200 juta per mililiter air mani. Jika jumlah air mani dan sperma sedikit, Anda perlu mewaspadai kemungkinan oligospermia.

Pria dikatakan mengalami oligospermia apabila:

  • Jumlah sperma saat ejakulasi 10-15 juta per mL air mani (oligozoospermia ringan)
  • Jumlah sperma saat ejakulasi kurang dari 5 juta per mL air mani (oligospermia berat)

2. Motilitas sperma

Motilitas sperma merupakan kemampuan gerak sperma untuk dapat mencapai sel telur. Berdasarkan data WHO, motilitas sperma (progresif dan nonprogresif) dikatakan normal apabila sebanyak 40-81% sel sperma yang keluar memiliki kecepatan gerak mencapai 25 mikrometer per detik. 

Apabila jumlah sperma dengan motilitas normal berada di bawah 32 persen, kondisi ini disebut dengan asthenozoospermia.

3. Konsentrasi sperma

Indikator penting lain yang diperhatikan dalam tes pemeriksaan sperma adalah konsentrasi sperma. Berdasarkan data WHO konsentrasi sperma pria berkisar 15–259 juta per mL air mani.

Selain keempat indikator tersebut, tes pemeriksaan sperma juga dilakukan untuk mengetahui vitalitas dan bentuk (morfologi) sperma.

Dari hasil tes pemeriksaan sperma, dapat diketahui apakah sperma tergolong normozoospermia, oligospermia ringan, atau oligozoospermia berat. Hasil tes tersebut juga mampu mengindikasikan awal penyebab infertilitas pada pria.

Baca Juga

  • Rambut Pria Rontok, Ini Penyebab dan Cara Mengatasinya
  • 15 Makanan Penambah Sperma agar Makin Subur
  • 10 Penyebab Testis Bengkak yang Perlu Diwaspadai Pria

Pemeriksaan lanjutan jika hasil tes bukan normozoospermia

Jika hasil tes pemeriksaan sperma menunjukkan Anda memiliki kualitas sperma yang buruk, dokter akan menyarankan pemeriksaan lanjutan untuk mengetahui lebih jauh penyebab infertilitas Anda.

Penyebab oligospermia yang berujung pada Infertilitas atau ketidaksuburan antara lain meliputi:

  • Genetik
  • Pernah melakukan operasi di masa silam
  • Kondisi kesehatan
  • Penyakit menular seksual
  • Paparan bahan kimia
  • Gaya hidup tidak sehat

Untuk mengetahui penyebab terjadinya infertilitas, dokter bisa saja menyarankan pemeriksaan lanjutan berikut ini:

1. Pemeriksaan fisik dan riwayat medis

Saat melakukan pemeriksaan fisik, dokter juga akan memeriksa alat kelamin Anda. Sejumlah pertanyaan akan diajukan dalam pemeriksaan ini untuk mengetahui penyebab infertilitas yang Anda alami, termasuk kondisi kesehatan, penyakit yang pernah dan tengah diderita, hingga operasi yang pernah dijalani.

Dalam tes pemeriksaan ini, dokter juga akan menanyakan perilaku seksual dan perkembangan seksual Anda selama menjalani masa pubertas yang mungkin memengaruhi tingkat kesuburan.

2. Tes hormon

Tes ini berfungsi untuk mengetahui adanya kelainan hormonal yang dapat memengaruhi kesuburan dan jumlah sperma Anda. Hormon yang diteliti dalam tes ini merupakan hormon yang diproduksi kelenjar hipofisis, hipotalamus, dan testis.

Tes hormon dilakukan dengan mengambil sampel darah pasien.

3. Tes genetik

Melalui sampel darah, dokter juga akan melakukan tes genetik untuk mengetahui adanya kemungkinan kelainan genetik yang dapat pengaruhi tingkat kesuburan Anda.

4. USG skrotum

Tes menggunakan USG skrotum dilakukan menggunakan gelombang suara berfrekuensi tinggi. Tes pemeriksaan ini berfungsi untuk mengetahui adanya masalah lain pada testis dan organ sekitarnya yang dapat memengaruhi tingkat kesuburan pria.

5. Biopsi testis

Tes biopsi testis dilakukan untuk mengetahui adanya kemungkinan lain penyebab infertilitas pada pria, seperti jalur transportasi sperma yang terhambat.

Kapan harus melakukan tes pemeriksaan sperma?

Tes pemeriksaan sperma perlu dilakukan bagi pria ketika kehamilan sulit dicapai, kendati pernikahan sudah berjalan 1-3 tahun. Tes ini juga perlu dilakukan oleh pria yang mengalami disfungsi seksual.

Setelah pemeriksaan selesai dilakukan dan dokter telah mengetahui apa penyebab kualitas sperma rendah, dokter akan menyarankan Anda untuk menerapkan sejumlah cara untuk menambah jumlah sperma, seperti mengonsumsi vitamin, olahraga teratur, menghindari rokok dan alkohol, serta istirahat yang cukup.

Tak hanya kuantitas atau jumlahnya yang diperbanyak, Anda juga perlu meningkatkan kualitas sperma dengan mengonsumsi makanan bergizi, misalnya buah dan sayuran yang kaya antioksidan, serta ikan yang mengandung asam lemak omega-3. Zat-zat tersebut penting untuk memastikan proses pembentukan sperma (spermatogenesis) berjalan optimal. 

Jika masih tidak cukup juga, dokter mungkin akan memberikan resep obat-obatan penyubur sperma untuk membantu merangsang hormon dalam memproduksi sperma, seperti obat hCG dan obat FSH.

Catatan dari SehatQ

Normozoospermia tentu menjadi sangat penting karena ini akan meningkatkan peluang kehamilan. Sebaliknya, mengidap oligozoospermia akan memperkecil peluang Anda untuk memiliki keturunan. Itu sebabnya, jangan ragu untuk memeriksakan kesehatan reproduksi Anda secara berkala, terutama jika sedang merencanakan kehamilan.

Anda bisa bertanya dengan dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ terlebih dahulu seputar kesehatan sperma sebelum melakukan pemeriksaan lebih lanjut di rumah sakit. Download aplikasi SehatQ sekarang juga di App Store dan Google Play

Advertisement

spermakesehatan priareproduksi pria

Ditulis oleh Aditya Prasanda

Referensi

Bagikan

Artikel Terkait

Diskusi Terkait di Forum

Advertisement

logo-sehatq
    FacebookTwitterInstagramYoutubeLinkedin

Langganan Newsletter

Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.

Perusahaan

Dukungan

Butuh Bantuan?

Jam operasional:
07:00 - 20:00 WIB

Hubungi Kami+6221-27899827

© SehatQ, 2023. All Rights Reserved