Narkolepsi adalah gangguan tidur ketika seseorang sulit membedakan saat tidur dan terjaga, sehingga penderitanya tidak bisa menahan rasa kantuk saat beraktivitas
25 Apr 2023
Ditinjau oleh dr. Anandika Pawitri
Penderita narkolepsi tidak dapat menahan kantuk dan sering tertidur ketika beraktivitas
Table of Content
Pernah mendengar istilah narkolepsi? Masalah tidur yang satu ini cukup langka, bisa terjadi pada setiap 1 dari 2.000 orang. Narkolepsi adalah gangguan pola tidur yang berlawanan dengan insomnia.
Advertisement
Jika insomnia identik dengan sulit tidur, maka narkolepsi justru sebaliknya. Penderitanya akan tidur dalam durasi yang berlebihan. Namun bukan berarti nyenyak, pasti bisa terbangun saat malam hari karena mimpi buruk. Hal ini bisa terjadi terus menerus. Lebih jauh lagi, narkolepsi bisa menyebabkan penderitanya merasakan halusinasi, sleep paralysis, hingga kehilangan kendali atas otot-otot.
Narkolepsi adalah gangguan tidur dan penyakit tidur kronis yang yang ditandai dengan rasa mengantuk yang berlebihan di siang hari dan menimbulkan serangan tidur. Orang yang mengalami narkolepsi mengalami kesulitan untuk tetap terjaga pada kondisi apapun. Narkolepsi terkadang diikuti oleh hilangnya kekuatan (tonus) otot atau katapleksi. Akibatnya penderita narkolepsi akan merasa lemas seketika.
Baca Juga
Seperti yang disebutkan di atas, salah satu gejala narkolepsi adalah rasa kantuk yang tidak kunjung hilang. Berbeda dengan rasa kantuk karena bergadang atau kurang tidur biasa, orang yang menderita narkolepsi bisa tiba-tiba tertidur saat sedang beraktivitas.
Bagi penderita narkolepsi, batasan antara terjaga dan tertidur sangatlah buram. Mereka tidak bisa membedakan sedang menjalani aktivitas atau berhalusinasi antara tidur dan bangun.
Saat tidur, mereka bisa merasa terjaga, begitu pula sebaliknya. Saat terjaga, mereka bisa tiba-tiba tertidur. Hal ini juga yang mendasari logo Narcolepsy Network dengan warna biru dan kuning. Narcolepsy Network adalah organisasi yang merangkul pasien narkolepsi dan berdiri sejak tahun 1986.
Bagi penderita yang juga mengalami katapleksi, mereka akan mengalami kesulitan mengendalikan otot. Akibatnya, bisa terjadi rahang miring maupun lengan dan kaki lunglai.
Salah satu pemicu terjadinya narkolepsi adalah hilangnya zat kimia dalam otak yang disebut hipokretin. Zat hipokretin ini bekerja di otak sebagai sistem pengingat agar seseorang tetap terjaga. Tak hanya itu, hipokretin juga mengatur siklus tidur seseorang.
Pada penderita narkolepsi, hipokretin yang seharusnya terletak di hipotalamus mengalami gangguan atau benar-benar rusak. Itulah mengapa penderitanya sulit untuk tetap terjaga dan tidak memiliki siklus tidur layaknya orang pada umumnya.
Narkolepsi juga diduga dapat disebabkan oleh penyakit yang merusak bagian otak penghasil hipokretin, seperti tumor otak, pernah mengalami cedera kepala, ensefalitis, dan multiple sclerosis.
Selain beberapa penyakit di atas, terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya narkolepsi atau memicu timbulnya penyakit autoimun hingga menyebabkan narkolepsi, yaitu:
Mungkin belum banyak orang yang familiar dengan kasus narkolepsi. Dalam Narcolepsy Network, ada wadah bagi para pasien untuk berbagi cerita.
Salah satunya datang dari Joyce, seorang remaja yang tinggal di Rhode Island, Amerika Serikat.
Sejak usianya 4 tahun, ia menyadari ada yang berbeda pada dirinya. Ia kerap melihat pakaian di lemari bergerak saat malam hari. Tak terhitung berapa kali ia menjerit karena mimpi buruk tentang monster yang bersembunyi di bawah kasurnya.
Berbeda dengan mimpi buruk khas anak-anak, semua itu terjadi saat Joyce masih terjaga, 100% masih terjaga.
Menginjak remaja, Joyce selalu tertidur saat pelajaran di kelas cenderung membosankan. Di sisi lain, ia merasa sangat tertantang ketika harus menaklukkan mata pelajaran tertentu yang dikenal sulit.
Beranjak dewasa dan menikah, Joyce sempat pindah ke beberapa negara sebelum tinggal di Inggris. Hal aneh masih mengikutinya: ia kerap merasa sangat ingin tidur di siang hari, bahkan saat tengah berinteraksi dengan orang lain.
Berikutnya, hidup menjadi kian menantang bagi Joyce. Ia berpisah dengan suaminya, membesarkan ketiga anaknya seorang diri, dan kesulitan mendapat pekerjaan karena narkolepsi yang dideritanya.
Hingga kini, Joyce bekerja untuk Narcolepsy Network paruh waktu. Tentunya karena ia perlu waktu untuk tidur di sela-sela aktivitasnya. Joyce mulai berdamai dengan “monster” yang menghantuinya sejak kecil.
Belum ditemukan obat untuk menyembuhkan narkolepsi, masalah tidur kronis yang terkait dengan saraf di otak. Pasien narkolepsi bisa menjajal obat untuk meringankan narkolepsi yang dideritanya.
Selain itu, perubahan gaya hidup juga bisa dilakukan, seperti mencatat pola tidur yang teratur dan berolahraga ringan.
Tak kalah penting adalah menghindari kafein, alkohol, atau makan berat jelang waktu tidur.
Menemukan aktivitas yang menenangkan sebelum tidur juga bisa jadi cara untuk membuat pasien narkolepsi bisa tidur dengan nyenyak.
Hingga saat ini belum ada pengobatan yang dapat menyembuhkan narkolepsi sepenuhnya. Tujuan pengobatan hanya untuk mengendalikan gejala, sehingga aktivitas penderita tidak terganggu.
Bagi penderita narkolepsi yang cenderung ringan, pengobatan dapat dilakukan dengan mengubah pola kebiasaan tidur. Berikut beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi rasa kantuk di siang hari dan meningkatkan kualitas tidur di malam hari:
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Gangguan tidur tak jarang berdampak buruk bagi kehidupan penderitanya. Tak hanya insomnia, gangguan tidur juga dapat berbentuk sleep apnea, parasomnia, dan narkolepsi.
Tidur dengan mata terbuka disebabkan oleh masalah di saraf atau otot wajah sehingga sulit untuk menahan agar mata benar-benar tertutup sepenuhnya.
Bagi penderita insomnia, tips agar cepat tidur merupakan salah satu yang paling sering ditanyakan. Jika ingin tidur nyenyak, Anda bisa melakukan beragam cara, mulai dari relaksasi hingga mengonsumsi Snoozzz, suplemen yang dapat memicu rasa kantuk.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Dijawab oleh dr. Stasya Zephora
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved