Menko Marves, Luhut Binsar Pandjaitan, mengumumkan prediksi gelombang Omicron di Indonesia terjadi di pertengahan Februari hingga awal Maret mendatang. Untuk mengantisipasi kesiapan rumah sakit, pemerintah terus mempercepat vaksinasi dan mengimbau masyarakat membatasi mobilitas, seperti WFH jika memungkinkan dan tidak ke luar negeri.
2023-03-26 18:33:22
Ditinjau oleh dr. Reni Utari
Varian Omicron merupakan mutasi baru dari virus Covid-19
Table of Content
Kasus Covid-19 varian Omicron terus mengalami peningkatan. Bahkan, kasus yang tadinya didominasi oleh pelaku perjalanan luar negeri (kasus impor), kini telah didominasi kasus transmisi lokal.
Advertisement
Menko Marves, Luhut Binsar Pandjaitan, memprediksi puncak gelombang Omicron di Indonesia akan terjadi pada pertengahan Februari hingga awal Maret.
Apa yang harus dilakukan untuk menghadapi puncak gelombang Omicron beberapa pekan mendatang?
Kasus Covid-19 mengalami tren peningkatan sejak awal tahun lalu. Melansir dari laman Satgas Covid-19, tercatat penambahan 1.300 kasus baru di Indonesia.
Seiring dengan meningkatnya angka Covid-19, dalam keterangan pers setelah menghadiri rapat terbatas dengan presiden pada Minggu (16/01), menteri kesehatan RI, Budi Gunadi, dan Menko Marves, Luhut Binsar Pandjaitan mengumumkan prediksi puncak gelombang Omicron di Indonesia.
Luhut menyebutkan, puncak gelombang Omicron di Indonesia mungkin akan terjadi di pertengahan Februari hingga awal Maret.
Pemaparan lebih mendetail disampaikan oleh menteri kesehatan, Budi Gunadi, sebagaimana dikutip dari siaran pers Kementerian Kesehatan RI.
“Beberapa negara telah mencapai puncak Omicron dalam waktu yang sangat cepat dan tinggi. Waktunya berkisar antara 35-65 hari,” papar Budi.
Kasus pertama Omicron di Indonesia sendiri sebenarnya telah terjadi pada Desember 2021. Namun, angkanya mulai naik pada awal Januari.
“Diperkirakan 35-65 hari dari awal Januari, akan terjadi kenaikan kasus yang cukup cepat dan tinggi,” tambahnya.
BACA JUGA: Cara Jaga Jarak Aman Saat Keluar Rumah Selama Pandemi Coronavirus
Pada awal Januari lalu, saat kasus mulai naik, kasus Omicron didominasi oleh pelaku perjalanan luar negeri, alias kasus impor.
Meski demikian, kasus transmisi lokal juga terus mengalami peningkatan. Transmisi lokal adalah penularan yang terjadi di antara masyarakat Indonesia sendiri.
Luhut menyebutkan bahwa DKI Jakarta mendominasi transmisi lokal Omicron per 16 Januari 2022.
“Dari data tersebut, kasus transmisi lokal sudah lebih tinggi daripada kasus transmisi yang disebabkan oleh dari pelaku perjalanan luar negeri. Kasus didominasi oleh Jawa-Bali, khususnya DKI Jakarta dan sekitarnya,” jelas Luhut.
Ia juga menambahkan, jumlah kasus di Jakarta bisa saja meningkat lebih tinggi apabila masyarakat tidak berhati-hati dan abai menerapkan protokol kesehatan.
Menanggapi hal itu, Presiden Joko Widodo dalam keterangan pers yang disiarkan oleh channel Youtube resmi Sekretariat Kabinet RI, mengimbau seluruh masyarakat untuk kembali mengetatkan protokol kesehatan.
Pemerintah juga mengimbau untuk kembali melakukan work from home (WFH) untuk kantor-kantor yang memungkinkan, membatasi mobilitas ke luar kota untuk menekan laju penularan, serta tidak ke luar negeri bila tidak ada urusan mendesak.
Varian Omicron adalah salah satu mutasi virus penyebab Covid-19.
Setelah varian Delta, WHO mengumumkan varian Omicron sebagai varian of concern karena penularannya yang lebih cepat dan meningkatkan risiko kesehatan masyarakat secara global.
Omicron atau varian B.1.1.529 pertama kali dilaporkan di Afrika Selatan pada 24 November 2021, meski Afrika Selatan bukan negara asalnya. Infeksi penularan Covid-19 dilaporkan mengalami peningkatan tajam di beberapa wilayah Afrika Selatan bertepatan dengan terdeteksinya varian baru Omicron.
BACA JUGA: Seputar Varian Mu Covid-19, Benarkah Kebal Vaksin?
Berdasarkan update terbaru dari WHO pada tanggal 26 November 2021, mutasi yang terjadi pada varian Omicron bisa saja berdampak pada perilaku virus, termasuk seberapa mudah penyebaran dan tingkat keparahan penyakit yang ditimbulkan.
Berikut ini beberapa fakta terbaru varian Omicron yang wajib Anda ketahui.
Banyak sumber menyebutkan bahwa Omicron lebih mudah menular dibandingkan varian lain, seperti varian Delta.
Dalam keterangan persnya pada Desember lalu (16/12), Budi Gunadi menyebutkan bahwa hal itu benar adanya.
Ia menambahkan, “Di Inggris yang awalnya 10 kasus per hari, naik jadi sekitar 100 per hari, dan sekarang sudah 70.000 kasus per hari, melebihi kasus harian tertinggi Indonesia pada Juli lalu.”
Belum jelas apakah infeksi virus Omicron menyebabkan penyakit yang lebih parah dari mutasi varian Covid-19 sebelumnya.
Data awal memang menunjukkan peningkatan rawat inap di Afrika Selatan. Namun, peningkatan itu belum diketahui apakah benar terjadi karena varian baru Omicron atau bukan.
Budi Gunadi menyatakan, hospitalization rate untuk kasus Omicron terbilang lebih rendah, dibandingkan dengan varian Delta. Hingga kini, dari sekitar 500 kasus Omicron yang butuh perawatan di rumah sakit, 300 di antaranya sudah dinyatakan sembuh.
Penggunaan oksigen pun terbilang baik, hanya 3 orang dan 2 di antaranya sudah diperbolehkan pulang dan dinyatakan sembuh.
Hal serupa juga termuat dalam laman UNICEF, studi awal menyebut bahwa Omicron mungkin tidak lebih parah dibandingkan varian Delta.
Namun, kemunculannya tetap harus diwaspadai karena dapat memberikan tekanan untuk fasilitas kesehatan, seperti rumah sakit.
Terlebih, beberapa negara juga telah mencatatkan kasus kematian akibat Omicron, antara lain Amerika Serikat, Australia, India, dan Korea Selatan. Meski, tetap butuh data lebih banyak untuk mengetahui apakah kematian pasien Omicron itu benar-benar disebabkan oleh Omicron saja atau ada faktor lain.
Banyak sumber mengungkapkan perbedaan gejala Omicron dengan varian covid-19 lainnya. Namun, dalam edaran terbarunya, WHO belum menginformasikan terkait perbedaan gejala Omicron dengan varian lainnya.
Hingga saat ini, gejala yang ditimbulkan terbilang ringan.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh dr. Michael Chan Chi-wai dan Profesor John Nicholls dari Fakultas Kedokteran Li Ka Shing, Universitas Hong Kong menyatakan bahwa Omicron menular jauh lebih cepat tapi dengan tingkat keparahan yang lebih ringan.
Meski demikian, masih diperlukan banyak penelitian untuk mengonfirmasi kesimpulan ini
Informasi terbatas menyatakan bahwa peningkatan risiko infeksi berulang pada Omicron sangat mungkin terjadi.
Artinya, Anda yang sebelumnya pernah terkena Covid-19 juga bisa lebih mudah terkena Omicron dibandingkan varian lainnya. Namun, perlu ada penelitian lebih lanjut terkait kepastian akan informasi ini.
Meski masih dalam pengkajian terkait potensi vaksin terhadap varian Omicron, WHO tetap menjadikan vaksin Covid-19 sebagai hal yang penting untuk mengurangi tingkat keparahan penyakit dan kematian akibat virus Covid-19.
BACA JUGA: Batuk Covid-19 atau Batuk Biasa, Ini Bedanya
Meningkatnya kasus varian Omicron di Indonesia tidak lepas dari meningkatnya mobilitas masyarakat pada momen libur akhir tahun. Namun, mengingat kini angka transmisi lokal sudah mendominasi, pemerintah mengimbau untuk kembali mengetatkan protokol kesehatan.
Menjalankan protokol kesehatan secara ketat, membatasi mobilitas, menghindari kerumunan, dan menjaga jarak masih menjadi cara utama dalam mencegah penyebaran.
Selain itu, pemerintah juga meminta masyarakat untuk segera mendapatkan vaksin booster Covid-19 bila sudah mendapatkan undangan atau telah 6 bulan dari dosis kedua.
Kebijakan karantina kedatangan luar negeri juga terus dilakukan mengacu pada Surat Keputusan No. 1 Tahun 2022.
Aturan karantina yang perlu Anda ketahui terkait kedatangan luar negeri dalam upaya mencegah penyebaran Omicron, antara lain
Walau baru berlaku 2 hari, dalam keterangan pers usai menjalankan rapat terbatas dengan presiden pada 3 Januari 2021, Menko Marinves, Luhut Binsar Panjaitan menyebutkan perubahan aturan lamanya masa karantina kedatangan luar negeri.
Mengutip pernyataannya dari kanal Youtube Sekretariat Kabinet RI, Luhut menyebutkan masa karantina berubah dari 14 hari menjadi hanya 10 hari, sedangkan yang 10 hari menjadi 7 hari.
BACA JUGA: Aktivitas di Tempat Umum yang Bisa Tingkatkan Risiko Penularan Virus Corona
Menyikapi kemungkinan pertambahan kasus Covid-19, khususnya varian Omicron, pemerintah meminta masyarakat untuk tidak panik, tapi tetap waspada. Membatasi mobilitas juga dapat membantu menekan laju penularan.
Pemerintah masih mengimbau untuk masyakarat tidak melakukan perjalanan ke luar negeri, utamanya negara yang mencatat kasus Omicron tinggi. Menerapkan protokol kesehatan secara ketat dan mendapat vaksinasi juga masih menjadi upaya utama yang perlu dilakukan untuk mencegah penyebaran Covid-19.
Pemerintah mungkin saja mengambil kebijakan pembatasan mobilitas sebagai langkah akhir antisipasi datangnya puncak gelombang Omicron.
Ingat untuk selalu menggunakan masker yang pas menutup wajah, gunakan double mask, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir sesering mungkin, menjaga jarak dengan orang lain minimal 1,5 meter, memastikan sirkulasi udara/ventilasi, hindari ruangan tertutup, hindari keramaian, dan terapkan etika batuk dan bersin yang benar.
Anda juga perlu segera mendapatkan vaksinasi Covid-19 jika memang belum mendapatkannya. Vaksin Covid-19, jenis apa pun, terbukti menurunkan risiko kematian dan angka rawat inap di rumah sakit akibat gejala berat.
Bagi Anda yang sudah mendapatkan vaksin lengkap, segeralah mendapatkan vaksinasi booster untuk membantu meningkatkan pertahanan tubuh terhadap Covid-19.
Jika masih ada pertanyaan seputar varian Omicron atau berita terbaru tentang Covid-19, Anda juga bisa berkonsultasi dengan dokter melalui aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download aplikasinya di App Store dan Google Play sekarang!
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Penyebab meningitis pada anak atau dewasa cukup beragam, mulai dari virus, bakteri, jamur, hingga parasit. Bagaimana cara mencegahnya?
Cara menjaga kehamilan saat varian Omicron sedang menyebar luas antara lain dengan mendapatkan vaksin booster, menerapakan protokol 6M, rajin kontrol ke dokter, dan menjalani gaya hidup sehat.
Beredar klaim bahwa sinar UV dapat membunuh virus corona Covid-19. Beberapa negara bahkan sudah menggunakannya untuk mendisinfeksi virus corona dari benda yang digunakan sehari-hari. Namun, apakah klaim ini sudah dibuktikan dengan penelitian?
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved