Multitasking atau melakukan lebih dari satu pekerjaan sekaligus malah akan membuat produktivitas menurun. Hal ini malah akan membuat pekerjaan lama selesainya.
2 Mar 2022
Ditinjau oleh dr. Karlina Lestari
Multitasking akan mempengaruhi produktivitas dalam bekerja
Table of Content
Multitasking adalah suatu cara melakukan dua tugas atau lebih secara bersamaan atau simultan atau secara berganti-ganti. Kebiasaan ini memang nampak bisa jadi cara cepat untuk menyelesaikan beberapa hal sekaligus.
Advertisement
Namun beberapa riset membuktikan bahwa manusia ternyata tidak sejago itu dalam melakukan beberapa pekerjaan sekaligus. Bahkan para ilmuwan menyimpulkan bahwa kegiatan melakukan beberapa tugas secara bersamaan sebetulnya malah bisa menurunkan produktivitas sebanyak 40 persen.
Nampak sibuk bekerja dan melakukan beberapa hal sekaligus membuat seseorang dianggap produktif. Inilah yang dikenal dengan multitasking. Bekerja dengan cara seperti ini justru terbukti menurunkan tingkat produktivitas.
Dampak negatif dari orang yang melakukan beberapa pekerjaan sekaligus adalah kesulitan mengabaikan gangguan dari hal lain yang juga dikerjakan bersamaan dibanding dengan orang yang konsentrasi mengerjakan satu tugas pada satu waktu. Melakukan banyak tugas sekaligus juga berpotensi mengganggu kemampuan kognitif dan kinerja otak Anda.
Dalam upaya mencari tahu dampak multitasking, dua ilmuwan bidang psikologi Robert Rogers dan Stephen Monsell melakukan sebuah riset mendalam. Mereka meminta para peserta riset untuk berganti tugas dan mengukur berapa banyak waktu produktif yang hilang akibat berganti tugas tersebut.
Mereka mendapati bahwa para partisipan mengerjakan tugas lebih lambat ketika harus berganti-ganti tugas. Dibanding mereka diminta melakukan tugas yang sama berulang kali, hasil yang didapat pun lebih baik. Semakin banyak jenis tugas yang harus dilakukan secara simultan oleh para partisipan, makin banyak pula waktu produktif yang hilang karenanya.
Sementara menurut penelitian dari Joshua Rubinstein, Jeffrey Evans, dan David Meyer, manusia mengalami dua tahap proses kendali eksekutif berikut ini:
Melakukan kedua tahap tersebut mungkin hanya memakan waktu produktif sebanyak sepersekian detik. Namun, durasi produktivitas yang termakan akan semakin banyak bila seseorang mesti melakukan dua tahap itu berganti-ganti dan berulang-ulang.
Pada beberapa kasus, penurunan produktivitas mungkin tidak masalah. Salah satu contoh aman multitasking adalah menyetrika setumpuk pakaian sambil menonton televisi.
Ketika seseorang berada pada situasi saat produktivitas, konsentrasi, dan keselamatan adalah hal penting, beberapa detik bisa sangat berarti. Ambil contoh saat seseorang menyetir sambil berbicara di telepon genggam, hilang konsentrasi menyetir selama beberapa detik bisa saja berujung pada kecelakaan.
Hal-hal yang mungkin bisa jadi bahan pertimbangan saat Anda hendak melakukan multitasking adalah sebagai berikut:
Percayalah, kemampuan multitasking adalah kebiasaan yang tidak akan menghemat waktu. Anda bahkan Anda mungkin akan benar-benar butuh waktu lebih lama dalam menyelesaikan dua proyek yang dikerjakan berganti-gantian dalam satu waktu dibanding saat menyelesaikannya satu persatu dalam waktu yang berbeda.
Contohnya saat mengemudi, sebuah riset dari University of Utah membuktikan bahwa pengemudi ternyata butuh waktu lebih lama sampai di tempat tujuan saat mereka mengemudi sambil mengobrol lewat telepon genggam.
Penelitian lain dari University of California Irvine mengukur detak jantung kelompok karyawan yang konstan mengakses email kantor dan yang tidak. Hasilnya pun cukup mengejutkan.
Ditemukan bahwa pekerja kantoran yang selalu mengakses email kantor ternyata senantiasa berada dalam kondisi waspada dan memiliki detak jantung yang lebih tinggi. Sedangkan, kelompok yang tidak mengakses email melakukan lebih sedikit multitasking dan memiliki tingkat stres yang lebih rendah.
Penelitian lain juga menyatakan bahwa multitasking yang dilakukan terus-menerus dapat menyebabkan depresi maupun gangguan kecemasan.
Baca juga: Cara Melatih Fokus dan Konsentrasi dalam Pekerjaan
Ketika melakukan dua hal berbeda dalam waktu yang bersamaan, Anda biasanya akan melupakan detail dari salah satu atau bahkan kedua aktivitas tersebut. Sebut saja membaca buku sambil menonton televisi. Pasti ada satu bagian yang akan Anda lupakan.
Menurut sebuah riset, menyela berjalannya salah satu tugas untuk berfokus pada tugas lain memang bisa mengganggu daya ingat jangka pendek. Oleh karena itu, berhati-hatilah saat sedang melakukan multitasking. Pasalnya, terbiasa multitasking adalah salah satu salah satu hal yang membuat Anda tidak sadar sedang melakukan berbagai tugas secara bersamaan.
Untuk menghindari penurunan produktivitas maupun dampak lainnya, usahakan fokus dan menyelesaikan satu tugas atau satu pekerjaan pada satu waktu terlebih dulu. Setelah itu, barulah beralih ke tugas lain. Anda juga bisa membuat skala prioritas untuk menentukan pekerjaan mana dulu yang harus dikerjakan. Dengan ini, Anda bisa saja lebih menikmati proses penyelesaian tugas tersebut.
Multitasking akan membuat kerja otak menjadi makin berat. Biarpun kapasitas otak sangat besar, memberikan pekerjaan yang berbeda dalam satu waktu juga akan membebaninya.
Hal ini pun akan membuat kreativitas Anda menurun. Bisa jadi, hasil pekerjaan yang dilakukan tidak memuaskan.
Risiko multitasking atau membagi pikiran adalah fokus yang terpecah. Lebih parahnya lagi jika Anda perlu fokus yang tinggi dalam melakukan pekerjaanya. Sebut saja menyetir kendaraan bermotor.
Menelepon sambil menyetir akan meningkatkan risiko kecelakaan. Pasalnya, dua hal itu harus dilakukan dengan fokus yang tinggi. Memalingkan fokus pada salah satunya akan berpotensi mengalami kesalahan.
Baca juga: Cara Jitu Meningkatkan Daya Ingat untuk Anda yang Pelupa
Alih-alih membuat pekerjaan cepat selesai, multitasking malah akan membuat Anda tidak fokus. Dampak lain yang bisa muncul adalah kerusakan pada otak dan menurunnya daya ingat. Cobalah untuk fokus pada satu pekerjaan sebelum mengerjakan hal lainnya.
Untuk berdiskusi lebih lanjut seputar kesehatan otak dan produktivitas, tanyakan langsung pada dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download sekarang di App Store dan Google Play.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Faktor lingkungan bisa berdampak signifikan pada kesehatan mental seseorang. Lingkungan berarti perpaduan faktor fisik seperti tempat tinggal dan juga orang yang ada di sekitar.
Aerophobia adalah rasa takut luar biasa yang muncul saat harus naik pesawat. Kondisi ini bisa muncul akibat pengalaman atau faktor lingkungan keluarga dekat
Middle child syndrome atau sindrom anak tengah adalah kondisi psikologis yang bisa membuat anak tengah merasa dikucilkan. Ciri-cirinya meliputi takut bersosialiasi, merasa tidak berguna, hingga frustrasi.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved