Kejang cluster atau kejang akut berulang meningkatkan risiko cedera fisik dan kematian. Kini, kejang berulang dapat diatasi dengan midazolam, semprotan hidung sekali pakai untuk individu berusia di atas 12 tahun.
Ditinjau secara medis oleh dr. Karlina Lestari
10 Jun 2019
Obat baru ditemukan untuk mengobati kejang cluster.
Table of Content
Pada 20 Mei lalu, untuk pertama kalinya setelah lebih dari 20 tahun, US Food and Drugs Administration (FDA) meresmikan midazolam dalam bentuk semprotan hidung sebagai pilihan pengobatan kejang cluster atau kejang akut yang berulang. Selama ini, pengobatan kejang cluster merupakan tantangan besar bagi dokter ataupun penderitanya.
Advertisement
Midazolam adalah obat golongan benzodiazepin yang merupakan obat penenang. Obat ini bekerja dengan menurunkan kerja sistem saraf pusat (saraf otak). Obat ini memiliki manfaat baru sebagai obat untuk mengatasi kejang cluster atau kejang akut berulang. Bentuk obat ini dapat digunakan dalam bentuk semprotan hidung.
Kejang cluster merupakan kejang dengan terjadi secara berulang dalam satu serangan. Hal ini sering terjadi pada anak dengan epilepsi seperti dalam sindrom Lennox Gastaut, yaitu epilepsi berat dengan berbagai tipe epilepsi dan sulit diatasi.
Kejang cluster yang tidak teratasi dapat meningkatkan risiko cedera fisik, kerusakan neurologis, dan status epileptikus, yaitu kejang yang berlangsung dalam waktu lama dan dapat mengancam nyawa.
Semprotan hidung midazolam dapat digunakan untuk penderita kejang akibat epilepsi pada individu berusia di atas 12 tahun. Adanya penggunaan obat ini memberikan harapan dan solusi bagi para penderita epilepsi tidak terkontrol. Selama ini, keterbatasan pilihan yang ada berdampak pada penurunan kualitas hidup penderitanya.
Semprotan hidung midazolam didesain sebagai pengobatan sekali pakai yang dapat dibawa oleh penderitanya, dan dapat diberikan oleh siapa pun ketika terjadi kejang cluster. Sebelumnya, midazolam digunakan dalam bentuk disuntikkan untuk mengatasi penderita status epileptikus. Penggunaan obat ini hanya dapat dilakukan dalam pengawasan dokter.
Efektivitas dari semprotan hidung midazolam ini terbukti dalam penelitian yang menyertakan 292 orang penderita kejang kluster. Pada fase awal, responden mendapatkan 2 kali semprotan dalam rentang waktu 10 menit dengan dosis 5 mg tiap semprotan.
Setelah dilakukan pemeriksaan, sebanyak 201 responden yang mengalami satu serangan kejang kluster akan diberikan 1 semprotan hidung midazolam atau plasebo. Kriteria keberhasilan pengobatan ini adalah kejang yang berhenti dalam 10 menit setelah pemberian semprotan hidung atau tidak adanya kejang yang berulang selama 6 jam dari pemberian obat.
Hasilnya didapatkan bahwa semprotan hidung midazolam secara signifikan berhasil untuk mengatasi kejang yang dialami. Selain itu, dalam penelitian ini juga menemukan bahwa penderita yang memperoleh midazolam memiliki waktu bebas kejang yang lebih lama dibandingkan penderita yang hanya mendapatkan plasebo.
Penggunaan semprotan hidung midazolam memiliki efek samping yang serupa dengan penggunaan midazolam dalam bentuk lainnya. Efek yang ditimbulkan, yaitu mengantuk, sakit kepala, dan batuk akibat iritasi tenggorokan. Selain itu, penggunaan pada hidung dapat menyebabkan rasa tidak nyaman dan hidung berair.
Penggunaan obat baru ini tidak diperbolehkan pada penderita glaukoma sudut tertutup. Adanya konsumsi obat sedasi lainnya, seperti obat nyeri golongan opioid, dapat menyebabkan efek sedasi berat, depresi pernapasan, koma, hingga kematian.
Sebelum Anda memutuskan untuk menggunakan obat ini, sebaiknya konsultasikan dahulu pada dokter mengenai obat lainnya yang sedang Anda konsumsi.
Advertisement
Ditulis oleh Giovanni Jessica
Referensi
Artikel Terkait
Kebiasaan menunda pekerjaan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya mindfulness. Apa itu mindfulness dan bagaimana hal tersebut dapat menghilangkan kebiasaan menunda yang sering kita lakukan?
21 Jun 2019
Akibat tidak sarapan pagi, Anda dapat mengalami peningkatan berat badan drastis. Anda pun jadi mudah stres karena lapar membuat hormon kortisol meningkat.
21 Apr 2022
Stroke menjadi penyebab kematian tertinggi di Indonesia pada tahun 2014. Per tahun 2018, prevalensi stroke penduduk umur ? 15 tahun mencapai angka lebih dari 2 juta orang. Seperti apa tanda-tanda stroke ringan yang perlu diwaspadai sebelum menjadi stroke?
30 Jul 2023
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved