Micromanagement adalah cara memimpin yang berlebihan dalam mengatur pekerjaan karyawan, bahkan hingga hal terkecil sekalipun.
17 Des 2021
Ditinjau oleh dr. Anandika Pawitri
Micromanagement bisa berdampak buruk pada kinerja dan kesehatan mental karyawan
Table of Content
Ada beberapa gaya kepemimpinan atau manajemen yang perlu dihindari. Pasalnya, cara ini berpotensi mengurangi risiko terjadinya penurunan produktivitas, motivasi kerja serta kondisi mental karyawan. Salah satunya adalah micromanagement.
Advertisement
Karyawan yang bekerja di bawah pemimpin yang melakukan micromanagement sering tidak memiliki kepuasan kerja yang baik. Karena itu, penting bagi Anda untuk mengenali pengertian, ciri, dampak, hingga cara menghadapinya. Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai micromanagement.
Micromanagement adalah gaya kepemimpinan yang ditandai dengan keterlibatan berlebihan dari seorang manajer dalam setiap hal kecil yang dilakukan oleh bawahannya. Pemimpin dengan kecenderungan micromanaging, akan mengatur hal-hal sekecil apapun dari anak buahnya.
Biasanya, seorang manajer atau pemimpin yang memiliki gaya kepemimpinan seperti ini punya karakter yang serupa, yaitu perfeksionis dan mudah merasa insecure atau tidak mudah percaya pada orang lain maupun diri sendiri.
Meski sekilas micromanagement terlihat sebagai hal yang bisa menjaga kualitas pekerjaan, pada kenyataanya, kebiasaan ini justru meningkatkan ketidaknyamanan bawahan, menurunkan produktivitas kerja, dan meningkatkan turnover atau kecenderungan karyawan untuk pindah perusahaan.
Tak hanya itu, micromanagement juga dapat memberikan dampak buruk terhadap kondisi mental karyawan tersebut.
Baca Juga: Penyakit Akibat Kerja yang Sering Diderita Karyawan
Ciri micromanagement sebenarnya tidaklah susah untuk dikenali. Berikut ini beberapa tanda Anda berada di bawah atau bahkan melakukannya:
Baca Juga: Gambaran Lingkungan Kerja yang Baik dan Sehat untuk Karyawan
Dampak micromanagement di lingkungan kerja cukup signifikan, terutama untuk kondisi mental karyawan. Apa sajakah itu?
Memiliki atasan yang mengerjakan semuanya sendiri atau tidak percaya pada bawahan, membuat karyawan sulit berkembang. Pasalnya, anak buah tidak diberi kesempatan untuk belajar dan melakukan serta memperbaiki kesalahan.
Bekerja di bawah pemimpin dengan kebiasaan micromanaging kerap memicu perasaan stres dan frustasi. Dampak ini juga muncul akibat tidak ada kepercayaan yang diberikan.
Manajer yang mengatur hingga hal-hal terkecil cenderung memperlakukan bawahannya seperti anak kecil yang tidak paham apa-apa.
Selain itu, manajer dengan gaya kepemimpinan ini suka ikut campur dalam segala urusan karyawannya dan mudah menyalahkan bawahannya. Hal ini tentu memicu rasa tidak nyaman yang kemudian berujung pada stres, frustasi, dan penurunan motivasi kerja.
Tugas seorang manajer seharusnya menjadi pengawas dan pembentuk strategi dalam lingkup yang lebih besar, untuk kemajuan perusahaan. Jika hal-hal teknis dan sederhana yang seharusnya bisa menjadi tugas karyawan dilakukan sendiri oleh atasan, ini tentu akan menghambat kinerja sang atasan.
Dinamika tim pun menjadi tidak efektif dan membuang banyak waktu. Akibatnya, produktivitas tim akan menurun.
Bekerja di bawah pemimpin dengan kecenderungan micromanaging, dapat membuat bawahan menjadi cepat lelah. Misalnya karena tekanan yang lebih tinggi dan berbagai ketidakpuasan yang dialami. Sebagai akibatnya, angka izin karena sakit akan meningkat.
Tidak hanya sakit secara mental, bekerja di bawah sistem micromanagement bisa pula memengaruhi tubuh secara fisik. Hal ini dapat membuat biaya kesehatan dari kantor untuk karyawannya membengkak.
Ketika motivasi kerja turun, stres dan frustasi muncul, serta tekanan jauh lebih tinggi, seorang karyawan bisa merasa tidak tahan lagi dan mengambil jalan keluar dengan mengundurkan diri.
Itu berarti, micromanagement dapat memicu naiknya tingkat pengunduran diri karyawan. Akibatnya, perusahaan harus terus-menerus mencari orang baru untuk menggantikannya. Inilah yang disebut sebagai turnover yang tinggi.
Baca Juga: Cara Meraih Work Life Balance untuk Mental yang Lebih Baik
Micromanagement bisa berdampak pada kesehatan fisik maupun mental. Oleh sebab itu, Anda perlu mengetahui cara untuk menghindarinya.
Bukan hal yang mudah jika Anda berada di bawah pemimpin yang melakukan micromanagement. Namun bukan berarti Anda harus langsung mengundurkan diri atau menyerah.
Sederet trik di bawah ini bisa Anda terapkan untuk menghadapi atasan dengan kebiasaan micromanaging:
Bicara langsung dengan atasan adalah salah satu cara paling efektif untuk menghadapi sistem micromanagement.
Diskusikan bersama atasan mengenai apa yang perlu Anda lakukan untuk memenuhi ekspektasinya. Lalu lakukan kolaborasi untuk mendapatkan rasa percaya atasan.
Tunjukkan pada manajer bahwa Anda dan dia memiliki tujuan yang sama, yaitu menyelesaikan tugas dengan baik atau memajukan perusahaan. Dengan ini, Anda bisa membangun rasa percaya dan membuat manajer melonggarkan sistem kepemimpinannya.
Salah satu latar belakang micromanagement adalah kurangnya rasa percaya. Jadi jika Anda berhasil membuat atasan percaya bahwa Anda mampu menyyelesaikan tugas dengan baik tanpa perlu diawasi hingga detail terkecil, Anda bisa terbebas dari bos yang sering micromanaging.
Untuk mendapatkan kepercayaan tersebut, sisihkan waktu Anda untuk berbicara dengan manajer mengenai strategi Anda dalam menyelesaikan target hingga rencana jangka panjang Anda.
Seseorang yang menjalani micromanagement biasanya tidak menyadari bahwa dirinya melakukan hal tersebut. Ia juga tentu tidak suka jika diberi label sebagai orang yang senang micromanaging.
Karena itu, ika perilaku ini sudah berdampak buruk pada kinerja Anda dan Anda ingin mengungkapkannya secara jujur, sebaiknya lakukan secara privat. Hindari konfrontasi di depan umum dan bicarakan baik-baik.
Jadikan sesi bicara ini sebagai sesi yang ramah, tanpa konfrontasi, namun padat isi. Dengan begitu, sesi ini akan lebih mudah diterima oleh atasan dan bukan tidak mungkin akan berujung pada peningkatan rasa percaya serta membuat Anda terlepas dari micromanaging.
Baca Juga
Micromanagement adalah sistem yang berpotensi menurunkan produktivitas sekaligus status kesehatan karyawan. Oleh karena itu, penting bagi Anda untuk tahu menyadari dampak yang bisa terjadi dan cara menghadapinya.
Apabila Anda masih memiliki pertanyaan seputar micromanagement maupun dampaknya, diskusikan secara langsung pada dokter lewat fitur Chat Dokter yang ada di aplikasi kesehatan SehatQ. Unduh secara gratis di Appstore maupun Google Play.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Program Jaminan Kecelakaan Kerja BPJS Ketenagakerjaan memberikan perlindungan atas risiko yang terjadi dalam bekerja, termasuk mengalami kecelakaan saat berangkat kerja atau sedang bekerja, hingga terkena penyakit yang disebabkan lingkungan kerja.
Faskes tingkat 1 adalah fasilitas kesehatan BPJS Kesehatan yang terletak dekat dengan tempat tinggal peserta. Tujuannya untuk memudahkan Anda mendapat pelayanan kesehatan dengan cepat, terutama di saat darurat.
Toxic productivity merupakan kebiasaan bekerja yang berlebihan untuk tujuan yang kadang tidak realistis. Kebiasaan ini tentu bisa mengganggu kesehatan fisik dan mental seseorang.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Dijawab oleh dr. Stasya Zephora
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved