Menolong orang lain bisa jadi sumber kebahagiaan. Namun ada kalanya justru bisa membuat kewalahan, disebut juga dengan messiah complex atau savior complex.
4 Jun 2021
Ditinjau oleh dr. Anandika Pawitri
Menolong orang lain hingga kewalahan bisa menjadi tanda messiah complex
Table of Content
Memang benar bahwa menolong orang lain bisa jadi sumber kebahagiaan. Namun ada kalanya justru bisa membuat kewalahan, disebut juga dengan messiah complex atau savior complex. Ciri-ciri utamanya adalah muncul rasa ingin menolong orang lain bahkan jika orang yang bersangkutan menolak.
Advertisement
Lebih parahnya lagi, orang dengan white knight syndrome ini juga bisa jadi hanya merasa bangga terhadap dirinya ketika sudah menolong orang lain. Lalu, apa jadinya jika ini tidak terwujud? Salah-salah, orang dengan sindrom ini bisa merasa tidak berguna.
Hal utama yang membedakan messiah complex dengan keinginan menolong orang lain adalah fantasi merasa berkuasa. Artinya, ada pemahaman sepihak bahwa Anda adlaah satu-satunya orang yang bisa membuat segala sesuatu menjadi lebih baik. Termasuk ikut campur urusan orang lain.
Berikut ini beberapa ciri orang yang mengalami savior complex:
Dalam sebuah hubungan, orang dengan sindrom white knight ini selalu ingin menyelamatkan pasangan dari hal buruk. Ada ketertarikan lebih besar kepada orang yang menghadapi banyak masalah dalam hidupnya. Ini bisa terjadi karena sikap empati kepada orang lain.
Misi lain yang ada dalam kamus orang dengan messiah complex adalah merasa bisa mengubah orang lain. Sosok ini merasa tahu kondisi apa yang terbaik untuk orang lain. Contohnya dengan meminta mereka menjalani hobi baru, mencari pekerjaan lain, atau mengubah perilaku tertentu.
Padahal, keputusan untuk berubah ada pada tiap individu. Tidak ada campur tangan orang lain, bahkan pasangan sekalipun. Tak ada gunanya memaksakan orang lain untuk berubah. Justru, perilaku dari sindrom ini dapat merusak sebuah hubungan.
Terkadang, tidak semua masalah harus segera menemukan solusi. Utamanya masalah yang cukup besar seperti trauma, kesedihan, atau penyakit. Perlu waktu hingga muncul solusi yang dirasa tepat.
Namun orang dengan savior complex ini yakin bahwa mereka bisa memperbaiki segalanya. Justru yang lebih dipedulikan adalah masalahnya, bukan orang yang sedang menghadapinya.
Tanpa disadari, orang dengan messiah complex juga bisa berkorban berlebihan. Mirip seperti orang takut sukses yang rela melakukan sabotase kepada diri sendiri.
Bahkan, kebutuhan diri sendiri bisa terabaikan karena memaksakan untuk menolong orang lain yang belum tentu menginginkannya. Jenis pengorbanannya bisa berupa waktu, uang, bahkan ruang emosional dengan orang lain.
Messiah complex bisa membuat seseorang merasa bahwa dirinya adalah satu-satunya yang bisa menolong. Lagi-lagi, ini berkaitan dengan fantasi merasa berkuasa. Keyakinan ini juga bisa berarti rasa superior. Ini dapat terlihat juga dari bagaimana caranya memperlakukan pasangan.
Tendensi savior complex ini membuat pelakunya tidak hanya membantu ketika ada waktu dan sumber daya. Justru, mereka akan berusaha sekuat tenaga karena menganggapnya hal yang tepat.
Ada rasa keharusan untuk menolong orang lain, bahkan sampai mengabaikan kebutuhan diri sendiri. Terkadang, tendensi ini muncul ketika sebenarnya sedang menghadapi masalah atau punya trauma di masa lalu.
Baca Juga
Lebih jauh lagi, tendensi white knight syndrome bisa memberikan dampak negatif. Utamanya, apabila kondisi ini terus terjadi tanpa bisa dikendalikan. Apa saja dampaknya?
Sangat mungkin orang dengan sindrom semacam ini merasakan burnout karena kehabisan waktu dan energi. Gejalanya sama seperti orang sedang merawat keluarganya yang sedang sakit, tampak kelelahan dan tak berenergi.
Orang dengan messiah complex juga sangat mungkin mengalami kehancuran hubungan dengan pasangan. Sebab, mereka terlalu memaksakan perubahan yang justru menimbulkan konflik. Tidak ada yang mau diperlakukan layaknya barang rusak dan tidak dihargai seperti dirinya sendiri.
Orang yang terjebak dalam siklus ingin menyelesaikan masalah orang lain sangat mungkin menghadapi kegagalan. Bukan hanya sekali, namun menjadi pola yang terus menerus. Ketika ini terjadi, sangat mungkin akan muncul perasaan kronis mengkritik diri sendiri, merasa kurang, merasa bersalah, dan juga frustrasi.
Lebih jauh lagi, kegagalan ini juga bisa menimbulkan pengalaman emosional seperti marah kepada orang yang menolak dibantu, frustrasi terhadap sekitar, hilang kendali, bahkan depresi.
Baca Juga
Apabila Anda merasakan tendensi mengalami messiah complex, ada baiknya segera menghentikannya sebelum menjadi kian parah. Beberapa hal yang bisa dicoba di antaranya:
Hal ini juga berlaku ketika menghadapi orang dengan sindrom white knight. Ketika mereka memaksa untuk membantu bahkan setelah ditolak, sampaikan bahwa Anda paham bahwa mereka peduli, namun tegaskan bahwa Anda ingin belajar sendiri dengan menyelesaikannya sendiri.
Selain itu, buatkan contoh bagaimana langkah produktif saat menghadapi tantangan. Ini bisa jadi refleksi tentang apa yang perlu dilakukan.
Untuk berdiskusi lebih lanjut seputar sindrom messiah complex dan cara mengatasinya, tanyakan langsung pada dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download sekarang di App Store dan Google Play.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Desensitisasi sistematis adalah pendekatan terapi untuk orang yang mengalami phobia. Proses ini menggunakan kombinasi teknik relaksasi dan terapi paparan. Seperti apa prosesnya? Ini dia.
Masa pensiun kerap menjadi momok bagi para lansia karena dianggap membosankan, bahkan menyedihkan. Bagaimana cara menikmati masa pensiun agar lansia tetap sehat dan bahagia?
Gemar menonton film sedih? Di balik pilunya kisah-kisah dalam film sedih, ternyata film ini membawa manfaat bagi kesehatan mental Anda, lho. Apa saja manfaat yang bisa didapat dari menonton film sedih?
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Dijawab oleh dr. R. H. Rafsanjani
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved