Parasit penyakit malaria yang kebal dengan obat malaria mulai merebak di beberapa daerah di Asia. Kemunculan parasit yang ditularkan oleh nyamuk malaria Anopheles dikarenakan mutasi gen yang membuatnya kebal terhadap pengobatan malaria umumnya.
15 Agt 2019
Ditinjau oleh dr. Anandika Pawitri
Parasit penyakit malaria menyebar melalui hewan perantara yaitu nyamuk Anopheles
Table of Content
Serupa dengan manusia, organisme lain, seperti bakteri dan parasit juga berevolusi dan berusaha untuk mencari celah agar bisa tetap bertahan hidup. Salah satunya adalah parasit plasmodium yang memicu kemunculan penyakit malaria.
Advertisement
Parasit plasmodium yang menularkan penyakit malaria dengan karakter vektor atau hewan perantara berupa nyamuk malaria Anopheles mulai berevolusi dan kebal dengan berbagai macam obat malaria yang biasa digunakan.
Obat antimalaria yang biasanya digunakan adalah artemisinin-based combination therapies (ACT) yang mencampurkan obat artemisinin dengan kombinasi obat untuk malaria lain yang bekerja lebih lambat.
Akan tetapi, baru-baru ini, salah satu parasit malaria jenis Plasmodium falciparum yang kebal dengan obat parasit malaria berupa ACT ditemukan di Vietnam, Laos,Thailand bagian timur laut, dan Kambodia.
Penyebaran penyakit malaria dengan karakter vektor nyamuk malaria sudah cukup membuat resah, tetapi sekarang ini pengobatan malaria juga sudah mulai terancam dengan kemunculan parasit malaria yang kebal dengan obat untuk malaria.
Parasit malaria yang kebal obat malaria muncul karena adanya kombinasi mutasi genetik yang memicu kekebalan terhadap obat antimalaria berupa kombinasi obat untuk malaria dihydroartemisinin dan piperaquine (DHA-PPQ) yang merupakan salah satu pengobatan malaria ACT.
Evolusi dari parasit penyakit malaria yang dikenal sebagai KEL1/PLA1 tersebut terpicu dari penggunaan DHA-PPQ sebagai salah satu pengobatan malaria paling utama di Thailand bagian timur laut, Laos, Vietnam, dan Kambodia.
Pada daerah tersebut, parasit malaria yang bukan jenis KEL1/PLA1 akan berhasil dimusnahkan dengan pengobatan malaria DHA-PPQ, tetapi penggunaan kombinasi obat malaria DHA-PPQ tidak akan terlalu efektif pada parasit malaria jenis KEL1/PLA1.
Parasit malaria jenis ini juga ditemukan juga berevolusi di bagian gen yang memampukan parasit malaria menjadi kebal terhadap obat anti malaria chloroquine.
Meskipun demikian, masih terlalu dini untuk menyimpulkan bahwa pengobatan malaria dengan kombinasi obat malaria berbahan dasar artemisinin tidak mempan terhadap parasit malaria KEL1/PLA1.
Obat parasit malaria yang umumnya digunakan menjadi kurang efektif dan mungkin berpotensi tidak dapat digunakan untuk menanggulangi parasit penyakit malaria jenis KEL1/PLA1.
Namun, pencegahan perkembangan kemunculan parasit malaria yang kebal obat antimalaria, salah satunya adalah dengan meminimalisasi pemaparan obat tertentu untuk malaria pada parasit penyakit malaria.
Penggunaan obat malaria selain ACT yang masih efektif digunakan untuk membunuh parasit malaria sebaiknya dilakukan terlebih dahulu. Penerapan pengobatan malaria berupa artemisinin-based monotherapy (oAMT) disarankan untuk dihentikan.
Hal ini karena penggunaan oAMT ditunding sebagai salah satu faktor yang berkontribusi dalam perkembangan dan penyebaran dari parasit penyakit malaria yang tahan terhadap obat malaria jenis artemisinin.
Sampai saat ini belum terdapat vaksin yang mampu mencegah terinfeksi parasit penyakit malaria. Meskipun demikian, terdapat hal-hal yang bisa dilakukan untuk mencegah terserang parasit penyakit malaria, yaitu:
Sampai saat ini peneliti masih melakukan riset mengenai alternatif pengobatan malaria lain dan mengenai penggunaan obat berbahan dasar artemisinin. Penelitian-penelitian berfokus untuk mencari obat antimalaria baru yang memiliki cara kerja lain dari obat malaria yang sudah ada.
Namun, kombinasi dari berbagai obat untuk malaria juga sedang dilangsungkan, misalnya saja salah satu riset yang sedang dijalankan di Kongo untuk melihat efektivitas dari kombinasi obat malaria DHA-PPQ dan mefloquine.
Studi lain sedang meneliti kombinasi dari obat ferroquine yang serupa dengan obat chloroquine dengan obat artefenomel untuk mengatasi penyakit malaria.
Bila Anda atau kerabat mengalami gejala-gejala malaria, seperti demam tinggi, menggigil, mual, muntah, diare, sakit kepala, anemia, dan sebagainya, segera konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Risiko tertular malaria dapat diturunkan dengan meminimalisir risiko terkena gigitan nyamuk. Selain itu, sering kali pencegahan pada malaria dilakukan dengan penggunaan obat-obatan antimalaria.
Ikan pemakan jentik nyamuk merupakan salah satu cara memutus penyebaran nyamuk DBD. Jenis ikan ini antara lain ikan gupi, ikan kepala timah, dan ikan mas.
Hydroxychloroquine adalah obat yang bisa digunakan untuk mengatasi beragam penyakit. Mulai dari malaria, lupus, hingga rheumatoid arthritis. Bagaimanakah cara kerja dan dosisnya?
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Dijawab oleh dr. Veranita
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved