Sebagian anak penderita happy puppet syndrome tetap dapat berkomunikasi menggunakan ekspresi, isyarat, ataupun simbol dengan cara yang dikenal sebagai Augmentative and Alternative Communication (AAC).
28 Mei 2019
Ditinjau oleh dr. Karlina Lestari
Penderita Happy Puppet Syndrome selalu terlihat tersenyum dan bahagia
Table of Content
Pada tahun 1965, happy puppet syndrome pertama kali dideskripsikan oleh Harry Angelman sebagai suatu kelainan genetik yang menyebabkan seseorang tampak berperilaku seperti “boneka”. Secara klinis, sindrom ini berbentuk sebagai keterlambatan perkembangan yang berat, meliputi ketidakmampuan berbicara, gaya berjalan yang tidak normal, koordinasi tubuh terganggu, serta pembawaan yang ceria dan bahagia. Namun kini, istilah happy puppet syndrome sudah tidak dipakai lagi, dan kondisi ini lebih dikenal dengan Angelman Syndrome (sindrom Angelman), sesuai nama penemunya.
Advertisement
Masalah komunikasi adalah masalah terberat yang dihadapi, baik oleh penderita sindrom Angelman, maupun keluarganya. Anak dengan sindrom Angelman seringkali tidak mampu untuk berkomunikasi secara verbal, dan tentunya kondisi ini akan memengaruhi kualitas hidupnya.
Tanpa cara berkomunikasi lain yang efektif, penderita sindrom Angleman semakin terisolasi dari dunia luar. Namun untungnya, sebagian besar anak kini tetap dapat berkomunikasi menggunakan ekspresi, isyarat, ataupun simbol. Cara ini dikenal sebagai Augmentative and Alternative Communication (AAC).
Augmentative and Alternative Communication (AAC) adalah prosedur yang ditujukan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi orang-orang yang hanya sedikit atau bahkan tidak dapat berbicara dan/atau menulis. AAC dapat menggunakan alat bantu, seperti gambar simbol atau alat dengan keluaran suara; atau tidak menggunakan alat bantu, seperti isyarat tangan, gerak tubuh, mengeja dengan jari, atau tatapan mata. Diharapkan dengan AAC, kualitas hidup anak dengan sindrom Angelman dapat ditingkatkan.
Jika kemampuan bicara orang normal biasanya diawali dengan kemampuan untuk mengucapkan 1-2 suku kata, seperti “ba” atau” ma”, pada anak dengan sindrom Angelman kemampuan berkomunikasi diawali dengan tatap mata, ekspresi muka, dan postur tubuh. Sangat penting bagi orangtua atau perawat anak untuk dapat mengidentifikasi “bahasa” mereka. Hal ini dimaksudkan agar gerak-gerik yang awalnya dilakukan tanpa disadari ini, dapat dimanfaatkan menjadi cara untuk berkomunikasi.
Berkut adalah ilustrasinya: Bayi dengan tumbuh kembang normal, mungkin akan mulai babbling kata seperti “mama” atau “papa”. Awalnya bayi tidak menyadari jika proses mengeluarkan kata-kata dari mulut adalah cara untuk berkomunikasi. Kemudian kata-kata tersebut mendapatkan tanggapan dari sang ibu yang tentunya sangat senang mendengar anaknya pertama kali berbicara, misalnya dengan gestur menepuk-nepuk dada sambil berkata ”Betul, Nak. Ini Mama!”. Jika atensi ini diberikan berulang, anak akan belajar bahwa ibu adalah mamanya, dan belajar mengucapkan mama dengan tujuan memanggil sang ibu.
Anak dengan sindrom Angelman dapat berkomunikasi menggunakan simbor gambar, simbol objek, dan isyarat tangan. Tujuannya untuk menyatakan permintaan akan sesuatu, penolakan tidak menginginkan sesuatu, atau untuk terlibat dalam interaksi sosial, seperti untuk mendapatkan perhatian dan menunjukkan perasaan mereka.
Sebuah studi terhadap 300 penderita sindrom Angelman (jumlah sampel yang banyak mengingat ini adalah kelainan genetik langka) menunjukkan beberapa cara anak dengan sindrom Angelman dapat berkomunikasi:
Dengan kemajuan teknologi, kemampuan berkomunikasi anak dengan sindrom Angelman dapat dioptimalkan, seperti menggunakan aplikasi khusus pada tablet. Atau lebih canggih lagi menggunakan mesin dengan keluaran suara
Meningkatkan kualitas hidup seorang anak dengan sindrom yang berat tidaklah mudah. Salah satu cara yang dapat diusahakan oleh orangtua adalah membimbing anak untuk dapat berkomunikasi dengan efektif menggunakan cara alternatif sesuai kemampuan anak.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Kelainan gen pada satu kromosom dapat mengubah keseluruhan fungsi tubuh manusia. Salah satu penyebab disabilitas akibat kelainan genetik adalah sindrom Angelman. Penyebab utama sindrom ini adalah adanya gangguan pada gen UBE3A yang berpotensi menyebabkan disabilitas. Biasanya, disabilitas akibat sindrom Angelman biasanya muncul pada anak berusia 2-5 tahun. Anak dengan sindrom ini memiliki perilaku unik, yaitu tampak selalu bahagia dan hiperaktif.
Penderita sindrom Angelman akan tampak mengalami disabilitas mental berat, keterlambatan perkembangan dengan gangguan bicara, ataxia, dan cenderung hiperaktif. Salah satu ciri khas sindrom Angelman adalah keadaan bayi yang tersenyum, bahkan dalam kondisi apa pun.
Keterlambatan bicara pada anak berhubungan dengan kesulitan untuk membaca, menulis, memusatkan perhatian, dan bersosialisasi. Untuk menangani kondisi ini, terapi wicara ampuh atasi keterlambatan bicara anak.
Diskusi Terkait di Forum
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved