Pernikahan dini atau menikah muda bisa membahayakan kesehatan mental. Bahaya pernikahan dini seperti penyakit menular seksual, kanker leher rahim, hingga gangguan kehamilan bisa terjadi.
3.6
(5)
15 Feb 2021
Ditinjau oleh dr. Reni Utari
Pernikahan dini bisa meningkatkan risiko depresi
Table of Content
Hingga saat ini, pernikahan dini masih menimbulkan pro dan kontra. Padahal, bahaya pernikahan dini, terutama bagi perempuan, tidak dapat diremehkan. Sebuah pernikahan dikatakan terlalu dini apabila mempelai pria maupun wanita belum berusia 18 tahun.
Advertisement
Baru-baru ini, sebuah wedding organizer bernama Aisha Wedding memicu kehebohan di masyarakat. Pasalnya, dalam media promosinya, Aisha Wedding menyebutkan bahwa seorang perempuan harus menikah pada usia 12 tahun hingga 21 tahun dan tidak lebih.
Hal ini memantik reaksi berbagai pihak lantaran pernikahan dini bisa membahayakan bagi pelakunya dari berbagai sisi, termasuk kesehatan fisik dan mental. Di Indonesia, saat ini peraturan usia minimal menikah untuk perempuan telah naik dari 16 tahun menjadi 19 tahun. Perubahan peraturan ini tentu sudah didasari oleh berbagai pertimbangan, termasuk dari sisi kesehatan.
Bahaya pernikahan dini dari segi kesehatan perlu Anda ketahui. Dengan begitu, Anda akan lebih memahami perlunya batasan usia minimal dalam pernikahan. Berikut ini empat alasan pernikahan dini harus dihindari.
Menikah saat belum cukup umur dapat meningkatkan risiko terjadinya depresi, serta isolasi (kesepian). Pada kasus pernikahan dini, mempelai perempuan umumnya akan pindah mengikuti suami, dan memulai peran sebagai istri, ibu rumah tangga, hingga menjadi ibu.
Lokasi yang dapat berjauhan dari tempat asal, perbedaan usia yang cukup jauh dengan suami, hingga praktik poligami yang masih terjadi pada beberapa daerah, dapat memicu timbulnya depresi bagi wanita yang menikah saat usia kanak-kanak.
Pernikahan di usia kanak-kanak juga juga dapat merenggut masa kecil. Selain itu, pernikahan dini mengurangi kesempatan untuk menyelesaikan Pendidikan, dan membangun persahabatan dengan teman-teman sebaya.
Menikah sebelum usia 20 tahun dapat meningkatkan risiko terinfeksi HIV pada perempuan. Kondisi ini terutama terjadi apabila suami berusia lebih tua, pernah menikah, atau telah melakukan hubungan seksual dengan banyak wanita sebelumnya.
Kurangnya kesadaran untuk memakai alat kontrasepsi saat melakukan hubungan seksual, juga meningkatkan risiko penularan penyakit menular seksual pada wanita. Selain itu, organ reproduksi wanita yang belum berkembang sempurna, ikut meningkatkan risiko terhadap infeksi HIV, melalui luka pada selaput dara, vagina, maupun leher rahim.
Penyakit menular seksual lainnya seperti herpes, gonore, dan klamidia (infeksi jamur) pun berpotensi dialami pasangan yang menikah muda. Selain itu, pernikahan dini juga dapat meningkatkan risiko penularan human papillomavirus (HPV) dan kanker serviks (leher rahim).
Menjalani kehamilan dan persalinan pada usia terlalu muda, dapat memicu risiko komplikasi. Misalnya, proses persalinan yang sangat panjang, hingga berhari-hari. Kondisi ini merupakan penyebab utama kematian ibu dan bayi.
Bayi yang dilahirkan oleh ibu dengan usia di bawah 20 tahun, berisiko mengalami kematian, atau tidak bisa bertahan hidup dalam seminggu pertama setelah dilahirkan. Kondisi semacam ini jarang terjadi pada perempuan yang melahirkan pada rentang usia 20-29 tahun.
Bahaya pernikahan dini yang tidak kalah pentingnya adalah gangguan kesehatan pada anak yang dilahirkan. Anak berusia di bawah lima tahun yang lahir dari ibu di bawah umur, memiliki risiko lebih besar terhadap malnutrisi (gizi buruk), bahkan kematian.
Sementara itu, kondisi yang buruk pada usia-usia awal kehidupan, akan berdampak pada perkembangan otak, serta kemampuan anak hingga dewasa kelak.
Individu dengan usia 28-32 tahun dianggap ideal untuk menikah. Secara statistik, perceraian terjadi 50 persen lebih sedikit pada pasangan yang menikah di usia 25 tahun, dibanding dengan mereka yang menikah di usia 20 tahun. Dengan mengetahui usia ideal untuk menikah, bahaya pernikahan dini diharapkan dapat dihindari.
Penelitian dari NCBI, perempuan yang menikah pada usia di bawah 18 tahun lebih cenderung mengalami kekerasan seksual dari pasangannya. Alasan dari munculnya hal tidak terpuji ini adalah kurangnya pengetahuan dan pendidikan,serta seorang perempuan di usia muda umumnya lebih sulit dan cenderung tidak berdaya menolak hubungan seks.
Meski mulanya pernikahan dini dimaksudkan untuk melindungi diri dari kekerasan seksual, kenyataan kondisi ini justru bisa terjadi sebaliknya. Risiko kekerasan semakin tinggi, khususnya jika jarak usia antara suami dan istri semakin jauh.
Baca Juga
Pernikahan bukanlah pilihan sederhana yang terlihat. Pernikahan membutuhkan kematangan fisik, psikologis, maupun emosional dari dua orang. Kedewasaan diri baik secara mental dan finansial juga menjadi salah satu aspek penting yang perlu diperhatikan sebelum memutuskan untuk menjalani pernikahan yang bahagia.
Advertisement
Referensi
Terima kasih sudah membaca.
Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)
Artikel Terkait
Meditasi merupakan aktivitas memfokuskan pikiran dan perhatian supaya bisa mengontrol perasaan negatif yang muncuk. Cari tahu cara melakukannya di sini!
Selain puzzle, berolahraga, atau mengonsumsi makanan tertentu, mengonsumsi daun rosemary juga dianggap bisa berdampak positif bagi daya ingat seseorang. Bukan hanya dengan mengonsumsinya, namun juga dari menghirup aroma rosemary.
Penyakit kelamin wanita yang umum terjadi antara lain trikomoniasis, klamidia, herpes genital, infeksi jamur vagina, vaginosis bakteri, kutil kelamin, hingga gonore atau kencing nanah.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Dijawab oleh dr. Constantia Evelin Kwandang
Dijawab oleh dr. Zulham Effendy
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2022. All Rights Reserved