Mitos dan fakta virus corona banyak tersebar sejak kemunculannya di Indonesia, baik melalui media sosial ataupun grup pesan berantai. Pastikan informasi yang Anda temukan valid untuk mencegah tersebarnya berita hoaks dan merugikan.
Ditinjau secara medis oleh dr. Anandika Pawitri
4 Mar 2020
Banyak informasi hoaks yang tersebar sejak kemunculan virus corona di media sosial atau grup pesan berantai
Table of Content
Presiden Joko Widodo mengumumkan adanya dua orang warga Indonesia yang dinyatakan positif terinfeksi virus corona di halaman istana, Medan Merdeka, Jakarta Pusat, Senin 3 Maret 2020.
Advertisement
Dua orang yang terinfeksi COVID-19 tersebut adalah seorang perempuan berusia 64 tahun dan putrinya yang berusia 31 tahun. Keduanya terkena paparan virus corona setelah berinteraksi dengan seorang warga Jepang yang berkunjung.
Lantaran virus corona masih baru dan dalam penyelidikan, banyak rumor yang berkembang mulai dari penyebab, pencegahan, hingga pengobatannya. Bahkan, tak sedikit informasi hoaks yang tersebar sejak kemunculannya, baik melalui media sosial atau grup pesan berantai.
Agar terhindar dari hoaks, ketahui mitos dan fakta mengenai virus corona berikut ini.
Fakta: Virus sejatinya dapat berubah karakter seiring waktu. Terkadang, beberapa wabah penyakit banyak terjadi ketika virus yang berasal dari hewan, seperti burung, kelelawar, babi, ular, pindah ke manusia. Hal ini yang mungkin terjadi pula pada penyebaran virus corona.
Fakta: Hingga saat ini, belum ada bukti yang menunjukkan bahwa hewan peliharaan, seperti anjing atau kucing, dapat terinfeksi COVID-19. Kendati demikian, Anda dianjurkan untuk selalu mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun baik sebelum dan setelah melakukan kontak dengan hewan peliharaan.
Dengan ini, Anda dapat terhindar dari berbagai jenis bakteri umum, termasuk E.coli dan Salmonella yang mungkin berpindah dari hewan peliharaan ke manusia.
Fakta: Semua orang dari berbagai rentang usia sebenarnya dapat berisiko terinfeksi COVID-19. Akan tetapi, orang lanjut usia yang pertahanan tubuhnya sudah menurun dan orang-orang yang sebelumnya pernah mengalami kondisi medis, seperti asma, diabetes, penyakit jantung, tampaknya lebih rentan untuk menjadi sakit parah akibat virus.
World Health Organization menyarankan orang-orang dari segala usia untuk mengambil langkah-langkah guna melindungi diri dari virus, misalnya dengan meningkatkan pola hidup sehat.
Fakta: Para peneliti masih mempelajari bagaimana virus corona dapat menginfeksi manusia. Namun, para ilmuwan menduga bahwa sebagian besar virus tidak dapat tahan lama berada di permukaan apalagi di suhu yang panas.
Jadi, kemungkinan Anda tertular virus corona melalui barang atau surat dari Tiongkok yang melewati perjalanan berhari-hari, bahkan berminggu-minggu sangatlah rendah.
Fakta: Hingga saat ini, belum ada bukti ilmiah yang dapat menunjukkan bahwa virus corona dapat ditularkan oleh gigitan nyamuk. COVID-19 adalah virus pernapasan yang dapat menyebar melalui tetesan air liur atau cairan dari hidung yang dikeluarkan saat orang yang terinfeksi batuk atau bersin, dan tidak dapat menular dari gigitan nyamuk.
Fakta: Pemindai termal efektif dalam mendeteksi orang-orang yang menderita demam, yakni memiliki suhu tubuh di atas normal, akibat terinfeksi dengan virus corona baru.
Akan tetapi, mereka tidak dapat mendeteksi orang yang terinfeksi, tetapi belum sakit demam. Pasalnya, ini dibutuhkan antara 2 dan 10 hari sebelum orang yang terinfeksi menjadi sakit dan mengalami demam.
Fakta: Bawang putih memang merupakan salah satu jenis bumbu dapur yang mengandung zat antimikroba di dalamnya. Namun, belum ada penelitian ilmiah yang dapat membuktikan bahwa bawang putih dapat mencegah infeksi COVID-19. Oleh karena itu, kabar tentang konsumsi bawang putih bisa melindungi tubuh dari coronavirus belum dapat terbukti benar.
Fakta: Antibiotik hanya dapat melawan bakteri, bukan virus. Sementara, COVID-19 merupakan salah satu jenis virus yang ada di dunia. Maka dari itu, antibiotik tidak dapat digunakan untuk mencegah dan mengobati virus corona.
Meski demikian, jika ada pasien yang dirawat di rumah sakit akibat terinfeksi COVID-19 mungkin akan menerima antibiotik sebagai salah satu pengobatannya. Pasalnya, koinfeksi bakteri mungkin saja terjadi.
Fakta: World Health Organization merekomendasikan orang-orang tanpa gejala gangguan pernapasan, seperti batuk dan bersin, tidak perlu menggunakan masker.
Sebaiknya, masker diutamakan bagi para pasien COVID-19 dan keluarga yang mengurus pasien, serta para tenaga medis yang merawat pasien.
Masker merupakan alat pelindung diri yang sangat penting bagi mereka. Pada orang yang dalam kondisi sehat, penggunaan masker perlu dibatasi agar persediaan masker di fasilitas kesehatan dan bagi orang-orang yang benar-benar membutuhkan, tidak menipis.
Fakta: Mesin pengering tangan tidak dapat melawan virus corona baru. Anda harus sering membersihkan tangan dengan alkohol atau mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir.
Setelah tangan dibersihkan, Anda harus mengeringkannya menggunakan tisu atau pengering udara hangat.
Fakta: Mandi air panas tidak dapat mencegah Anda dari paparan virus corona COVID-19. Pasalnya, suhu tubuh normal manusia tetap berada di rentang 36,5 - 37 derajat Celsius, terlepas Anda mandi air panas atau tidak.
Fakta: Beberapa pandemi sebelumnya tidak mengikuti pola cuaca, ditambah saat sejumlah negara memasuki musim panas, ada beberapa negara di belahan benua lain yang mengalami musim dingin. Jadi, sebenarnya virus corona dapat menyebar secara global tanpa peduli musim.
Fakta: Alkohol atau klorin tidak akan membunuh virus yang telah masuk ke dalam tubuh Anda. Sebaliknya, menyemprotkan zat-zat tersebut dapat berisiko membahayakan selaput lendir, seperti mata dan mulut.
Perlu diketahui bahwa penggunaan alkohol atau klorin bertujuan untuk mendisinfeksi permukaan. Selain itu, penggunaan kedua zat tersebut harus di bawah rekomendasi yang tepat.
Fakta: Vaksin pneumonia, seperti vaksin pneumokokus dan vaksin Haemophilus influenza tipe B (Hib) tidak dapat melindungi diri dari penyebaran virus corona baru. Jenis virus ini masih sangat baru dan berbeda sehingga dibutuhkan vaksin tersendiri untuk mengobatinya.
Hingga saat ini, para peneliti sedang mencoba mengembangkan vaksin corona. Walaupun vaksin pneumonia tidak efektif melawan COVID-19, vaksinasi terhadap jenis penyakit pernapasan sangat dianjurkan guna melindungi kesehatan Anda.
Fakta: Sampai saat ini, belum ada obat khusus yang disarankan untuk mencegah atau mengobati virus corona baru. Bagi mereka yang terinfeksi COVID-19 harus menerima perawatan intensif yang tepat di rumah sakit guna meredakan dan mengobati gejala penyakit.
Fakta: Memang benar bahwa temulawak dan kunyit memiliki kandungan antivirus yang dapat membantu menangkal atau melawan virus yang menyerang tubuh. Kendati demikian, bukan berarti semua jenis virus, termasuk virus corona, dapat hilang dengan mengonsumsi temulawak dan kunyit.
Maka dari itu, masih diperlukan penelitian lebih lanjut guna mencegah penularan COVID-10 melalui konsumsi temulawak dan kunyit. Pasalnya, hingga saat ini belum ada vaksin khusus untuk mengobati kasus COVID-19.
Fakta: Berkumur air hangat dengan campuran garam ataupun cuka memang sudah lama digunakan sebagai cara menghilangkan gejala penyakit yang berkaitan dengan flu dan sakit tenggorokan. Akan tetapi, belum ada hasil penelitian yang menyebutkan bahwa cara tersebut dapat membantu menangkal virus corona COVID-19.
Fakta: Sebagian besar pasien berusia muda dengan virus corona bisa menahan napas lebih dari 10 detik. Selain itu, banyak pula orang lanjut usia yang tidak tertular virus corona, tetapi bisa menahan napas selama rentang waktu tersebut. Jadi, mitos tersebut tidaklah benar.
COVID-19 adalah penyakit baru sehingga pencegahan dan pengobatan penularannya pun masih terus dikembangkan. Untuk sementara waktu, Anda dapat melindungi diri dari infeksi virus corona dengan melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
Baca Juga
Saat pandemi virus corona menyebar dari Tiongkok ke berbagai negara di dunia, social distancing mulai diterapkan untuk memperlambat rantai penyebaran virus yang telah merenggut ribu nyawa.
Social distancing adalah tindakan berdiam diri di rumah, menjauh dari kerumunan, hingga menjaga jarak 1,8 meter (6 kaki) saat berkomunikasi dari orang lain. Menurut WHO, social distancing bukan berarti masyarakat harus "terputus" dari orang lain dan melupakan cara berkomunikasi.
Maka dari itu, frasa social distancing diubah menjadi physical distancing, dengan harapan dapat menjadi pengingat bagi masyarakat untuk tetap bersosialisasi, demi menjaga kesehatan mental, tapi tetap menjaga jarak untuk mencegah penyebaran virus corona.
Mengingat kasus COVID-19 yang sudah ada di Tanah Air, kita harus senantiasa bersiap diri dalam menghadapi wabah virus corona.
Meski demikian, jangan sampai Anda panik berlebihan sehingga menyebarkan berita kesehatan yang tidak benar mengenai penyebaran virus corona. Pastikan pula Anda selalu menjaga kesehatan dan kebersihan guna meminimalkan terjadinya risiko penularan.
Advertisement
Ditulis oleh Annisa Amalia Ikhsania
Referensi
Artikel Terkait
Pakai masker di dagu bahkan hingga ke leher saat makan adalah kesalahan pakai masker yang sering ditemukan. Pasalnya, kebiasaan tersebut ternyata bisa meningkatkan risiko penularan virus corona.
15 Jul 2020
Work from home atau WFH untuk millenials tentu tidaklah mudah. Agar tetap produktif dan semangat selama bekerja online dari rumah, ini tips work from home yang sehat dan menyenangkan.
29 Apr 2023
Cara membuat hand sanitizer sebenarnya cukup mudah. Ikuti resep dan panduan dari WHO agar Anda bisa membuatnya sendiri di rumah.
18 Apr 2023
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved