Bahaya kipas angin perlu diketahui mitos dan faktanya agar tidak berbahaya bagi kesehatan. Jika digunakan terlalu lama, kipas angin bisa menyebabkan alergi.
Ditinjau secara medis oleh dr. Karlina Lestari
17 Feb 2020
Kipas angin sering sekali digunakan saat cuaca panas
Table of Content
Tidur dengan menyalakan kipas angin memang akan membuat udara lebih sejuk. Anda pun bisa tidur dengan lebih enak.
Advertisement
Namun ada yang beranggapan jika kebiasaan tersebut dapat memicu berbagai masalah kesehatan. Mulai dari paru-paru basah, dehidrasi, hipotermia, hingga kekurangan oksigen. Apa benar bahaya kipas angin sefatal ini?
Mitos tentang bahaya kipas angin disebut-sebut bermula dari negara Korea Selatan. Konon, desas-desus tentang petaka kipas angin dimulai pada tahun 1970-an ketika pemerintah Korea mengalami krisis energi dan memutuskan untuk menyebar isu agar warganya menghemat listrik.
Tapi sebenarnya, banyak budaya yang memiliki kisah tersendiri mengenai penyakit yang disebabkan oleh angin. Beberapa teks medis Cina kuno menguraikan tentang bahaya angin, orang-orang Italia sering mengenakan syal di leher agar tak terserang leher kaku, dan sebagian penduduk Ceko percaya bahwa angin dari AC bisa menyebabkan rematik.
Di Indonesia sendiri, Anda tentu pernah mendengar bahwa memakai kipas angin terlalu lama saat tidur bisa memicu paru-paru basah dan masuk angin. Masuk angin diyakini sebagai penyakit yang nyata, padahal istilah ini tidak ada dalam dunia kedokteran.
Sesungguhnya, tidak ada yang salah dengan penggunaan kipas angin saat tidur. Apalagi jika udara sedang panas dan lembap.
Kipas angin akan membuat ruangan menjadi lebih sejuk. Dengan ini, Anda pun bisa tidur lebih nyenyak.
Meski begitu, Anda tetap perlu berjaga-jaga. Pasalnya, penggunaan kipas angin tak lepas dari efek samping. Apa sajakah efek samping tersebut?
Pergerakan kipas angin yang cepat dapat membuat bagian hidung dan mulut Anda menjadi kering. Bagian dalam hidung yang kering akan membuat Anda tidak nyaman karena bisa menyebabkan gatal-gatal bahkan mimisan.
Kipas angin juga dapat mengedarkan partikel-partikel debu ke seluruh ruangan. Hal ini bisa memicu masalah bagi orang yang memiliki alergi.
Penggunaan kipas angin juga dapat membuat kulit terasa kering. Jika dibiarkan begitu saja, kulit akan terasa lebih sensitif dan mudah berjerawat. Anda dapat menggunakan losion secara rutin dan mengurangi penggunaan kipas angin untuk mendapatkan kulit yang lembap kembali.
Cara terbaik agar Anda tetap bisa menggunakan kipas angin dan terbebas dari alergi adalah dengan tidak mengarahkan kipas angin terlalu dekat ke wajah dan tubuh Anda. Anda juga dapat memasang penyaring udara (air filter) di kamar tidur guna menyedot debu maupun pemicu alergi (alergen) lainnya.
Jika Anda mengidap sinusitis, cobalah untuk melakukan irigasi nasal atau pencucian hidung setiap hari. Kebiasaan ini dapat membantu menangani kondisi saluran hidung yang kering, hidung tersumbat, dan masalah hidung lainnya. Dengan ini, bahaya kipas angin bisa Anda tekan seminimal mungkin.
Apabila Anda mengalami kaku dan pegal leher setelah tidur dengan kipas angin, kondisi ini biasanya disebabkan oleh udara yang dingin dan bukan karena kipas angin.
Masalah leher kaku dan pegal juga lebih sering desebabkan oleh penggunaan AC daripada kipas angin. Jadi bila Anda menyalakan AC saat tidur malam, pastikan tiupan anginnya tidak mengarah langsung ke kasur.
Anda juga perlu membersihkan kipas angin secara rutin supaya debu tidak menumpuk dan memicu gangguan pernapasan.
Sebuah studi yang dilakukan pada tahun 2008 melaporkan bahwa penggunaan kipas angin saat bayi tidur dapat mengurangi risiko sudden infant death syndrome (SIDS) sebesar 72 persen. Namun jenis kipas anginnya tak boleh sembarangan karena penelitian ini menyelidiki kipas angin yang menempel di langit-langit.
Para peneliti meninjau manfaat kipas angin tersebut karena SIDS diperkirakan terjadi akibat bayi yang kembali menghirup karbon dioksida dari napas yang baru saja ia hembuskan. Dengan adanya angin dari kipas angin, hembusan napas ini bisa langsung lenyap sehingga tidak lagi terhirup oleh Si Kecil.
Di samping memakai kipas angin, orangtua juga perlu memasang sistem ventilasi yang baik dalam ruangan guna meningkatkan sirkulasi udara di sekitar hidung dan mulut bayi. Misalnya dengan membuka jendela ketika bayi tidur, yang dikatakan dapat menurunkan risiko SIDS hingga 36 persen.
Akan tetapi, kipas angin yang kotor dan berdebu juga bisa memicu SIDS, masuknya partikel debu ke hidung bayi dapat menyebabkan gangguan pernapasan.
Jangan lupa pula untuk melakukan langkah pencegahan SIDS yang meliputi menidurkan bayi dalam posisi telentang, menghindari kasur bayi yang terlalu empuk, tidak membiarkan bayi tidur dengan boneka atau selimut, serta memberikan empeng pada bayi saat ia tidur.
Baca Juga
Menyalakan kipas angin saat tidur adalah ide yang baik, khususnya jika udara sedang panas. Tapi waspadalah agar Anda tidak mengarahkan kipas angin langsung ke tubuh agar debu-debu yang menempel di kipas tidak memicu kambuhnya alergi atau sinusitis.
Anda juga bisa memasang penyaring udara dan ventilasi yang baik dalam ruangan agar sirkulasi udara tetap memadai. Dengan ini, Anda akan terhindar dari efek samping maupun bahaya kipas angin.
Advertisement
Ditulis oleh Rieke Saraswati
Referensi
Artikel Terkait
Kapasitas paru yang besar sangat baik untuk kesehatan tubuh. Berikut cara meningkatkan kapasitas paru yang bisa Anda coba sendiri.
24 Nov 2020
Selain sehat dan dapat membakar kalori, olahraga renang adalah salah satu kemampuan bertahan hidup yang idealnya dimiliki semua orang. Untuk belajar renang tidak sulit. Berikut beberapa cara berenang untuk pemula.
13 Jan 2021
Beberapa orang yang sensitif terhadap gluten bisa mengalami masalah pencernaan jika mengonsumsi makanan yang terbuat dari tepung. Kabar baiknya, ada jenis tepung bebas gluten di pasaran yang bisa jadi alternatif, seperti maizena dan tepung almond.
17 Jul 2021
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved