Kasus rhinitis alergi bisa jadi sangat ekstrem pada beberapa orang. Ketika kambuh, mereka bisa sulit bernapas hingga merasakan komplikasi.
Ditinjau secara medis oleh dr. Anandika Pawitri
25 Apr 2023
Saat terpapar alergen, penderita rhinitis alergi akan merasakan gatal di hidung hingga bersin
Table of Content
Rhinitis alergi bisa saja terjadi pada seseorang dengan gejala yang tidak terlalu jelas. Meski demikian, ada orang-orang yang mengalami rhinitis alergi yang parah dan berlangsung lama hingga mengganggu aktivitas sehari-hari.
Advertisement
Alergi ini terjadi ketika kekebalan tubuh seseorang bereaksi terhadap suatu alergen dan menganggapnya berbahaya. Konsekuensinya, sel akan mengeluarkan beberapa zat kimia di dalam membran hidung hingga membengkak atau berlendir.
Baca Juga
Rhinitis alergi disebabkan oleh kelainan respon sistem imun terhadap alergen atau zat pemicu alergi. Reaksi rhinitis alergi ini dipicu oleh masuknya alergen ke dalam rongga hidung yang akan menimbulkan gejala seperti bersin, pilek, hingga hidung gatal.
Beberapa jenis alergen yang bisa memicu rhinitis alergi adalah
Kondisi ini bisa semakin memburuk dalam kondisi suhu dingin, lingkungan lembap, hingga saat terkena parfum atau asap polusi udara.
Di seluruh dunia, tak kurang dari 400 juta orang menderita rhinitis alergi. Sebanyak 10-30% adalah orang dewasa, sementara lebih dari 40% penderitanya adalah anak-anak.
Di Amerika Serikat saja, rhinitis alergi adalah penyakit nomor 5 paling umum terjadi. Meski demikian, banyak kasus rhinitis alergi yang tidak terdeteksi dengan baik karena dianggap remeh.
Penyakit Rhinitis alergi yang tidak ditangani dengan baik bisa menyebabkan berbagai komplikasi, seperti:
Komplikasi rhinitis pada beberapa orang bisa berbeda, berikut contohnya:
Cerita pertama datang dari Lisa Miles, seorang penderita rhinitis alergi yang telah menjalani berbagai macam pengobatan. Ketika pertama kali mengalami rhinitis alergi, ia mengira ada hubungannya dengan penyakit asma yang dideritanya.
Ketika kambuh, matanya akan terasa pedih, gatal, dan kemerahan terutama ketika ada di dekat bunga. Bukan hanya itu, asma dan insomnia yang dialaminya juga kian parah. Gejalanya memburuk setiap bulan Februari hingga September.
Pengobatan yang dikonsumsinya adalah antihistamin yang tidak membuatnya mengantuk saat aktivitasnya di siang hari. Miles juga menggunakan obat tetes mata. Memang gejalanya tidak benar-benar hilang, namun setidaknya ia jadi bisa mengendalikannya.
Apakah cukup sampai di situ? Rupanya tidak.
Miles juga harus mengubah gaya hidupnya. Memotong rumput bukan lagi pilihan aktivitas baginya. Selain itu, jendela ruangannya harus selalu tertutup. Miles bahkan harus bertahan di dalam ruangan ketika serbuk bunga sangat banyak di pagi dan sore hari.
Perjalanan hingga Miles menemukan obat yang tepat untuk rhinitis alergi yang dideritanya bukan terjadi secara instan. Ia harus menjalani beberapa pengobatan yang nihil hasilnya sebelum menemukan yang cukup efektif.
Kisah kedua datang dari Claudette, seorang terapis wicara yang membagi ceritanya di American College of Allergy, Asthma, & Immunology. Pada awalnya, ia tak pernah mengira mengalami alergi dalam bentuk apapun.
Pada awalnya, tubuhnya mengalami beberapa gangguan penyakit seperti bronkitis, migrain yang terjadi terus menerus, demam, hingga pneumonia yang menyebabkannya kesulitan bernapas.
Berbagai komplikasi ini terus terjadi meski pengobatan telah ditempuh. Tak pernah Claudette menyangka bahwa dirinya memiliki rhinitis alergi. Bahkan, ia harus berhenti menggunakan lensa kontak karena iritasi mata yang dideritanya.
Suatu hari, temannya menyarankan Claudette untuk mencoba uji alergi. Dari situ diketahui bahwa dia alergi dengan segala jenis serbuk bunga dan debu.
Dari situlah semua terasa masuk akal, mengapa Claudette kerap merasa gatal berlebihan di matanya hingga tak bisa mengenakan lensa kontak sekalipun.
Sejak itu Claudette menata ulang rumahnya agar lebih bersahabat padanya yang memiliki rhinitis alergi. Mulai dari mengganti jenis kasur, seprai, hingga memasang penyaring udara di area yang berdebu.
Selain itu, Claudette juga menjalani pengobatan terapi imunitas. Ia sangat bersyukur sudah pernah melakukan uji alergi sehingga tahu apa yang membuat tubuhnya terus menerus mengalami komplikasi sakit.
Cerita tentang rhinitis alergi berikutnya datang dari Giselle, perempuan berusia 19 tahun. Sehari-hari ia menekuni studi Performing Arts dengan agenda seperti bernyanyi, menari, dan akting.
Namun jauh sebelumnya Giselle kecil mengalami rhinitis alergi yang cukup parah. Di usianya yang masih 4 tahun saja, dia telah dirawat di rumah sakit sebanyak 40 kali. Giselle menderita rhinitis alergi berupa gejala asma yang parah.
Sakit sudah menjadi teman sehari-hari Giselle di masa kecil. Hal-hal sederhana seperti kue ulang tahun atau hewan peliharaan temannya bisa membuat asmanya kumat hingga ia kesulitan bernapas.
Dokter tempatnya berkonsultasi menyarankannya untuk tetap aktif beraktivitas. Sembari mengonsumsi obat, Giselle juga berolahraga seperti bermain bola, berenang, dan skating.
Pengobatan yang dijalaninya adalah suntikan untuk alergi dan asma. Selain itu, Giselle harus menjaga pola makan dan nutrisi serta memastikan tidur cukup.
Berbeda dengan rhinitis non-alergi, rhinitis alergi biasanya terjadi pada orang di usia muda dan gejalanya sudah terlihat sejak masih kecil. Contohnya, seseorang yang menganggap asap rokok sebagai alergen dan akan terus menerus mengalami alergi ketika terpapar asap rokok tersebut.
Ketika rhinitis alergi menjadi parah, pola tidur hingga aktivitas sehari-hari dapat terganggu. Bila tidur tak lagi berkualitas, konsekuensinya adalah sulit fokus di siang hari hingga hiperaktif.
Jika ingin berkonsultasi langsung pada dokter, Anda bisa chat dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ.
Download aplikasinya sekarang di Google Play dan Apple Store.
Advertisement
Ditulis oleh Azelia Trifiana
Referensi
Artikel Terkait
Buah yang tidak boleh dimakan saat batuk umumnya mengandung histamin yang bisa membuat batuk tambah parah. Namun, kamu masih bisa memakannya, hanya saja perlu dibatasi.
29 Agt 2023
Seminal plasma hypersensitivity atau alergi sperma adalah reaksi hipersensitivitas terhadap protein dalam sperma. Ketidakmampuan untuk melakukan hubungan seksual normal tanpa pengaman akan menghambat proses reproduksi sehingga kehamilan tidak bisa diwujudkan.
28 Jun 2019
Jenis alergen yang memicu alergi nasi adalah pita protein kDa 9-, 14-, dan 31-. Protein semacam ini juga mungkin ada di dalam tepung, minyak, dan susu.
7 Agt 2021
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved