Kaolin pectin adalah obat untuk diare yang bisa dikonsumsi anak-anak usia 3 tahun ke atas hingga lansia. Namun jika dikonsumsi berlebihan, obat ini justru bisa memicu konstipasi atau sembelit.
2023-03-28 16:12:01
Ditinjau oleh dr. Reni Utari
Kaolin pectin adalah obat untuk meredakan diare
Table of Content
Kaolin pectin adalah kombinasi yang biasa digunakan untuk meredakan diare. Kaolin dipercaya bisa menangkap dan membawa keluar bakteri penyebab diare dari saluran pencernaan. Bahan ini juga akan menyerap air di usus, sehingga konsistensi tinja bisa kembali mengeras.
Advertisement
Kaolin bisa digunakan untuk mengobati diare yang ringan, sedang, hingga berat. Zat ini juga dapat dimanfaatkan untuk mengobati kolera.
Pada pengobatan-pengobatan tradisional, kaolin juga dioleskan ke permukaan luka untuk membantu meredakan perdarahan. Selain untuk mengobati luka, zat ini juga memiliki manfaat lain untuk kulit yaitu membuat kulit yang terlalu kering menjadi lembap begitupun sebaliknya.
Meski kaolin pectin masih masuk ke dalam kelompok obat ringan, bukan berarti Anda bisa mengonsumsinya sembarangan. Perhatikan hal-hal di bawah ini sebelum Anda mengonsumsinya agar risiko terjadinya efek samping bisa berkurang.
Dosis untuk mengonsumsi kaolin pectin berbeda-beda tiap orangnya. Untuk mengatasi diare, berikut ini dosis yang tepat apabila Anda mengonsumsi obat dalam bentuk suspensi atau cairan.
Perlu diingat bahwa dosis di atas bisa berbeda tergantung dari kondisi kesehatan Anda. Oleh karena itu sebelum mengonsumsi obat ini, ada baiknya jika Anda berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter dan membaca aturan pakai di kemasan secara teliti.
Konsumsi kaolin bersamaan dengan obat lain bisa menimbulkan interkasi obat. Interaksi obat terjadi akibat bahan yang ada di salah satu obat, mengubah kerja obat lainnya.
Akibatnya, akan ada kenaikan risiko efek samping obat hingga penurunan efektivitas obat.
Beberapa obat yang bisa memicu interaksi dengan kaolin antara lain:
Jika Anda mengonsumsi kaolin dan antiobiotik clindamycin secara bersamaan, maka penyerapan obat clindamycin di tubuh akan melambat. Namun, hal ini tidak mengurangi jumlah antibiotik yang akan diserap di tubuh.
Digoxin adalah obat untuk penyakit jantung yang apabila dikonsumsi bersamaan dengan kaolin, efektivitasnya akan berkurang. Untuk menghindari risiko interaksi, beri jarak konsumsi keduanya setidaknya selama 2 jam.
Sama seperti digoxin, quinidine juga akan mengalami penurunan efektivitas apabila dikonsumsi bersamaan dengan kaolin. Obat ini adalah obat untuk jantung dan sebaiknya konsumsinya diberi jarak setidaknya 2 jam dengan kaolin.
Antibiotik trimethoprim juga bisa terganggu cara kerjanya apabila dikonsumsi bersamaan dengan kaolin karena dapat menurunkan penyerapan dan menurunkan efektivitas dari trimethoprim. Sama seperti obat-obatan di atas, untuk meminimalisir risiko terjadinya interaksi, sebaiknya beri jarak setidaknya 2 jam anta waktu konsumsi.
Kaolin pectin secara umum aman digunakan. Sejauh ini, belum ada laporan yang menyebutkan bahwa konsumsi obat ini memicu efek samping yang serius. Namun jika dikonsumsi terlalu banyak, obat ini bisa memicu konstipasi.
Risiko efek samping tersebut lebih rentan muncul pada anak-anak dan lansia yang mengonsumsinya. Jadi, pastikan mereka banyak minum air putih selama diare masih berlangsung.
Jika Anda masih punya lebih banyak pertanyaan tentang kaolin pectin maupun obat diare lainnya, konsultasikan langsung pada dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download sekarang di App Store dan Google Play.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Kekurangan enzim pada lambung bisa memengaruhi proses pencernaan. Selain itu, bisa mengakibatkan naiknya asam lambung hingga gastritis. Untuk mencegah hal ini, ada beberapa hal yang bisa Anda lakukan.
Flatus adalah proses pengeluaran gas pencernaan melalui anus. Kondisi yang juga dikenal sebagai kentut ini dialami semua orang. Penyebab flatus meliputi sejumlah jenis makanan dan penyakit pada pencernaan Anda.
Daun jambu biji untuk diare mampu menghambat aktivitas bakteri penyebab diare seperti Escherichia coli, Shigella spp., dan Salmonella spp.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Dijawab oleh dr. Stasya Zephora
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved