Menghukum anak secara fisik maupun nonfisik dapat berdampak buruk bagi perkembangannya. Sebaiknya, terapkan metode disiplin yang tepat dalam mendidik anak.
16 Mar 2021
Ditinjau oleh dr. Karlina Lestari
Memarahi dan menghukum anak secara fisik bisa membuatnya ketakutan dan gelisah
Table of Content
Tidak sedikit orangtua yang menghukum anak ketika mereka menunjukkan perilaku buruk. Jenis hukuman yang diberikan orangtua umumnya bervariasi, mulai dari memarahi, memberikan time out, bahkan hingga memukul atau melakukan kekerasan fisik lainnya.
Advertisement
Cara menghukum anak lewat kekerasan fisik, seperti memukul atau menendang, dapat memberikan dampak buruk terhadap anak, apalagi jika cara hukum anak ini dilakukan tanpa menjelaskan kesalahan anak terlebih dahulu.
Cara menghukum anak dapat berpengaruh terhadap perkembangan Si Kecil, terutama jika hukuman yang diberikan berupa hukuman fisik. Berikut adalah sejumlah dampak buruk menghukum anak yang dapat terjadi.
Hukuman fisik yang diberikan kepada anak tanpa alasan yang jelas dapat membuatnya merasa tidak berharga dan dicintai orangtuanya. Alhasil, anak memiliki harga diri yang rendah. Ia juga akan merasa kesulitan untuk menyesuaikan diri di sekolah.
Harga diri dan rasa percaya diri yang rendah akibat sering mendapatkan hukuman, juga bisa membuat anak kesulitan berkonsentrasi. Kondisi ini tentunya dapat mengurangi potensinya untuk berprestasi secara akademis.
Sering menghukum anak bisa membuatnya ketakutan dan gelisah. Misalnya, jika Anda sering mengunci anak di ruang gelap, maka ia akan terus merasa ketakutan saat berada di ruangan yang gelap dan ketakutan ini bisa bertahan hingga dewasa kelak.
Saat anak sering mendapat hukuman baik fisik maupun nonfisik, ia akan menganggap bahwa itu merupakan hal yang wajar. Anggapan ini bisa membuatnya menyakiti orang lain tanpa merasa bersalah.
Anak seharusnya merasa terlindungi dengan adanya orangtua. Namun, jika orangtua terlalu sering menghukum anak, rasa aman tersebut akan hilang. Tak jarang, ada kasus di mana anak-anak berniat untuk bunuh diri untuk mengakhiri penderitaan yang dirasakannya.
Supaya terhindar dari berbagai dampak buruk menghukum anak, orangtua harus menerapkan cara mendidik yang tepat bagi Si Kecil. Jangan sampai cara yang dilakukan malah memperburuk perilaku dan mengacaukan masa depannya.
Baca Juga
Banyak yang salah kaprah jika menghukum anak merupakan cara yang tepat untuk membuatnya disiplin. Padahal keduanya jelas berbeda. Mendisiplinkan bukan berarti menghukum, apalagi melibatkan kekerasan fisik atau nonfisik.
Memberi hukuman hanya mengajarkan anak jika melanggar peraturan, maka ia akan mendapat konsekuensi yang buruk. Hal ini juga dilakukan tanpa mengajarkan anak mengapa aturan itu diterapkan, dan bagaimana harus bertanggung jawab terhadap masalah yang ditimbulkannya.
Oleh sebab itu, American Academy of Pediatric mendorong orangtua untuk menggunakan strategi disiplin, bukan hukuman fisik atau verbal. Adapun cara mendisiplinkan anak-anak dan remaja yang bisa diterapkan, yaitu:
Ketika anak melakukan perilaku yang baik, berikan pujian yang sesuai. Pujian akan membuatnya merasa berharga dan dicintai. Katakan juga padanya untuk mempertahankan perilaku tersebut sehingga anak tahu bahwa itu merupakan hal yang positif.
Orangtua harus menjadi panutan yang baik bagi anak. Jangan memberikan contoh yang buruk, seperti melakukan kekerasan atau berkata kasar, karena anak bisa menirunya.
Contohkan hal yang baik-baik, seperti membantu sesama, berkata sopan, dan lainnya, sehingga bisa ditiru anak.
Jika anak salah, bukan berarti Anda bebas menghukumnya. Tegurlah bahwa hal itu tidak sepatutnya ia lakukan. Apalagi jika sampai merugikan orang lain, misalnya, anak suka menjahili temannya.
Ingatkan kepada anak bahwa jika sikap tersebut tidak dihentikan, maka tidak akan ada yang mau menjadi temannya.
Berikan batasan yang jelas mengenai apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan anak. Hal ini bisa membantu anak belajar memahaminya. Misalnya, Anda dapat menerapkan jam malam bagi anak remaja supaya ia tidak terlambat pulang ke rumah.
Jika anak melanggar batasan tersebut, Anda bisa mendisiplinkannya dengan meminta anak merenungi kesalahan yang dilakukannya atau tidak memperbolehkan anak melakukan hal yang disukainya untuk sementara.
Alih-alih melakukan cara hukum anak secara fisik, arahkan ia untuk menjauhi perilaku buruk dengan kata-kata yang baik. Jangan memaki atau bahkan memukulnya karena bisa melukai hati Si Kecil. Ajak anak bicara dengan baik dan buat ia mengerti.
Anda juga bisa menerapkan contoh hukuman yang bersifat mendidik, misalnya saat anak malas bersih-bersih, Anda bisa menerapkan hukuman padanya untuk membersihkan kamar mandi atau mengepel.
Dengan begitu anak dapat mengenali dan mengontrol perilakunya. Hal ini tentu saja bisa membawa pengaruh positif terhadap perkembangan Si Kecil.
Meski memberi hukum anak dapat membuatnya jera dengan cepat, metode ini tidak selamanya efektif. Justru anak-anak yang mendapat hukuman fisik atau verbal cenderung mengembangkan perilaku fisik dan verbal yang negatif.
Jika Anda ingin bertanya lebih lanjut seputar kesehatan anak, tanyakan langsung pada dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download sekarang di App Store dan Google Play.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Ketiadaan sosok ayah dalam membesarkan anak perempuan berpotensi menyebabkan berbagai masalah. Beberapa dampak psikologia anak perempuan tanpa ayah, di antaranya rentan terhadap depresi dan gangguan makan, hingga fatherless daughter syndrome.
Botol minum anak menjadi salah satu perlengkapan yang kerap dipersiapkan orangtua ketika anak sekolah atau bepergian. Bukan hanya bentuknya yang unik, sebaiknya pilih botol minum yang aman untuk anak.
Setiap orang tua punya cara mendidik anak yang baik versi masing-masing. Namun, ada beberapa strategi yang dapat Anda lakukan untuk mendidik anak penderita cerebral palsy, yaitu konsisten, buat perencanaan, hingga bangun rutinitas.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Dijawab oleh dr. R. H. Rafsanjani
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved