Menghindari konflik dapat berdampak buruk terhadap kesehatan. Kebiasaan ini berpotensi mengakibatkan depresi serta meningkatkan risiko kematian dini.
2023-03-22 13:17:22
Ditinjau oleh dr. Anandika Pawitri
Orang yang menghindari konflik biasanya karena tidak ingin terlibat perdebatan lebih dalam
Table of Content
Konflik seringkali menguras emosi dan tenaga seseorang. Oleh sebab itu, banyak orang yang kemudian memilih untuk menghindari konflik. Hal tersebut biasanya dilakukan karena mereka tidak ingin terlibat masalah yang lebih dalam.
Advertisement
Meski terlihat baik, menghindari konflik nyatanya malah memberikan efek yang berkebalikan. Apabila diteruskan, kebiasaan ini dapat berdampak buruk terhadap kesehatan dan kehidupan pelakunya.
Ada beberapa sikap dan perilaku yang menjadi tanda bahwa Anda sengaja menghindari konflik. Alasannya pun beragam, yang paling umum adalah tidak ingin terlibat perdebatan lebih dalam dan ingin masalah cepat selesai.
Sejumlah sikap dan perilaku yang menjadi tandanya, antara lain:
Menghindari konflik dapat berdampak buruk terhadap kesehatan pelakunya. Tak hanya memicu penyakit, kebiasaan ini juga bisa mengakibatkan munculnya masalah kesehatan mental tertentu dan mengganggu hubungan Anda dengan orang lain.
Ketika menghindari perselisihan, Anda mengkompromikan perasaan yang sebenarnya. Lama-kelamaan, hal tersebut dapat membuat frustasi, sebelum kemudian memengaruhi kesehatan Anda.
Menurut sebuah penelitian berjudul “Emotion Suppression and Mortality Risk Over a 12-Year Follow-up”, memendam emosi bisa meningkatkan risiko kematian dini. Selain itu, memasang senyum palsu untuk menyembunyikan emosi juga berpotensi memicu depresi dan perasaan kesepian di dalam diri Anda.
Hubungan Anda dengan orang lain juga akan terpengaruh akibat menghindari konflik. Saat menjauhi konflik, Anda dengan sengaja memutuskan komunikasi dengan orang lain secara jujur.
Beberapa orang mungkin merasa bahwa tindakan tersebut bisa membantu menyelesaikan perdebatan. Namun, konflik yang tidak diselesaikan dalam jangka panjang dapat merusak hubungan Anda dengan orang tersebut.
Melihat dampak buruk yang bisa ditimbulkan, kebiasaan menghindari konflik haruslah segera dihilangkan. Beberapa tindakan yang dapat Anda lakukan untuk menghilangkan kebiasaan ini adalah sebagai berikut:
Refleksi diri dapat membantu Anda untuk lebih siap menghadapi konflik di masa depan. Kenali masalah apa saja yang menjadi pemicunya, lalu pikirkan mengenai bagaimana tindakan untuk menyelesaikannya. Semakin banyak Anda berlatih refleksi diri, kebiasaan menghindari konflik akan menghilang dengan sendirinya seiring waktu berjalan.
Belajar mengutarakan apa yang dirasakan dapat membantu menghilangkan kebiasaan ini. Menyampaikan kekesalan, kemarahan, dan kekecewaan Anda adalah tindakan yang boleh dilakukan. Sampaikan perasaan Anda secara jujur namun tetap dengan hormat, serta tidak menyerang.
Ketika terlibat konflik, jangan salahkan orangnya, tetapi perilakunya. Bicarakanlah bagaimana perilaku mereka memengaruhi pikiran dan perasaan Anda. Dengan begitu, mereka akan lebih memahami apa yang harus dilakukan agar masalah serupa tidak kembali terulang.
Daripada terus dipusingkan dengan konflik yang tidak kunjung selesai karena sikap diam Anda, cobalah untuk menyelesaikannya saat itu juga. Ketika menyelesaikan masalah, hindari bersikap defensif dan menghakimi. Sampaikan segala sesuatunya dengan tegas namun tetap tenang.
Jika Anda kesulitan menyelesaikan konflik, meminta bantuan profesional bisa dijadikan pilihan. Dengan begitu, Anda akan dibantu mencari jalan tengah untuk menyelesaikan masalah.
Baca Juga
Menghindari konflik dapat berdampak buruk terhadap kesehatan. Kebiasaan ini berpotensi mengakibatkan depresi serta meningkatkan risiko kematian dini. Selain itu, menjauhi konflik juga bisa merusak hubungan Anda dengan orang lain.
Jika kebiasaan ini mulai memengaruhi kondisi kesehatan mental Anda, segera berkonsultasi dengan profesional. Nantinya, Anda akan dibantu mengelola emosi dan diajarkan cara untuk berani mengutarakan perasaan di depan orang lain. Penanganan sedini mungkin mencegah kondisi Anda bertambah parah.
Apabila Anda memiliki pertanyaan seputar masalah kesehatan, Anda bisa bertanya langsung dengan dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ secara gratis. Unduh aplikasi SehatQ sekarang di App Store atau Google Play.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Begitu banyak informasi virus corona yang saat ini tersebar dan bisa sangat memengaruhi kesehatan mental Anda. Anda perlu menerapkan langkah-langkah jitu untuk mengurangi kecemasan, dan rasa panik.
Cara menghilangkan rasa bersalah yang berlebihan adalah mencoba memaafkan diri sendiri. Terus merasa bersalah ini akan membuat seseorang khawatiran, malu, dan cemas.
Dalam dunia psikologi, ada istilah hurry sickness. Namun, ini bukan termasuk dalam gangguan kesehatan mental. Pesatnya perkembangan teknologi punya peran signifikan dalam fenomena satu ini. Pada dasarnya, hurry sickness ini adalah rasa menggebu-gebu untuk memanfaatkan setiap detik. Segalanya seakan ingin dituntaskan secepat mungkin
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. R. H. Rafsanjani
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved