Plasenta adalah sumber kehidupan janin. Fungsi plasenta meliputi sumber nutrisi janin, melindungi janin dari infeksi bakteri, memberikan antibodi, hingga membuat sisa metabolisme dari darah janin.
Ditinjau secara medis oleh dr. Reni Utari
25 Apr 2023
Fungsi plasenta adalah memberikan nutrisi dan oksigen ke janin
Table of Content
Plasenta atau ari-ari merupakan salah satu dari tiga organ utama, selain tali pusat dan ketuban, yang berfungsi untuk mendukung pertumbuhan janin. Plasenta adalah organ yang baru terbentuk ketika wanita melalui proses kehamilan.
Advertisement
Letak plasenta normal adalah menempel di dinding rahim bagian atas atau samping, serta terhubung ke tubuh janin melalui tali pusat.
Fungsi plasenta untuk janin sangat penting. Jika terjadi gangguan pada organ ini, keselamatan janin dan kesehatan ibu hamil dapat terganggu.
Fungsi plasenta adalah sumber kehidupan janin. Komponen-komponen penting dari plasenta masuk ke janin melalui tali pusat.
Dari plasenta dan melalui tali pusat yang terhubung, janin mendapatkan aliran darah, oksigen, serta nutrisi yang dibutuhkan.
Untuk lebih jelasnya, berikut adalah berbagai fungsi plasenta.
Plasenta merupakan tempat pertukaran darah antara ibu dan janin.
Darah ibu hamil yang masuk ke plasenta adalah darah yang berisi banyak oksigen dan nutrisi penting untuk pertumbuhan janin.
Nutrisi dan oksigen tersebut kemudian dibawa ke pembuluh darah janin.
BACA JUGA: Janin dalam Rahim Ibu Memperoleh Makanan dari Mana? Ini Jawabannya
Salah satu fungsi plasenta adalah memproduksi hormon yang berkaitan dengan kehamilan.
Hormon yang dikeluarkan plasenta selama masa kehamilan adalah estrogen, progesteron, dan human chorionic gonadotropin (hCG).
Hormon-hormon tersebut dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin.
Plasenta juga berfungsi untuk melindungi janin dari infeksi bakteri. Alasannya, kekebalan tubuh ibu hamil diturunkan pada janin melalui plasenta.
Meski memberikan perlindungan dari sebagian besar bakteri, plasenta tidak bisa melindungi janin dari infeksi virus.
Alkohol, nikotin, dan zat berbahaya lainnya juga dapat menembus plasenta dan menyebabkan gangguan kesehatan pada janin.
Masih berhubungan dengan poin sebelumnya, plasenta menurunkan antibodi dari ibu hamil ke bayi di akhir kehamilan.
Antibodi ini dapat memberikan kekebalan tubuh pada bayi hingga usia tiga bulan.
Selain memberikan nutrisi, plasenta juga berfungsi untuk membuang sisa metabolisme yang sudah tidak dibutuhkan janin.
Zat-zat sisa dari janin kemudian dialirkan kembali ke aliran darah ibu hamil dan dikeluarkan bersama sisa metabolisme ibu.
Plasenta sudah tidak memiliki peran lagi setelah proses persalinan.
Pada ibu yang menjalani proses persalinan normal, plasenta umumnya keluar dalam waktu sekitar 5-30 menit setelah persalinan.
Proses keluarnya plasenta ini disebut sebagai tahap ketiga persalinan.
ibu tetap akan merasakan kontraksi ringan setelah bayi dilahirkan. Setelah itu, ibu diminta untuk mengejan agar plasenta keluar.
Untuk mempermudah proses tersebut, dokter atau bidan dapat memijat perut ibu.
Selain itu, pemberian suntikan oksitosin dapat dilakukan untuk memicu keluarnya plasenta.
Jika persalinan dilakukan dengan operasi caesar, dokter akan mengeluarkan plasenta saat operasi.
Setelah proses persalinan, semua bagian plasenta harus dikeluarkan dari tubuh ibu. Jika tidak, risiko perdarahan dan infeksi bisa terjadi.
BACA JUGA: Ari-ari Bayi, Inilah 9 Fakta serta Cara Mencuci dan Menguburnya
Dilansir dari Mayo Clinic, berikut adalah beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan dan fungsi plasenta selama kehamilan.
Semakin tua usia ibu saat mengandung, terutama di atas 40 tahun, maka kemungkinan terjadinya gangguan plasenta jadi semakin besar.
Selama di perut ibu, bayi berada di dalam kantong ketuban yang berisi cairan atau air ketuban.
Jika ketuban pecah atau merembes sebelum melahirkan, risiko terjadinya gangguan pada plasenta jadi meningkat.
Tekanan darah tinggi dapat berpengaruh buruk pada kesehatan ibu maupun janin yang dikandungnya.
Salah satunya adalah meningkatkan risiko terjadinya gangguan fungsi plasenta jika peredaran darah ibu hamil tidak lancar.
Hamil anak kembar dapat meningkatkan risiko munculnya kelainan pada plasenta.
Salah satu masalah yang dapat mempengaruhi fungsi plasenta adalah gangguan pembekuan darah.
Jika ibu pernah mengalami kelainan plasenta pada kehamilan sebelumnya, risiko untuk mengalami hal yang sama jadi lebih tinggi.
Jika ibu pernah menjalani operasi pada rahim seperti operasi caesar atau operasi untuk menghilangkan fibroid, maka risiko munculnya gangguan pada plasenta jadi meningkat.
Penggunaan zat-zat tertentu juga dapat mempengaruhi fungsi dan kesehatan plasenta.
Contohnya, ibu yang merokok atau menggunakan zat terlarang seperti kokain, lebih sering mengalami masalah plasenta tertentu selama kehamilan.
Pernah mengalami trauma pada area perut, misalnya karena terjatuh, kecelakaan mobil, terkena pukulan atau hantaman benda tumpul, atau benturan lainnya, dapat meningkatkan risiko abruptio plasenta.
Kondisi ini terjadi ketika plasenta terlepas sebelum persalinan.
Berikut adalah sejumlah gangguan pada plasenta yang paling umum dan perlu diwaspadai.
Plasenta previa adalah kondisi plasenta yang berada pada posisi terlalu ke bawah sehingga menutupi sebagian atau seluruh leher rahim yang menjadi jalan lahir bayi.
Posisi plasenta memang dapat berubah sendiri seiring bertambahnya usia kehamilan.
Namun, jika posisinya tidak kunjung berubah saat waktu persalinan, dokter dapat melakukan operasi caesar untuk mengeluarkan bayi dengan selamat.
Plasenta previa juga dapat menyebabkan perdarahan vaginal sebelum dan saat proses persalinan.
Abruptio plasenta adalah kondisi ketika plasenta yang seharusnya menempel seluruhnya di dinding rahim, justru hanya melekat sebagian atau bahkan sama sekali tidak menempel pada dinding rahim.
Kondisi yang juga dikenal sebagai solusio plasenta ini merupakan penyebab kematian janin dan bayi baru lahir yang paling banyak terjadi.
Abruptio plasenta juga dapat memicu persalinan prematur dan gangguan pertumbuhan janin.
Plasenta akreta adalah gangguan perlekatan pada plasenta. Pada kondisi ini, plasenta justru melekat di otot dinding rahim atau bahkan di organ lain di sekitar rahim.
Gangguan ini bisa menyebabkan terjadinya perdarahan parah sehingga membahayakan ibu dan janin.
Insufisiensi plasenta adalah gangguan yang terjadi ketika plasenta tidak berfungsi dengan baik selama kehamilan.
Pada situasi ini, plasenta merampas oksigen dan nutrisi untuk bayi. Insufisiensi plasenta perlu segera ditangani karena dampaknya bisa mempengaruhi pertumbuhan bayi.
Retensi plasenta adalah kondisi plasenta yang tidak keluar setelah kelahiran karena terhambat serviks atau masih melekat pada rahim.
Masalah ini dapat menyebabkan ibu mengalami infeksi, kehilangan banyak darah, hingga dapat mengancam jiwa.
BACA JUGA: Bagaimana Cara Mengatasi Plasenta Letak Rendah Atas Saran Dokter?
Fungsi plasenta dapat berjalan dengan baik jika kesehatannya dijaga dengan benar.
Salah satu hal yang perlu dilakukan ibu hamil adalah rutin memeriksakan diri ke dokter kandungan.
Selain itu, beberapa langkah di bawah ini juga dapat dilakukan untuk menjaga fungsi plasenta.
Punya pertanyaan lain terkait plasenta atau kehamilan? Tanyakan ke dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ saja.
Download aplikasinya di App Store dan Google Play sekarang!
Advertisement
Ditulis oleh Nina Hertiwi Putri
Referensi
Artikel Terkait
Retensio plasenta adalah kondisi ketika plasenta tidak bisa keluar dari rahim setelah proses persalinan. Komplikasi ini dapat menyebabkan pendarahan hebat yang mengancam jiwa ibu.
16 Jun 2020
Penyebab plasenta tertinggal dalam rahim (ritensio plasenta) adalah kontraksi rahim yang kurang mencukupi atau bahkan sudah hilang, akibatnya ibu bisa mengalami perdarahan yang mengancam jiwa.
28 Mei 2019
Proses melahirkan normal adalah salah satu proses paling menyakitkan bagi seorang ibu. Melakukan olahraga persiapan persalinan adalah salah satu cara untuk mengurangi sakit dan memperlancar proses melahirkan normal yang akan Anda hadapi.
30 Mei 2019
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Vina Liliana
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Dijawab oleh dr. Stasya Zephora
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved