Traumatic bonding merupakan hubungan tidak sehat, yang membuat seseorang bertahan meski jadi korban pelecehan atau kekerasan. Fokus pada tindakan buruk pelaku dan tutup komunikasi dengannya bisa membantu Anda keluar dari hubungan ini.
2023-03-27 22:19:18
Ditinjau oleh dr. Anandika Pawitri
Traumatic bonding buat orang tetap bertahan dalam hubungan meski jadi korban kekerasan
Table of Content
Pertengkaran adalah hal yang wajar terjadi dalam sebuah hubungan. Namun, jika pertengkaran yang terjadi disertai dengan kekerasan dari salah satu pasangan, hal tersebut menjadi pertanda bahwa hubungan Anda tidak sehat. Anehnya, banyak orang yang selama ini memilih bertahan meski pasangannya telah melakukan tindak kekerasan kepada mereka. Jika Anda termasuk salah satunya, kondisi ini dikenal dengan istilah traumatic bonding.
Advertisement
Traumatic bonding adalah kondisi yang terjadi saat seseorang terus membangun ikatan dengan orang yang telah melakukan tindakan kekerasan maupun pelecehan kepada dirinya. Keinginan untuk bertahan ini biasanya didasari oleh simpati dan kasih sayang korban terhadap pelaku.
Beberapa tanda terjadinya traumatic bonding dalam hubungan, antara lain:
Ikatan ini bisa berkembang kapan saja, dengan jangka waktu yang berbeda pada masing-masing orang, baik hitungan hari, minggu, atau bulan. Meskipun begitu, tidak semua korban kekerasan atau pelecehan akan mengalami traumatic bonding.
Meski telah menerima perlakuan buruk, korban enggan untuk meninggalkan dan lebih memilih bertahan dengan pelaku pelecehan atau kekerasan. Salah satu faktor yang menjadi penyebab traumatic bonding antara lain keterikatan atau ketergantungan dengan pelaku.
Keterikatan atau ketergantungan dapat membuat orang bertahan dalam hubungan yang tidak sehat. Sebagai contoh, pelaku kekerasan atau pelecehan selama ini adalah orang yang selalu memberi dukungan ketika korban dipusingkan dengan masalah hidup maupun pekerjaan.
Tanpa pelaku, korban merasa tidak bisa mendapatkan ketenangan hati. Kondisi tersebut kemudian memicu traumatic bonding karena korban menganggap hanya pelakulah yang dapat mengerti perasaannya.
Selain keterikatan dan ketergantungan, harapan bahwa pelaku akan berubah serta tidak mengulangi lagi tindakan mereka juga bisa menjadi penyebab traumatic bond. Usai melakukan tindakan buruk kepada korban, pelaku umumnya akan meminta maaf dan berjanji untuk berubah.
Janji tersebut seringkali disertai dengan tindakan manis yang membuat korban kembali terbuai. Korban percaya bahwa hubungan antara dirinya dengan pelaku akan berjalan seperti yang telah dijanjikan.
Cara keluar dari traumatic bonding memang tak semudah seperti membalikkan telapak tangan. Ikatan yang dalam dengan pelaku seringkali membuat korban enggan untuk berpaling. Berikut beberapa hal yang dapat membantu Anda keluar dari hubungan tidak sehat ini:
Korban kekerasan atau pelecehan biasanya memilih bertahan karena terbuai dengan janji-janji yang diberikan oleh pelaku. Untuk dapat keluar dari traumatic bonding, fokus terhadap tindakan buruk yang telah dilakukan pelaku. Cara tersebut bisa membuat Anda lebih mudah untuk keluar dari hubungan yang tidak sehat bersama pelaku.
Memutuskan hubungan dengan pelaku mungkin akan terasa sangat sulit di awal, tetapi perlu dilakukan demi kebaikan Anda. Hentikan semua komunikasi dengan pelaku. Untuk memutus komunikasi, Anda bisa mengganti nomor atau memblokir semua akun media sosialnya.
Menyalahkan diri sendiri atas tindakan pelecehan atau kekerasan yang dilakukan pelaku hanya akan membuat Anda kesulitan keluar dari traumatic bonding. Tanamkan di dalam pikiran bahwa tindakan buruk pelaku terjadi bukan karena kesalahan Anda. Yakinlah, Anda berhak mendapat orang yang lebih baik lagi.
Dibanding kembali ke pelaku kekerasan atau pelecehan, terapkan teknik self-care atau perawatan diri untuk menghilangkan stres yang dirasakan. Beberapa aktivitas yang dapat membantu menenangkan pikiran, antara lain meditasi, olahraga, berdoa, serta melakukan hobi.
Apabila Anda ingin keluar dari hubungan tidak sehat tersebut namun merasa kesulitan, tak ada salahnya untuk berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater. Terapis akan mencoba membantu Anda untuk membangun batasan, mengembangkan kemampuan dalam menciptakan hubungan yang sehat, hingga mengatasi trauma.
Baca Juga
Traumatic bonding adalah hubungan tidak sehat yang membuat seseorang bertahan meskipun telah menjadi korban kekerasan atau pelecehan. Walaupun sulit untuk keluar dari hubungan ini, sebaiknya segera putuskan hubungan dengan pelaku demi kebaikan dan kesehatan Anda.
Jika Anda kesulitan untuk keluar dari hubungan tidak sehat tersebut, segeralah berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater. Untuk berdiskusi lebih lanjut mengenai traumatic bonding dan cara untuk lepas dari ikatan pelaku, tanyakan langsung ke dokter di aplikasi kesehatan SehatQ . Download sekarang di App Store dan Google Play.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Mental abuse dapat membuat korban merasa tidak berharga dan menghancurkan kepercayaan dirinya. Kenali tanda-tanda mental abuse berikut ini sebelum terlambat.
Rasa jenuh dalam hubungan tidak boleh dibiarkan. Tanda-tanda titik jenuh dalam hubungan yang dapat Anda dan pasangan identifikasi, di antaranya terus-menerus bertengkar hingga rutinitas bersama yang terasa menjemukan.
Puber kedua, yang sering juga disebut sebagai midlife crisis sebenarnya merupakan periode seseorang mempertanyakan hidup yang selama ini telah dijalaninya. Puber kedua biasanya terjadi pada usia 40-50 tahun.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Stasya Zephora
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved