Terapi trombolitik merupakan perawatan yang dapat dilakukan sebagai pengobatan darurat stroke dan masalah pembekuan darah lainnya. Idealnya, obat-obatan trombolitik diberikan dalam 3 jam sejak gejala stroke pertama.
Ditinjau secara medis oleh dr. Reni Utari
16 Agt 2021
Ilustrasi terapi trombolitik dalam menangani pembekuan darah
Table of Content
Trombolisis atau terapi trombolitik adalah prosedur penggunaan obat-obatan untuk memecah atau melarutkan pembekuan darah berbahaya di pembuluh darah. Terapi trombolitik juga dapat berfungsi untuk meningkatkan aliran darah dan mencegah kerusakan jaringan beserta organ.
Advertisement
Pembekuan darah merupakan penyebab utama dari serangan jantung dan stroke. Terapi trombolitik hadir sebagai salah satu solusinya, dengan bantuan obat-obatan yang telah disetujui untuk pengobatan darurat stroke dan serangan jantung.
Obat-obatan yang umumnya digunakan dalam terapi trombolitik adalah aktivator plasminogen jaringan (tPA). Obat trombolitik juga sebaiknya diberikan kepada penderita serangan jantung atau stroke dalam 30 menit pertama setelah tiba di rumah sakit untuk perawatan lebih lanjut.
Ada beberapa jenis obat-obatan agen trombolitik alias pemecah gumpalan darah yang biasanya digunakan, di antaranya:
Jenis obat-obatan trombolitik dapat diberikan melalui beberapa metode yang bergantung pada keadaaannya, seperti:
Cara kedua lebih sering dilakukan dokter dalam memberikan obat trombolitik. Selama menjalankan terapi trombolitik, dokter akan menggunakan pencitraan radiologis untuk memastikan apakah bekuan darah dapat dilarutkan.
Proses terapi trombolitik dapat memakan waktu. Jika gumpalan darah ukurannya relatif kecil, mungkin hanya membutuhkan waktu beberapa jam. Sementara itu, untuk penggumpalan darah yang parah, mungkin diperlukan waktu hingga beberapa hari.
Selain kedua jenis di atas, ada juga pilihan terapi trombolitik lainnya yang disebut dengan trombektomi mekanis. Prosedur ini dilakukan dengan cara memasukkan kateter panjang di mana pada ujungnya dipasang alat khusus, seperti:
Berbagai perangkat di atas digunakan untuk memecah pembekuan darah secara fisik.
Sebagian besar stroke disebabkan oleh pembekuan darah yang berpindah dari pembuluh darah di area lain ke pembuluh darah di otak. Pembekuan darah ini lantas menghalangi aliran darah pada bagian otak yang terpengaruh.
Terapi trombolitik dapat digunakan pada penderita stroke iskemik untuk membantu melarutkan pembekuan darah dengan cepat. Pemberian agen trombolitik dalam jangka waktu 3 jam dari gejala stroke pertama, dinilai mampu membantu meminimalisir kerusakan dan kecacatan akibat stroke.
Akan tetapi, tidak semua penderita stroke dapat menjalani terapi trombolitik. Keputusan pemberian obat trombolitik umumnya dilakukan dokter dengan berdasarkan pada:
Jika pasien mengalami stroke yang melibatkan perdarahan di otak (stroke hemoragik), maka terapi trombolitik juga tidak bisa diberikan. Sebab, terapi ini dianggap dapat menyebabkan peningkatan perdarahan dan memperburuk stroke.
Baca Juga
Terapi trombolitik tergolong aman dan efektif. Meskipun demikian, terdapat potensi efek samping trombolitik yang membuat terapi ini tidak direkomendasikan bagi beberapa orang.
Risiko yang paling umum dari terapi trombolitik adalah perdarahan. Potensi efek samping perdarahan kecil dari gusi atau hidung dapat terjadi pada sekitar 25 persen pasien. Sementara itu, potensi perdarahan otak dapat terjadi pada sekitar 1 persen pasien.
Terapi trombolitik juga dapat meningkatkan risiko perdarahan pada pasien yang sedang mengonsumsi obat pengencer darah atau mereka yang memiliki berbagai kondisi berikut:
Terapi trombolitik juga memiliki potensi menyebabkan infeksi walaupun risikonya tergolong kecil (kurang dari 1 dalam 1000).
Alergi setelah menerima terapi trombolitik juga bisa terjadi karena sensitivitas terhadap pewarna yang mungkin diperlukan untuk pencitraan selama proses terapi.
Terapi trombolitik juga dapat berisiko menyebabkan sejumlah efek samping lainnya, seperti:
Kemungkinan komplikasi yang paling serius adalah perdarahan intrakranial. Kondisi ini sangat jarang terjadi, tepatnya kurang dari 1 persen pasien mengalami efek samping trombolitik berupa perdarahan di otak yang menyebabkan stroke ini.
Apabila Anda memiliki pertanyaan seputar masalah kesehatan, Anda bisa bertanya langsung dengan dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ secara gratis. Unduh aplikasi SehatQ sekarang di App Store atau Google Play.
Advertisement
Ditulis oleh Nenti Resna
Referensi
Artikel Terkait
Hemofilia A dan B merupakan jenis hemofilia yang paling umum terjadi karena kehilangan faktor pembekuan akibat mutasi genetik.
24 Feb 2022
Stroke mata terjadi ketika pembuluh darah di retina mengalami penyumbatan. Kondisi ini bisa menyebabkan penderitanya mengalami gangguan penglihatan hingga kebutaan permanen.
20 Apr 2021
Selama ini, beredar mitos yang menyebut bahwa badan memar karena kecapean. Padahal, penyebab memar yang paling umum adalah cedera. Selain cedera, beberapa kondisi seperti efek pengobatan, kekurangan vitamin, hingga penyakit tertentu juga dapat memicu munculnya memar pada tubuh Anda.
27 Okt 2020
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Dijawab oleh dr. R. H. Rafsanjani
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved