Terapi okupasi dilakukan untuk membantu individu mencapai tingkat maksimal fungsi dan kemandirian dalam semua aspek kehidupan. Terdapat beberapa jenis terapi okupasi yang disesuaikan dengan kebutuhan seseorang.
25 Jun 2021
Ditinjau oleh dr. Karlina Lestari
Terapi okupasi membantu memaksimalkan fungsi tubuh dan kognitif agar dapat hidup mandiri
Table of Content
Pada kondisi kesehatan tertentu, beberapa orang mungkin mengalami keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Misalnya saja, anak berkebutuhan khusus (ABK), lansia yang mengalami penurunan fungsi tubuh, hingga seseorang yang mengalami trauma atau kecelakaan.
Advertisement
Demi dapat menjalani hari-hari mereka secara mandiri dan tidak bergantung dengan orang lain, menjalani terapi okupasi dapat menjadi solusi.
Simak ulasan mengenai terapi okupasi berikut ini.
Terapi okupasi adalah terapi yang dilakukan untuk membantu individu agar dapat mandiri dalam semua aspek kehidupan dengan memaksimalkan fungsi tubuhnya. Biasanya, terapi ini diberikan kepada mereka yang mengalami keterbatasan fisik ataupun psikis tertentu.
Terapi ini dilakukan dengan cara melihat fungsi fisik, psikologis, dan sosial individu dalam suatu program aktivitas terstruktur. Itu sebabnya terapi okupasi pada anak akan berbeda dengan lansia atau orang yang mengalami cedera.
Kemudian, serangkaian rencana terapi akan dibuat. Dengan begitu, mereka diharapkan dapat menjadi lebih mandiri dalam menggunakan anggota tubuhnya.
Lebih jelas, asosiasi terapi okupasi Amerika Serikat, AOTA, menyebutkan bahwa terdapat tiga tahapan layanan terapi okupasi, yakni:
Pada tahap ini, pasien ataupun keluarga bersama dengan terapi menentukan tujuan yang ingin dicapai. Mengetahui sejauh mana kapasitas pasien akan menjadi penting untuk menentukan langkah selanjutnya dan menentukan target terapi.
Tahap ini bertujuan untuk menyesuaikan jenis terapi yang diperlukan individu berdasarkan penilaian yang telah dilakukan. Jenis terapi yang diberikan diharapkan dapat membantu pasien meningkatkan kemampuannya menjalankan aktivitas sehari-hari dan mencapai goals yang telah ditentukan.
Setelah menjalani rangkaian terapi, evaluasi akan dilakukan untuk memastikan keberhasilan terapi atau dibutuhkan perubahan rencana terapi.
Semua golongan usia yang memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari dapat melakukan terapi okupasi, mulai dari bayi, anak, dewasa, hingga lansia.
Beberapa kondisi umum yang membutuhkan terapi okupasi antara lain:
Baca Juga
Terapi okupasi biasanya akan menyesuaikan dengan kondisi kesehatan dan kebutuhan individu tersebut. Artinya, Anda membutuhkan konsultasi dengan dokter untuk menentukan jenis terapi yang tepat untuk Anda atau orang terdekat Anda.
Melansir dari situs National Health Service milik Inggris Raya, berikut ini beberapa contoh terapi okupasi yang dilakukan di rumah sakit:
Baca Juga
Terapi okupasi membutuhkan terapis yang memiliki pendidikan dan keterampilan khusus untuk melakukan berbagai perawatan sebagai bagian dari terapi okupasi. Untuk itu, terapi okupasi tidak bisa dilakukan seorang diri tanpa panduan dan pengawasan ahli.
Mendatangkan terapis dapat menjadi cara terapi okupasi di rumah yang aman. Selain itu, cara ini juga memastikan bahwa terapi berjalan sesuai dengan rencana dan perkembangan bisa lebih terukur.
Mendatangkan terapis ke rumah juga bisa menjadi solusi di masa pandemi Covid-19 seperti ini. Terlebih, jika tempat terapi yang biasa Anda layani bergabung dengan fasilitas layanan kesehatan umum.
Jika Anda ingin bertanya lebih jauh tentang terapi okupasi atau membutuhkan saran layanan terapi okupasi, Anda juga bisa berkonsultasi dengan dokter secara online melalui aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download aplikasinya di App Store dan Google Play sekarang!
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Terdapat beragam cara menambah nafsu makan yang aman dan mudah dilakukan, seperti berolahraga, membuat suasana makan jadi menyenangkan, hingga menambah bumbu masak untuk meningkatkan cita rasa makanan.
Istilah diabetes kering dan basah sebenarnya merujuk pada kondisi luka yang dialami oleh diabetesi. Dunia kedokteran pun tidak mengakui kedua istilah ini sebagai istilah resmi jenis diabetes.
Jika terjadi mutasi kromosom, bisa terjadi sindrom XYY atau kelebihan satu kromosom Y di tiap selnya.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. R. H. Rafsanjani
Dijawab oleh dr. R. H. Rafsanjani
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved