logo-sehatq
logo-kementerian-kesehatan
Forum
Penyakit

Stres Oksidatif: Kondisi Ketika Radikal Bebas dan Antioksidan Tidak Seimbang

open-summary

Stres oksidatif adalah kondisi di mana kadar antioksidan dan radikal bebas di dalam tubuh tidak seimbang. Sebenarnya, zat radikal bebas tidak selalu buruk. Ketika berfungsi dengan tepat, radikal bebas dapat melawan patogen penyebab infeksi. Namun di sisi lain, zat radikal bebas dapat menyebabkan reaksi rantai kimia di tubuh karena mudah bersinggungan dengan molekul lain atau teroksidasi.


close-summary

Ditinjau secara medis oleh dr. Anandika Pawitri

21 Mei 2020

Mengonsumsi alkohol berlebih dapat menyebabkan stres oksidatif dalam tubuh

Konsumsi alkohol berlebih dapat memicu stres oksidatif

Table of Content

  • Dampak stres oksidatif pada tubuh
  • Faktor risiko mengalami stres oksidatif

Paparan dan produksi alami zat radikal bebas bisa diimbangi salah satunya dengan asupan antioksidan cukup dalam tubuh. Ketika kedua hal ini tidak seimbang, konsekuensinya adalah bisa terjadi stres oksidatif. Dalam jangka panjang, orang yang mengalami stres oksidatif dapat menderita berbagai penyakit.

Advertisement

Sebenarnya, zat radikal bebas tidak selalu buruk. Ketika berfungsi dengan tepat, radikal bebas dapat melawan patogen penyebab infeksi. Namun di sisi lain, zat radikal bebas dapat menyebabkan reaksi rantai kimia di tubuh karena mudah bersinggungan dengan molekul lain atau teroksidasi.

Dampak stres oksidatif pada tubuh

Stres oksidatif akan terjadi ketika jumlah aktivitas zat radikal bebas dan antioksidan tidak seimbang. Apabila lebih banyak zat radikal bebas ketimbang antioksidan dalam tubuh, sifat destruktif zat radikal bebas akan lebih mendominasi.

Hal ini bisa berdampak pada jaringan lemak, DNA, dan protein dalam tubuh. Apalagi, protein, lipid, dan DNA memiliki porsi cukup besar dalam tubuh sehingga kerusakannya bisa memicu berbagai penyakit seperti:

  • Diabetes
  • Pengerasan pembuluh darah (atherosclerosis)
  • Peradangan
  • Tekanan darah tinggi
  • Penyakit jantung
  • Penyakit degeneratif saraf seperti Parkinson dan Alzheimer
  • Kanker
  • Penuaan dini

Faktor risiko mengalami stres oksidatif

Secara alami, tubuh memang memproduksi zat radikal bebas lewat aktivitas seperti berolahraga atau mengalami peradangan. Ini normal dan merupakan cara tubuh memastikan bisa berfungsi dengan sehat.

Selain itu, faktor risiko juga datang dari paparan zat radikal bebas dari luar atau eksternal. Beberapa sumbernya adalah:

  • Ozon
  • Pestisida dan cairan pembersih kimia tertentu
  • Asap rokok
  • Radiasi
  • Polusi udara
  • Konsumsi alkohol berlebih
  • Konsumsi makanan terlalu tinggi gula dan lemak

Beberapa faktor risiko di atas sebenarnya bisa dihindari. Atau setidaknya, diimbangi dengan memperbanyak asupan makanan kaya antioksidan. Dengan demikian, antioksidan bisa mengimbangi zat radikal bebas dan memastikan tidak ada risiko terjadinya stres oksidatif.

Baca Juga

  • Memahami Gerakan Squat Jump dan Manfaatnya untuk Tubuh
  • Mengenal Inner Beauty dan Cara Memancarkannya
  • Penyebab dan Gejala Limfosit Tinggi

Idealnya, cara terbaik memastikan tubuh mendapat asupan antioksidan yang cukup adalah dengan mengonsumsi beragam buah dan sayur. Contoh buah dan sayur kaya antioksidan adalah:

  • Berries
  • Cherry
  • Citrus
  • Sayuran hijau
  • Brokoli
  • Tomat
  • Wortel
  • Ikan
  • Kunyit
  • Teh hijau
  • Bawang
  • Kayu manis
  • Kacang-kacangan

Selain memastikan tubuh mendapat cukup asupan antioksidan dari makanan, penting juga memastikan ada perubahan gaya hidup yang lebih positif. Apa saja contohnya?

  • Aktif bergerak

Secara berkala, jadwalkan berolahraga agar tubuh berkeringat. Hal ini bisa meningkatkan kadar antioksidan dan menurunkan kerusakan yang mungkin dipicu oleh stres oksidatif. Tak hanya itu, aktif bergerak juga membuat seseorang lebih panjang umur, mencegah penuaan dini, dan terhindar dari berbagai penyakit.

  • Tidak merokok

Adalah pilihan bijak untuk tidak merokok sehingga paparan zat radikal bebas bisa dihindari. Tak hanya itu, hindari lingkungan yang menyebabkan diri menjadi perokok pasif. Jangan lupakan pula bahaya residu asap rokok di perabotan atau pakaian orang lain (thirdhand smoke).

  • Waspada paparan zat kimia

Ada banyak zat kimia yang tanpa terasa ada di sekitar seperti pengharum ruangan atau pestisida kimia. Jadi, perlu jeli juga mengetahui apakah sumber makanan mengandung pestisida atau tidak. Tak harus makanan organik, setidaknya selalu cuci bersih sebelum mengonsumsinya.

  • Memakai tabir surya

Tabir surya juga bisa mencegah kerusakan DNA di dalam kulit akibat paparan sinar ultra violet. Gunakan terutama bagi yang beraktivitas di luar ruangan.

  • Kualitas tidur baik

Sangat penting memastikan kualitas tidur tetap baik sehingga fungsi tubuh berjalan dengan seimbang. Baik itu fungsi otak, hormon, dan kinerja antioksidan semuanya bergantung pada kualitas tidur seseorang.

  • Hindari makan berlebih

Kebiasaan makan berlebih atau overeating tidak hanya menyebabkan perut keras atau rasa tidak nyaman lainnya. Di samping itu, ada kemungkinan tubuh mengalami stres oksidatif jika terus menerus makan berlebih. Jadi, siasati dengan makan porsi kecil dengan frekuensi lebih sering.

Kesadaran diri sendiri bisa menjadi awal mencegah terjadinya stres oksidatif dalam tubuh. Imbangi produksi alami maupun paparan zat radikal bebas dengan mengonsumsi makanan kaya antioksidan serta menjalani gaya hidup sehat. Jadi, pilihan untuk menjaga tubuh dari stres oksidatif kembali pada kedisiplinan diri sendiri.

Advertisement

penyakithidup sehatpola hidup sehat

Ditulis oleh Azelia Trifiana

Referensi

Bagikan

Artikel Terkait

Diskusi Terkait di Forum

Advertisement

logo-sehatq
    FacebookTwitterInstagramYoutubeLinkedin

Langganan Newsletter

Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.

Perusahaan

Dukungan

Butuh Bantuan?

Jam operasional:
07:00 - 20:00 WIB

Hubungi Kami+6221-27899827

© SehatQ, 2023. All Rights Reserved