Retensio plasenta adalah kondisi ketika plasenta tidak bisa keluar dari rahim setelah proses persalinan. Komplikasi ini dapat menyebabkan pendarahan hebat yang mengancam jiwa ibu.
2023-03-29 23:18:20
Ditinjau oleh dr. Karlina Lestari
Retensio plasenta dapat menyebabkan pendarahan berlebih bila ari-ari masih tertinggal di dalam tubuh ibu setelah melahirkan
Table of Content
Setiap ibu hamil tentu menginginkan proses persalinan yang lancar. Sayangnya, kemungkinan komplikasi persalinan bisa saja terjadi, termasuk retensio plasenta. Retensio plasenta adalah tertinggalnya seluruh atau sebagian plasenta di dalam rahim setelah bayi dilahirkan.
Advertisement
Umumnya, plasenta atau ari-ari akan keluar dari rahim secara alami dalam waktu 30 menit setelah melahirkan. Retensio plasenta pun dapat menyebabkan pendarahan berlebih, infeksi, bahkan mengancam jiwa ibu sehingga tak boleh diabaikan.
Retensio plasenta termasuk komplikasi langka yang hanya memengaruhi sekitar 2-3% persalinan yang terjadi. Terdapat tiga penyebab retensio plasenta yang perlu ibu ketahui, yaitu:
Rahim berhenti berkontraksi atau tak cukup berkontraksi untuk mengeluarkan plasenta. Akibatnya, plasenta pun tetap melekat dengan longgar pada dinding rahim. Ini menjadi retensio plasenta yang paling umum terjadi.
Plasenta keluar dari rahim, namun terperangkap di belakang leher rahim. Ini umumnya terjadi karena serviks mulai menutup sebelum plasenta dikeluarkan sehingga terjebak di belakangnya.
Plasenta akreta adalah plasenta yang tumbuh terlalu dalam di dinding rahim, umumnya karena kelainan pada lapisan rahim. Hal ini membuatnya lebih sulit dikeluarkan, bahkan bisa menyebabkan pendarahan hebat.
Ibu lebih berisiko mengalami retensio plasenta jika bayi lahir prematur. Sebab kemungkinan plasenta dirancang untuk tetap berada di tempatnya selama 40 minggu. Selain itu, kelahiran pertama dan penggunaan syntocinon dalam waktu yang lama untuk menginduksi atau mempercepat persalinan juga dikaitkan dengan retensio plasenta.
Ketika plasenta atau ari-ari tetap berada di dalam tubuh, wanita akan menunjukkan gejala sehari setelah melahirkan. Gejala retensio plasenta yang mungkin terjadi, antara lain:
Karena retensio plasenta terjadi setelah melahirkan bayi, maka tak akan ada dampak pada si Kecil. Akan tetapi, kondisi ini sangat berisiko bagi ibu. Jika plasenta tak juga dikeluarkan, pembuluh darah tempat melekatnya organ tersebut akan terus mengalami pendarahan.
Rahim juga tak akan bisa menutup dengan benar, sehingga menimbulkan risiko kehilangan darah yang parah, bahkan mungkin disertai infeksi. Dalam banyak kasus, pendarahan yang berlebih bisa mengancam jiwa.
Baca Juga
Mengatasi retensio plasenta tentu saja dengan mengeluarkan seluruh atau sebagian plasenta yang masih tertinggal di rahim. Adapun cara mengatasi retensio plasenta yang dapat dilakukan, meliputi:
Selalu konsultasikan pada dokter untuk mendapat penanganan yang tepat. Jangan sampai kondisi ini diabaikan dan malah akan membahayakan diri Anda. Sementara, jika Anda berisiko mengalami retensio plasenta atau pernah mengalami sebelumnya, diskusikanlah kekhawatiran tersebut dengan dokter kandungan Anda sebelum melahirkan agar bisa mempersiapkan persalinan dengan baik.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Metode ILA adalah salah satu jenis anestesi yang dipakai agar seorang ibu dapat melahirkan tanpa atau sangat minim rasa sakit. Bagaimana hal ini dilakukan?
Proses pembukaan lahiran terbagi dalam tiga fase utama yaitu terbukanya jalan lahir, persalinan, hingga keluarnya plasenta yang terjadi pada pembukaan 1 hingga 10 pada ibu hamil.
Lokia adalah keluarnya cairan yang keluar vagina menyerupai keputihan setelah menjalani proses melahirkan. Karena jumlahnya banyak, kamu perlu pembalut nifas untuk mengatasinya.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. R. H. Rafsanjani
Dijawab oleh dr. R. H. Rafsanjani
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved