Penyebab autisme bisa dipicu oleh berbagai faktor, seperti genetik, lingkungan, dan usia ibu saat kehamilan. Program terapi dapat membantu mengendalikan gejala gangguan tersebut.
Ditinjau secara medis oleh dr. Karlina Lestari
23 Mar 2022
Anak autis memiliki kesulitan dalam berkomunikasi.
Table of Content
Tidak mudah untuk memahami perilaku anak yang menderita gangguan spektrum autisme (ASD) atau biasa dikenal dengan autis. Namun, orangtua bisa mencari tahu penyebab autis dan gejala yang menyertainya agar dapat mencari terapi yang tepat bagi anak.
Advertisement
Autisme adalah kelainan dalam tumbuh kembang anak yang mempengaruhi kemampuan mereka dalam berkomunikasi dan berperilaku.
Dokter bisa mendiagnosis anak menderita ASD dalam usia berapa pun, tapi gejala autisme dapat terlihat dalam 2 tahun pertama usianya.
Gejala anak autis yang muncul dapat bervariasi. Namun, aspek yang paling terdampak umumnya adalah kemampuan anak dalam berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain, misalnya:
Karena anak autisme menderita kelainan pola komunikasi, mereka juga akan menunjukkan pola perilaku yang tergolong aneh secara berulang. Ciri-ciri autisme pada anak tersebut, seperti:
Anak dengan autisme tidak tahan ketika menjalani rutinitas yang membuatnya kelimpungan. Hal itu bisa membuatnya marah, frustrasi, stres, atau sedih.
Di sisi lain, sekitar 1 dari 10 anak yang menderita autisme juga memperlihatkan adanya sindrom savant.
Sindrom ini terjadi ketika seseorang memperlihatkan kemampuan luar biasa di bidang tertentu, misalnya memainkan musik dengan sempurna, mampu menyelesaikan masalah matematika yang sangat kompleks, maupun memiliki pencapaian akademis yang sempurna.
Gejala autis pada anak ini biasanya muncul dalam 3 tahun pertama kehidupannya, bahkan sejak lahir. Namun, tidak jarang juga anak memperlihatkan fase tumbuh kembang normal di awal, dan gejalanya baru terlihat saat menginjak usia 18-36 bulan.
Bukan hanya gejala, penyebab merupakan salah satu pembahasan tentang autisme yang banyak dipertanyakan.
Sebetulnya, penyebab autis pada anak tidak diketahui secara pasti. Hingga saat ini, para peneliti menduga bahwa ada kerusakan di bagian otak yang menginterpretasikan masalah dan memproses bahasa pada anak dengan autisme
Terdapat beberapa faktor risiko yang diduga dapat menjadi penyebab anak autis, yaitu:
Pada sebagian anak, penyebab autisme dikaitkan dengan kelainan genetik. Artinya, faktor genetik bisa menjadi penyebab autis.
Adanya mutasi pada gen tertentu dan kelainan genetik, seperti sindrom fragile x, dikaitkan kepada peningkatan risiko seorang anak mengidap autisme.
Faktor lingkungan juga disinyalir dapat menjadi penyebab anak autis. Sebagian riset menunjukkan adanya hubungan antara autisme dengan paparan terhadap logam berat atau pestisida.
Keluarga yang memiliki seorang anak dengan gangguan spektrum autisme mengalami peningkatan risiko untuk mempunyai anak lain dengan gangguan yang sama.
Tak jarang, orangtua atau kerabat dari anak autis juga memiliki masalah dengan keterampilan sosial atau komunikasinya.
Faktor penyebab autisme selanjutnya adalah usia ibu saat kehamilan. Ibu hamil di usia yang tidak lagi muda, apalagi jika sang ayah juga berusia lanjut, dapat meningkatkan risiko autisme pada anak.
Ibu hamil yang mengonsumsi obat-obatan tertentu, misalnya obat antikejang, obat jenis asam valproat (Depakene) atau thalidomide (Thalomid), dan mengonsumsi alkohol, juga berisiko menjadi penyebab autisme pada janin.
Risiko autisme juga lebih tinggi pada ibu hamil dengan diabetes dan obesitas, bayi yang lahir dengan penyakit bawaan yang tidak segera ditangani, misalnya kelainan metabolisme yang disebut phenylketonuria (PKU) dan rubella alias campak Jerman.
Penyebab anak autis juga disinyalir dapat dipicu oleh kelahiran prematur. Bayi yang lahir sebelum usia kehamilan 26 minggu memiliki risiko lebih besar mengalami gangguan spektrum autisme.
Sempat tersiar kabar jika vaksin MMR (campak, gondong, rubella) merupakan penyebab autisme sehingga sebagian orangtua tidak ingin anaknya diimunisasi.
Kabar ini bermula pada tahun 1998, ketika peneliti Inggris menerbitkan makalah yang menyatakan bahwa vaksin MMR menyebabkan autisme.
Perdebatan mengenai keamanan vaksin pun terus berlanjut. Sekitar 12 penelitian dilakukan untuk menindaklanjuti makalah tersebut.
Akan tetapi, tidak ada penelitian yang dapat membuktikan hubungan antara gangguan spektrum autisme dengan vaksin apa pun.
Pada tahun 2010, studi tersebut dinyatakan sebagai penipuan dan pemalsuan. Jadi, klaim ini adalah hoaks.
Menghindari imunisasi justru dapat menyebabkan anak tertular atau menyebarkan berbagai penyakit, seperti batuk rejan, campak, dan gondok.
Anggapan lain yang juga keliru adalah soal pola asuh. Beredar kabar bahwa autis disebabkan oleh kesalahan pola asuh dari orangtua, tetapi hal ini juga tidak terbukti kebenarannya.
Ketika Anda mencurigai anak menderita autisme, jangan takut untuk memeriksakannya ke dokter. Walaupun tidak bisa disembuhkan, penanganan yang tepat dapat membantu mengendalikan gejala dan membuat mereka merasa lebih baik.
Penanganan dini sangat diperlukan untuk mengurangi kesulitan komunikasi yang dideritanya, serta mempelajari kemampuan baru dan menggunakan kelebihan yang dimilikinya dengan positif.
Tumbuh kembang anak autis juga harus selalu dipantau oleh dokter atau tenaga medis yang kompeten. Anak dengan autis mungkin akan dirujuk ke dokter yang khusus menangani masalah perilaku, psikologis, pendidikan, maupun pembangunan kemampuan.
Program ini biasanya dirancang secara struktural dan intensif, yang turut melibatkan orangtua, kakak/adik, dan anggota keluarga lainnya. Terapi yang dibutuhkan anak autis, di antaranya:
Program terapi untuk anak autis bertujuan untuk mempelajari berbagai kemampuan dasar agar hidupnya lebih mandiri, mengurangi perilaku memberontak, meningkatkan atau mengoptimalkan kemampuan fisik, serta membantunya mempelajari kemampuan sosial, komunikasi, dan bahasa.
Selain terapi, dokter juga akan meresepkan obat untuk mengurangi masalah mental, seperti sering marah, agresif, perilaku berulang, hiperaktif, masalah pada fokus, serta rasa cemas dan depresi.
Yang terpenting, setiap anak mungkin membutuhkan metode penyembuhan yang berbeda-beda. Pastikan Anda juga memberi dukungan yang maksimal untuk anak autisme.
Jika ingin berdiskusi lebih lanjut seputar penyebab autisme, tanyakan langsung pada dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download sekarang di App Store dan Google Play.
Advertisement
Ditulis oleh Asni Harismi
Referensi
Artikel Terkait
Terapi ABA atau Applied Behavior Analysis disebut sebagai standar emas untuk perawatan autisme. Terapi ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan sosial, komunikasi, dan kemampuan belajar anak dengan gangguan spektrum autisme.
5 Agt 2021
Anak terlambat bicara biasanya terdeteksi pada usia 18-30 bulan. Salah satu penanda anak terlambat bicara adalah kosakata tidak sebanyak teman-teman sebayanya. Hal ini berbeda dengan anak yang menderita autisme.
14 Jun 2019
Terapi perilaku pada dasarnya adalah perawatan yang dilakukan untuk mengubah perilaku yang dinilai menyimpang pada seseorang.
25 Sep 2020
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Dijawab oleh dr. Veranita
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved