Fight or flight adalah respons tubuh saat menghadapi bahaya yang membuat kita memilih antara melawan (fight) atau berlari (flight). Tubuh yang mendeteksi ancaman akan membuat perubahan hormon dan fisiologis sehingga kita pun berpikir cepat untuk mempertahankan diri.
31 Agt 2020
Ditinjau oleh dr. Reni Utari
Resposn fight or flight secara instan akan menyebabkan terjadinya perubahan hormonal dan fisiologis
Table of Content
Sejak zaman dahulu kala, manusia sudah terlatih untuk memiliki insting bertahan hidup dalam menghadapi ancaman dan bahaya. Mekanisme melindungi diri saat adanya bahaya ini dikenal dengan mekanisme fight or flight – dan memicu terjadinya perubahan fisiologis di dalam tubuh. Apa saja perubahan yang terjadi sebagai akibat adanya respons fight or flight?
Advertisement
Sesuai namanya, fight or flight adalah mekanisme tubuh saat menghadapi ancaman dan bahaya yang membuat kita ingin melawan (fight) atau berlari dan pergi (flee/flight). Fight or flight menjadi jenis respons stres yang membantu kita untuk mengenali ancaman - di mana semua sistem tubuh akan bekerja agar kita bisa bertahan hidup.
Respons stres tersebut secara instan akan menyebabkan terjadinya perubahan hormonal dan fisiologis. Perubahan tersebut kemudian akan membuat kita bisa bertindak cepat untuk melindungi diri. Sehingga tak salah, mekanisme fight or flight menjadi insting kita agar bisa bertahan hidup (survival instinct).
Perubahan fisiologis yang kita alami dapat beragam, termasuk detak jantung menjadi cepat, meningkatnya aliran darah ke otot utama, atau kemampuan pendengaran yang meningkat. Persepsi tubuh terhadap rasa sakit pun bisa berkurang saat menghadapi ancaman tertentu.
Selain fight or flight, adakalanya kita berdiam diri saat stres dan ancaman datang. Kondisi ini disebut dengan freeze atau imobilitas reaktif (imobilitas atentif). Kondisi freeze juga melibatkan beragam perubahan fisiologis. Hanya saja, kita cenderung akan diam sambil memikirkan strategi selanjutnya.
Fight or flight maupun freeze cenderung menjadi reaksi yang otomatis terjadi. Keputusan tersebut seringkali tidak kita sadari sehingga kita tak mampu mengontrolnya.
Berikut ini beberapa contoh skenario yang membuat tubuh mengeluarkan reaksi fight or flight:
Fight or flight dimulai di amigdala, bagian otak yang berperan dalam mengenali rasa takut. Saat adanya bahaya, amigdala akan meresponsnya dengan mengirim sinyal ke hipotalamus. Hipotalamus kemudian akan merangsang sistem saraf otonom.
Sistem saraf otonom terdiri atas sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis. Sistem saraf simpatis bertugas dalam respons fight or flight. Sementara itu, sistem saraf parasimpatis bertugas dalam pengendalian respons freeze. Hasil reaksi yang keluar nantinya akan bergantung pada sistem mana yang mendominasi saat adanya bahaya.
Saat adanya rangsangan terhadap sistem saraf otonom, tubuh akan melepas hormon kortisol dan hormon adrenalin. Pelepasan hormon tersebut akan menimbulkan perubahan fisiologis saat kita dihadapkan dengan bahaya. Perubahan tersebut, misalnya:
Baca Juga
Fight or flight sejatinya sudah ada di diri manusia sejak zaman dahulu kala. Mekanisme ini krusial saat kita menghadapi ancaman dan bahaya yang mengancam keselamatan, seperti gigitan hewan buas.
Hanya saja, respons fight or flight saat ini bisa muncul saat kita menghadapi hal yang tidak ‘mengancam nyawa’, seperti pada orang yang mengalami fobia tertentu atau ‘sesederhana’ stres yang melanda saat berangkat bekerja dan berangkat ke sekolah pada beberapa individu.
Stres individual seperti ini bisa disebabkan oleh trauma di masa lalu atau memiliki gangguan kecemasan. Trauma yang memantik rasa stres dan fight or flight tersebut juga dapat beragam, seperti kekerasan di masa kecil, kecelakaan dalam berkendara, atau pelecehan seksual dan pemerkosaan.
Agar stres tak sampai mengganggu aktivitas Anda, diperlukan beberapa strategi untuk bisa pulih dan mengendalikannya. Beberapa cara yang bisa dicoba, yaitu:
Fight or flight adalah mekanisme respons tubuh saat menghadapi stres – dengan memilih antara melawan (flight) atau lari (flight). Mekanisme ini dimiliki manusia sejak zaman dahulu kala untuk melindungi diri. Namun, adakalanya fight or flight terjadi pada pemicu stres yang tidak ‘mengancam nyawa’.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Dampak dari perceraian yang buruk untuk kesehatan bisa membuat risiko penyakit diabetes hingga kanker. Lebih parahnya lagi, perceraian bisa sebabkan kematian
Teknik batuk efektif adalah cara batuk yang paling tepat untuk mengeluarkan dahak yang menumpuk di paru-paru dan tenggorokan. Dengan begitu, gangguan pernapasan bisa lebih cepat reda.
Beberapa orang tidak bisa tidur karena cemas dan sulit memejamkan mata. Sebenarnya perasaan cemas adalah sesuatu yang wajar, namun sayangnya dapat mengganggu kualitas tidur Anda.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved