Makanan fortifikasi adalah makanan yang diperkaya beragam nutrisi yang sebelumnya tidak terkandung di dalamnya. Makanan ini dapat bermanfaat bagi orang-orang yang kekurangan nutrisi dan anak-anak.
Ditinjau secara medis oleh dr. Reni Utari
25 Nov 2020
Makanan fortifikasi adalah makanan yang diperkaya dengan nutrisi yang sebelumnya tidak dikandung makanan itu.
Table of Content
Pernah melihat tulisan ‘makanan fortifikasi’ saat ingin membeli makanan di swalayan? Umumnya, label ini sering dijumpai pada produk susu dan biji-bijian. Sebagian dari Anda mungkin belum tahu apa itu makanan fortifikasi dan perbedaannya dengan makanan lain.
Advertisement
Bagi Anda yang penasaran dan ingin lebih akrab dengan makanan fortifikasi, berikut adalah penjelasan lengkap pengertian, manfaat, dan risiko dari makanan ini.
Lebih dari 2 miliar masyarakat dunia mengalami kekurangan zat gizi mikro karena kebutuhan vitamin dan mineral hariannya tidak terpenuhi. Salah satu solusi yang dianggap bisa mengatasi masalah ini adalah makanan fortifikasi.
Makanan fortifikasi adalah makanan yang ditambahkan beragam nutrisi yang sebelumnya tidak terkandung pada makanan itu. Makanan ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan nutrisi dan menjaga kesehatan bagi siapa pun yang mengonsumsinya.
Makanan fortifikasi mulai diperkenalkan ke dunia sejak tahun 1930-an sebagai salah satu solusi dari masalah kekurangan gizi. Saat itu, para peneliti ingin menambahkan berbagai macam nutrisi pada makanan dan minuman yang sudah menjadi asupan sehari-hari masyarakat, seperti gandum dan susu.
World Health Organization (WHO) bahkan sudah menganggap makanan fortifikasi sebagai salah satu strategi untuk menurunkan angka malnutrisi di dunia.
Makanan fortifikasi telah mendulang kesuksesan menekan kasus kekurangan nutrisi di berbagai negara, termasuk Amerika Serikat. Penyakit umum yang biasanya terjadi akibat kekurangan nutrisi, seperti rakhitis dan pellagra, terbukti dapat diatasi dengan konsumsi makanan fortifikasi.
Meskipun makanan fortifikasi telah berhasil meningkatkan konsumsi masyarakat akan vitamin dan mineral, belum banyak bukti yang bisa memperkuat klaim bahwa makanan fortifikasi dapat menyehatkan tubuh kita.
Selain itu, terdapat kekhawatiran kalau makanan fortifikasi dapat membuat tubuh mengonsumsi jumlah vitamin dan mineral yang berlebihan. Maka dari itu, ada baiknya Anda juga berkonsultasi pada dokter sebelum mengonsumsi berbagai macam makanan fortifikasi.
Anak-anak rentan mengalami kekurangan nutrisi. Tanpa adanya tambahan vitamin dan mineral pada makanannya, banyak anak yang kebutuhan nutrisinya tidak terpenuhi.
Makanan fortifikasi adalah solusi untuk memenuhi kebutuhan zat besi, zinc, dan vitamin B pada anak-anak. Namun sayangnya, banyak makanan fortifikasi yang sudah diproses sedemikian rupa sehingga mengandung natrium, lemak, dan gula yang tinggi.
Menurut Enviromental Working Group (EWG), sebagian anak juga berisiko mengalami ‘overdosis’ vitamin. Dalam sebuah laporan, banyak makanan fortifikasi yang kadar vitaminnya dianggap berlebihan untuk anak-anak.
Jika ingin memberikan makanan fortifikasi pada anak-anak, ada baiknya Ayah dan Bunda melihat dulu kandungan nutrisinya supaya bisa mengetahui kadar vitamin dan mineral yang dikandungnya. Selain itu, pilihlah makanan fortifikasi yang memang dikhususkan untuk anak-anak.
Sama seperti anak-anak, orang dewasa juga wajib memenuhi kebutuhan nutrisinya. Meski diwajibkan, masih banyak orang dewasa yang ternyata belum memenuhi kebutuhannya akan kalsium, magnesium, serat, vitamin A, D, E, dan C.
Orang lanjut usia (lansia) dan ibu hamil paling rentan mengalami kekurangan vitamin. Selain itu, vegan dan vegetarian juga berisiko mengalami kekurangan nutrisi. Di sinilah peran makanan fortifikasi menjadi sangat penting untuk orang dewasa.
Namun hati-hati, makanan fortifikasi juga bisa menyebabkan kelebihan vitamin pada orang dewasa, terutama jika mereka juga mengonsumsi berbagai suplemen.
Misalnya, ibu hamil dan lansia bisa mengalami overdosis vitamin A. Pada ibu hamil, overdosis vitamin A dapat menyebabkan cacat lahir. Sedangkan pada lansia, overdosis vitamin A dapat meningkatkan risiko patah tulang pinggul.
Menurut penelitian dari Universitas Harvard, wanita yang mengonsumsi makanan fortifikasi yang diperkaya asam folat ternyata bisa mengalami overdosis asam folat. Itulah sebabnya Anda disarankan untuk selalu melihat kandungan nutrisi dari makanan fortifikasi untuk mencegah overdosis nutrisi.
Baca Juga
Makanan fortifikasi bisa menjadi solusi untuk memenuhi asupan nutrisi yang selama ini mungkin tak terpenuhi. Namun Anda perlu berhati-hat karena makanan fortifikasi dapat menyebabkan kelebihan nutrisi yang bisa mengundang gejala merugikan.
Cobalah untuk mengombinasikan makanan fortifikasi dengan sumber nutrisi alami, seperti buah dan sayuran. Jangan lupa pula untuk selalu memerhatikan kadar kandungan nutrisinya.
Untuk terhindar dari gejala-gejala yang tak diinginkan, ada baiknya Anda bertanya dengan dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ secara gratis. Unduh aplikasi SehatQ sekarang di App Store atau Google Play.
Advertisement
Ditulis oleh Fadli Adzani
Referensi
Artikel Terkait
Makanan rendah lemak bisa mencegah datangnya berbagai penyakit mengerikan, seperti diabetes, kolesterol tinggi, hingga penyakit jantung. Maka dari itu, mengonsumsi makanan rendah lemak secara rutin, bisa membawa dampak baik pada kesehatan.
6 Jun 2020
Cara menikmati hidup dapat dilakukan lewat hal-hal kecil seperti membaca buku, berkebun, membuat kue, menyendiri hingga banyak bersyukur atas apa yang dimiliki.
9 Feb 2021
Meski terlihat sederhana, ada banyak manfaat calf raises yang dapat berdampak baik bagi kesehatan tubuh, mulai dari menstabilkan kaki dan pergelangannya, memperkuat otot betis, hingga meningkatkan kecepatan saat lari.
24 Feb 2022
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved