Autisme adalah gangguan perkembangan anak yang menyebabkan kemampuan berkomunikasi dan interaksinya terganggu. Ciri ciri anak autis meliputi gangguan komunikasi, perilaku stereotip, hingga gangguan interaksi sosial
27 Apr 2023
Ditinjau oleh dr. Karlina Lestari
Anak lebih suka menyendiri merupakan salah satu tanda dari autisme
Table of Content
Berbicara mengenai autisme, menjadi hal yang membingungkan bagi sebagian orangtua karena banyaknya informasi simpang siur yang berkembang di masyarakat. Autisme adalah gangguan perkembangan pada anak yang menyebabkan kemampuan komunikasi dan interaksinya menjadi terganggu.
Advertisement
Jika Anda diberi kepercayaan memiliki anak dengan kebutuhan khusus ini, maka Anda harus mengenal dan memahami autisme lebih dalam lagi. Berikut berbagai hal mengenai autisme yang sayang untuk Anda lewatkan.
Berdasarkan data dari Center for Diseases Control tahun 2014, autisme terjadi pada 1 dari 59 anak. Umumnya, ciri-ciri anak autis terlihat ketika anak telah berusia 18 bulan. Terdapat tiga ciri-ciri yang menunjukkan seorang anak menyandang autisme, yaitu:
Pada gejala ini, anak akan menunjukkan terlambat bicara, tidak menunjuk, bicaranya kurang jelas, menarik orangtua jika menunjukkan apa yang diinginkannya, dan sering mengulang-ulang kata.
Dalam ciri-ciri anak autis ini, anak akan menunjukkan keterbatasan minat, menyenangi benda yang berputar, menggerakan tangan berulang-ulang, dan memainkan benda berulang kali dengan cara yang sama.
Anak akan menunjukkan kontak mata yang kurang, tak memberi respons ketika diajak bicara, lebih senang menyendiri, tidak menoleh ketika dipanggil, kurang berekspresi, dan tak bermain dengan anak lain.
Seringkali orangtua menunda-nunda untuk berkonsultasi pada dokter. Namun, ada juga beberapa tanda awas (red flag) autisme yang mengharuskan Anda untuk segera berkonsultasi pada dokter, di antaranya:
Konsultasikan segala pertanyaan Anda pada dokter mengenai autisme yang ada dalam benak Anda. Dokter akan memberi saran yang tepat dalam membesarkan anak yang menyandang autisme.
Penyebab autisme secara pasti belum diketahui. Akan tetapi, bervariasinya tanda atau gejala menunjukkan bahwa ini berkaitan dengan faktor genetik dan lingkungan. Para ahli sepakat bahwa faktor genetik menjadi penyebab utama autisme karena dapat mengubah perkembangan otak, terutama fungsi hubungan sel saraf. Selain itu, kelainan konektivitas sel saraf atipikal juga berperan penting pada terjadinya autisme.
Terdapat anggapan yang berkembang bahwa vaksinasi bisa menyebabkan autisme. Hal ini tentu tidaklah benar, dan telah dibuktikan oleh penelitian. Justru vaksinasi adalah upaya yang aman dan efektif dalam mencegah penyakit menular. Di samping penyebab, ada beberapa faktor risiko autisme, di antaranya:
Autisme dan ADHD (gangguan pemusatan perhatian) juga seringkali disamakan. Padahal keduanya merupakan kondisi yang berbeda. Berbeda dengan anak autisme yang kesulitan berkomunikasi dan berinteraksi, anak dengan ADHD dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan baik. Namun, sangat aktif bergerak, sulit diam, impulsif, hiperaktif, dan suka mengganggu anak lain.
Baca Juga
Tak ada penelitian ataupun teori yang dapat memberi penjelasan tentang cara kerja anak autisme secara lengkap. Namun, hal yang diketahui adalah adanya disfungsi sinaps sel saraf pada anak autisme. Disfungsi sinaps tersebut menyebabkan gangguan perilaku dan keterlambatan bicara pada anak penyandang autisme.
Perlu Anda ketahui juga bahwa tingkat keparahan pada anak autisme berbeda-beda karena gejala dapat berkisar dari ringan hingga berat. Hal ini berpengaruh pula terhadap kebutuhan terapi, dan lamanya waktu yang diperlukan untuk melihat kemajuan pada anak.
Mengenai pertanyaan bisakah autisme diobati, ini bukanlah hal yang tepat karena autisme bukanlah suatu penyakit. Namun, terapi yang tepat dan dilakukan sedini mungkin bisa memperbaiki interaksi, komunikasi, dan mengurangi atau menghilangkan perilaku sterotipi penyandang autisme.
Bagi anak yang berusia 18-36 bulan, terapi dimulai dengan sensori integrasi (SI). Terapi ini bertujuan untuk memperbaiki kontak mata, interaksi, dan mengurangi gangguan sensoris. Setelah memperlihatkan kemajuan, terapi selanjutnya yang direkomendasikan adalah terapi perilaku (behaviour therapy).
Orangtua jangan sampai keliru memasukkan anaknya yang menyandang autisme ke terapi wicara pada saat awal diagnosis karena terapi ini ditujukkan hanya untuk anak yang artikulasi bicaranya kurang jelas.
Seluruh terapi ini harus dilakukan secara bertahap karena penelitian menunjukkan bahwa jika dilakukan secara bersamaan maka terapi tidak memberi hasil yang baik. Anda dapat berkonsultasi pada dokter mengenai terapi anak autisme agar mendapat jawaban yang tepat.
Narasumber:
dr. Lies Dewi Nurmalias, Sp.A(K)
Dokter Spesialis Anak dan Konsultan Neurologi
Eka Hospital Cibubur
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Sepsis neonatorum adalah infeksi darah pada bayi baru lahir yang dapat menyebabkan kerusakan berbagai organ vital. Meski demikian, kondisi ini bisa dicegah sejak bayi masih dalam kandungan.
Memiliki bibir sumbing bisa menurunkan rasa percaya diri anak. Karena itu, cara mendidik anak yang tepat dibutuhkan, agar buah hati bisa tumbuh menjadi anak yang ceria dan bahagia.
Rabun jauh atau mata minus adalah gangguan mata yang membuat anak kesulitan untuk melihat objek dari jarak yang jauh. Hal itu terjadi akibat kebiasaan bermain gadget yang terlalu lama. Jika anak mengalami rabun jauh, segera periksakan ke dokter untuk pemberian kacamata anak. Selain itu, cara mengobati mata minus pada anak dapat dilakukan dengan tetes mata atropin.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Dijawab oleh dr. R. H. Rafsanjani
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved