Orang yang mengalami fear of missing out akan merasa panik dan cemas ketika ketinggalan sesuatu yang sedang tren. Sebaliknya, joy of missing out atau JOMO adalah perasaan ketika seseorang justru merasa senang tak harus mengikuti apa yang sedang tren.
4.5
(4)
7 Jul 2020
Ditinjau oleh dr. Anandika Pawitri
Joy of missing out dapat mendatangkan kebahagiaan tersendiri
Table of Content
FOMO atau fear of missing out menjadi konsep yang semakin familiar, terlebih karena adanya media sosial yang membantu menyebarkan informasi dan tren dalam hitungan detik. Orang yang mengalami fear of missing out akan merasa panik dan cemas ketika ketinggalan sesuatu yang sedang tren. Sebaliknya, joy of missing out atau JOMO adalah perasaan ketika seseorang justru merasa senang tak harus mengikuti apa yang sedang tren.
Advertisement
Orang yang berhasil menikmati JOMO atau joy of missing out sebenarnya memiliki kecerdasan emosional yang tidak biasa. Di tengah dunia yang serba sibuk dan informasi lalu lalang dengan cepat, mereka tak merasa ada keharusan untuk mengikuti apa yang tengah terjadi. Justru, orang penikmat JOMO bisa menemukan kebahagiaan versi dirinya sendiri.
JOMO atau joy of missing out adalah perasaan merasa puas dan bisa menikmati situasi yang dialami saat ini. Bahkan, tak ada keinginan untuk membandingkan apa yang dirasakan dengan kehidupan orang lain. Lebih utamanya lagi, orang yang menikmati JOMO tidak merasa ada keharusan untuk menunjukkan kepada orang lain apa yang tengah dilakukannya.
Ini adalah keistimewaan dari joy of missing out, bahkan mereka tak harus mengunggah sesuatu demi rekognisi atau apresiasi dari sekitar. Tak ada keinginan untuk pamer demi mendapat pengakuan atau diberi tempat dalam suatu lingkaran pertemanan tertentu.
Artinya, orang yang berhasil menikmati joy of missing out tak punya keharusan melakukan apapun. Mereka bisa melakukan perjalanan keliling dunia bahkan tanpa mengunggah satu foto pun karena benar-benar menikmati petualangannya. Ini tidak mudah, lagi-lagi karena ada tekanan dari media sosial yang ikut berperan.
Bagi orang yang FOMO, belajar menikmati JOMO yang merupakan kebalikannya tentu bukan perkara sepele. Orang yang mengalami fear of missing out akan terus menerus merasa ada keharusan melihat apa tren yang sedang terjadi. Tentunya tak hanya sampai di situ. Hal ini juga diikuti keharusan untuk mengunggah sesuatu dengan topik serupa agar dianggap mengikuti tren.
Namun, menikmati joy of missing out bukannya tak bisa dipelajari. Beberapa cara untuk melatihnya bisa dengan:
Sebisa mungkin, buat jadwal dan prioritas apa yang penting dilakukan dan apa yang tidak. Jika ada project yang paling penting, tuliskan sebagai prioritas utama. Dengan demikian, seseorang akan lebih menghargai waktu.
Tanpa disadari, orang yang FOMO harus mengalokasikan waktunya untuk mengikuti apa yang sedang tren, apa yang harus dilakukan agar dianggap mengikuti tren itu, dan semuanya memakan waktu yang tak sedikit. Di sinilah keunggulan orang yang JOMO, tak harus membuang waktu hanya demi persepsi orang lain.
Dengarkan apa yang sedang dirasakan diri sendiri. Jika merasa hari tidak berjalan dengan baik, bersantailah di sore hari sembari memanjakan diri. Pun ketika sedang ada berita baik, berikan waktu untuk menikmatinya. Tak perlu melibatkan orang lain dalam tirai media sosial yang belum tentu orisinil karena hanya akan membuat diri sendiri tak bisa menikmati momen.
Coba kurangi akses ke media sosial dengan tidak mengikuti orang yang memancing rasa FOMO atau memunculkan emosi negatif tertentu. Pada tahap awal, bisa dengan berlatih mengurangi durasi melihat media sosial orang lain yang hanya menampilkan potret-potret kesempurnaan semu saja.
Tidak semua hal harus diikuti, seperti ajakan untuk hadir di acara tertentu atau bahkan menanggapi sebuah telepon. Terkadang, belajar berkata “tidak” adalah bentuk penghargaan terbesar kepada diri sendiri. Tentu ini tidak mudah terutama jika yang mengajak adalah orang yang dekat. Tapi, mulailah dengan berani berkata tidak.
Tinggalkan interaksi dan pengalaman semu di media sosial dan nikmatilah pengalaman sesungguhnya. Ketika waktu tak lagi habis untuk scrolling media sosial melihat unggahan orang lain, lakukan hal yang disukai seperti membaca buku, yoga, atau camping. Tak ada keharusan mengunggah apa yang sedang dilakukan ke media sosial, saatnya mendistraksi kehidupan digital dengan pengalaman seru yang sesungguhnya.
Di tengah dunia yang begitu sibuk dan bergerak dengan cepat, coba ambil jeda dengan tidak terburu-buru. Nikmati saat sepi, berpikir sebelum berbicara, baca buku hingga tamat, bahkan nikmati kemacetan sebagai momen untuk refleksi. Slowing down bisa meningkatkan kreativitas seseorang sehingga menjadi lebih produktif.
Baca Juga
FOMO tidak selamanya buruk, begitu pula dengan JOMO. Namun ingat, tidak ada keharusan seseorang harus mengikuti semua tren yang sedang terjadi. Bukan berarti seseorang dianggap kurang kekinian, kurang gaul, atau kurang paham isu ketika dia menikmati joy of missing out. Justru, orang yang berhasil menikmati joy of missing out telah berhasil menaklukkan satu pencapaian: bahagia dan mendengarkan diri sendiri tanpa adanya validasi orang lain.
Advertisement
Referensi
Terima kasih sudah membaca.
Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)
Artikel Terkait
Bukan rahasia lagi kalau warna-warni kehidupan tidak hanya dihiasi dengan hal-hal yang menyenangkan, tetapi juga tantangan-tantangan dan kejadian-kejadian yang menyedihkan. Namun, Anda tidak boleh larut dalam emosi negatif, bersyukur bisa dijadikan salah satu cara untuk Anda menyingkapi warna-warni kehidupan yang tidak menentu.
Membangun mental baja harus dimulai dengan lebih percaya diri dan bisa kendalikan emosi berlebih. Anda juga perlu bersyukur pada hal-hal yang dimiliki.
Pasif-agresif adalah perilaku penyingkapan perasaan negatif secara tersirat dan bukannya menyampaikan langsung dengan terbuka. Perilaku pasif-agresif sering membuat orang lain bingung dan berisiko merusak hubungan personal.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Adhi Pasha Dwitama
Dijawab oleh dr. Evelin Kwandang
Dijawab oleh dr. Pany
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
Kumpulan Artikel dan Forum
© SehatQ, 2022. All Rights Reserved