logo-sehatq
logo-kementerian-kesehatan
Forum
Kesehatan Lansia

Mengenal Berbagai Jenis Demensia yang Rentan Menyerang Lansia

open-summary

Seiring dengan berjalannya usia, para lansia rentan mengalami demensia. Demensia membuat lansia mengalami penurunan kemampuan kognitif, seperti mudah lupa, sulit berkonsentrasi, bahkan perubahan perilaku. Gejala yang muncul ini mungkin saja berbeda, bergantung pada jenis demensia yang dialami.


close-summary

Ditinjau secara medis oleh dr. Anandika Pawitri

16 Jun 2021

Mudah lupa dan perubahan suasana hati salah satu tanda kebanyakan jenis demensia

Ada berbagai macam jenis demensia dengan gejala yang mungkin berbeda

Table of Content

  • Mengenal jenis-jenis demensia
  • Cara menjaga kesehatan otak agar terhindar dari demensia
  • Catatan dari SehatQ

Saat memasuki usia senja, beberapa lansia mungkin saja mengalami penurunan kemampuan berpikir. Bisa jadi, ini adalah tanda-tanda lansia mengalami demensia. Terdapat beberapa jenis demensia yang disebabkan oleh penyakit yang berbeda-beda pula. Simak ulasan lengkapnya berikut ini.

Advertisement

Mengenal jenis-jenis demensia

Demensia sebenarnya bukanlah penyakit, melainkan sekumpulan gejala yang berhubungan dengan menurunnya kemampuan berpikir (kognitif). Kondisi yang juga familier dikenal dengan pikun ini merupakan sebuah tanda penyakit tertentu.

Bergantung penyebabnya, demensia dibedakan ke dalam berbagai jenis, yaitu:

1. Demensia Alzheimer

Jenis demensia Alzheimer terjadi karena penyakit Alzheimer
Jenis demensia Alzheimer terjadi karena penyakit Alzheimer

Sesuai namanya, jenis demensia Alzheimer adalah penurunan kemampuan kognitif yang disebabkan oleh penyakit Alzheimer. Alzheimer merupakan kondisi paling umum yang menyebabkan demensia.

Banyak orang keliru mengartikan bahwa demensia dan Alzheimer adalah kondisi yang serupa. Padahal, terdapat perbedaan antara Alzheimer dan demensia. Alzheimer menyebabkan demensia, akan tetapi demensia tidak selalu disebabkan oleh Alzheimer. 

Otak tersusun atas jutaan sel saraf yang saling berhubungan satu sama lain. Pada penderita Alzheimer, saraf-saraf ini tidak saling terhubung akibat adanya pembentukan protein abnormal yang menyumbat atau menyebabkan “kekusutan”. 

Jenis demensia Alzheimer juga terjadi akibat unsur kimia yang bertugas sebagai pengantar sinyal ke otak tidak bekerja dengan baik. Akibatnya, pesan yang disampaikan ke otak juga terganggu. Inilah yang kemudian membuat penderita Alzheimer mengalami masalah memori. 

Hingga kini belum diketahui secara pasti penyebab kedua hal tersebut terjadi. Meski belum ada yang bisa menyembuhkan secara total, terdapat beberapa pilihan pengobatan Alzheimer yang membantu mengatasi gejala yang muncul.

2. Demensia vaskuler

Selain Alzheimer, masalah pembuluh darah juga menjadi salah satu jenis demensia yang kerap terjadi. Kondisi ini disebut dengan demensia vaskuler

Normalnya, setiap inci dari tubuh kita membutuhkan aliran darah yang kaya akan nutrisi dan oksigen untuk dapat berfungsi dengan baik. Aliran darah yang terhambat dapat mengganggu, bahkan membuat sel-sel yang tak teraliri dengan baik berisiko mati. Sel-sel di otak adalah yang paling rentan.

Serangan stroke bisa menyebabkan seseorang mengalami demensia vaskuler. Namun, tidak semua stroke menyebabkan demensia. 

Kondisi kesehatan lain yang menyebabkan terganggunya aliran darah ke otak juga dapat meningkatkan risiko mengalami tipe demensia ini.

Melansir dari Mayoclinic, beberapa orang memiliki risiko yang lebih besar untuk mengalami demensia vaskuler, di antaranya pernah mengalami stroke, memiliki penyakit jantung, diabetes, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, dan merokok.

3. Demensia Lewy body

Demensia vaskuler terjadi karena masalah pembuluh darah di otak
Demensia Lewy body terjadi karena adanya penumpukam protein di otak

National Institute of Aging menjelaskan bahwa demensia Lewy body adalah penurunan kemampuan berpikir yang disebabkan oleh penumpukan protein alpha-synuclein di otak. Penumpukan protein inilah yang disebut dengan Lewy body.

Tipe demensia ini sering kali sulit diketahui di awal karena gejalanya yang mirip dengan Alzheimer atau gangguan psikologis lainnya, seperti skizofrenia.

Beberapa gejala demensia Lewy body, antara lain:

  • Pikun
  • Kesulitan mengenali suatu objek dan jarak
  • Perubahan mood
  • Bingung akan waktu dan tempat
  • Kesulitan mengenal angka dan huruf
  • Lebih sering tidur
  • Halusinasi (penglihatan, penciuman, dan pendengaran)

Baca Juga

  • Terminal Lucidity, Ketika Pasien Tampak Sehat Sebelum Meninggal
  • 7 Contoh Penyakit Terminal dan Apa yang Harus Dilakukan Selanjutnya
  • Kenali Paget’s Disease, Salah Satu Penyebab Sakit Pinggang pada Lansia

4. Demensia akibat Parkinson

Penyakit Parkinson sering kali hanya dihubungkan dengan masalah tremor, kesulitan bergerak, dan masalah mobilitas fisik lainnya. Padahal, kondisi ini juga dapat menyebabkan demensia.

Selain keluhan terkait fisik, seiring berjalannya waktu Parkinson dapat menyebabkan penurunan kemampuan kognitif lansia yang mengarah kepada demensia.

Kondisi ini disebabkan terjadinya perubahan struktur kimia di otak. Demensia akibat Parkinson kerap kali dikaitkan dengan demensia Lewy body, yang terjadi akibat adanya penumpukan protein di otak.

Demensia pada Parkinson yang memburuk mungkin membuat penderitanya harus bergantung pada orang lain, sekalipun kemampuannya secara fisik masih terbilang memungkinkannya melakukan segala sesuatu secara mandiri. Hal ini karena demensia pada Parkinson juga memengaruhi kemampuan berpikirnya, seperti:

  • Sulit berkomunikasi dengan orang lain
  • Kesulitan memecahkan masalah
  • Pelupa
  • Sulit berkonsentrasi

5. Demensia frontotemporal

Gejala demensia frontotemporal berbeda-beda tergantung area otak yang terdampak
Gejala demensia frontotemporal berbeda-beda tergantung area otak yang terdampak

Demensia frontotemporal menggambarkan demensia yang terjadi akibat kerusakan otak bagian depan (frontal) dan samping (temporal). 

Otak kanan dan kiri bagian depan berperan dalam pengaturan suasana hati, kemampuan sosial, penilaian, perencanaan, dan kontrol diri. Sementara itu, otak bagian temporal berperan dalam memproses pendengaran dan menerjemahkan penglihatan.

Gejala yang muncul bisa jadi berbeda-beda, tergantung area otak yang terdampak. Kerusakan pada bagian otak ini dapat menyebabkan penurunan kemampuan-kemampuan tersebut.

Beberapa gejala yang mungkin muncul, di antaranya perubahan kepribadian, emosi yang tidak stabil, penurunan kemampuan berbahasa, atau mengenal objek.

Pada tahap awal, tipe demensia frontotemporal jarang yang memengaruhi kemampuan daya ingat. Hal inilah yang menjadi pembeda dengan demensia Alzheimer. 

6. Demensia akibat alkohol

Banyak studi menyebut bahaya konsumsi alkohol berlebih, salah satunya penyakit lever. Namun, tak hanya itu, konsumsi alkohol berlebih nyatanya juga dapat memengaruhi kemampuan berpikir, dan menyebabkan demensia.

Jenis demensia yang disebabkan oleh terlalu banyak konsumsi alkohol disebut juga sebagai Wernicke-Korsakoff syndrome. 

Demensia akibat alkohol terjadi karena otak kekurangan vitamin B1. Padahal, vitamin B1 (tiamin) diperlukan otak untuk mengubah gula menjadi energi. 

Sindrom Korsakoff umum dialami oleh para pecandu alkohol. Meski demikian, beberapa kondisi kesehatan lain juga dapat menyebabkan penyakit ini, seperti AIDS, kanker yang menyebar, infeksi kronis (menahun), atau kurang gizi.

7. Mixed dementia

Sesuai namanya, mixed dementia, atau demensia campuran adalah kondisi saat seseorang mengalami beberapa jenis demensia dalam satu waktu.

Misalnya saja, beberapa orang mungkin mengalami demensia Alzheimer dan demensia vaskuler secara bersamaan.

Beberapa studi menunjukkan bahwa demensia campuran adalah jenis demensia yang paling umum terjadi pada lansia.

Cara menjaga kesehatan otak agar terhindar dari demensia

Senam otak dapat membantu mencegah demensia
Senam otak dapat membantu mencegah demensia

Sesungguhnya, hingga saat ini belum ada cara yang benar-benar terbukti untuk mencegah berbagai jenis demensia. Hal ini karena para peneliti masih berusaha menemukan penyebab kondisi ini dapat terjadi.

Meski demikian, ada bukti bahwa menjalani gaya hidup sehat dapat menurunkan risiko Anda mengalami demensia di masa tua nanti.

Beberapa cara mencegah demensia (pikun), yang dapat Anda lakukan, antara lain:

  • Berhenti merokok
  • Menjaga berat badan ideal
  • Rutin berolahraga
  • Menjaga pola makan sehat
  • Mengendalikan penyakit kronis, seperti diabetes, hipertensi, dan kolesterol tinggi.
  • Melakukan kegiatan mengasah otak, seperti bermain TTS, membaca, bermain puzzle.
  • Mencoba kegiatan atau hobi baru
  • Bergabung ke dalam komunitas untuk meningkatkan kemampuan sosial

Catatan dari SehatQ

Beberapa jenis demensia memiliki gejala yang serupa antara satu dengan yang lainnya. Mengingat penyebabnya berbeda, kemungkinan pengobatan demensia alzheimer atau tipe lainnya juga bisa bervariasi.

Itu sebabnya, penting bagi Anda memeriksakan diri ke dokter untuk mengetahui pasti apa yang menjadi penyebabnya. Anda juga bisa melakukan pemeriksaan secara rutin untuk menemukan kelainan yang ada sedini mungkin.

Anda juga bisa memanfaatkan fitur chat dokter dari aplikasi kesehatan keluarga SehatQ untuk bertanya seputar ciri demensia atau masalah kognitif pada lansia lainnya. Download sekarang di App Store dan Google Play.

Advertisement

gangguan lansialansiakesehatan lansiakesehatan otakpenyakit otakdemensiapikun

Ditulis oleh Rena Widyawinata

Referensi

Bagikan

Artikel Terkait

Diskusi Terkait di Forum

Advertisement

logo-sehatq
    FacebookTwitterInstagramYoutubeLinkedin

Langganan Newsletter

Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.

Perusahaan

Dukungan

Butuh Bantuan?

Jam operasional:
07:00 - 20:00 WIB

Hubungi Kami+6221-27899827

© SehatQ, 2023. All Rights Reserved