logo-sehatq
logo-kementerian-kesehatan
SehatQ for Corporate
TokoObatArtikelTindakan MedisDokterRumah SakitPenyakitChat DokterPromo
Kesehatan Mental

Mengenal 9 Jenis dan Tingkatan Depresi, Gejalanya Bisa Berlainan

open-summary

Setiap orang bisa merasa sedih dan kalut, namun berpotensi disebut depresi apabila fase itu terjadi berhari-hari hingga berminggu-minggu. Ketika seseorang mengalami depresi, gejalanya bisa berbeda antara satu dan lainnya. Setidaknya ada 9 jenis depresi dan tingkatannya tingkatan depresi yang bisa berpengaruh terhadap kehidupan normal seseorang.


close-summary

19 Jul 2020

| Azelia Trifiana

Ditinjau oleh dr. Anandika Pawitri

Tingkatan depresi bisa mulai dari ringan hingga parah

Depresi dapat dialami oleh siapa saja

Table of Content

  • Berbagai jenis depresi
  • Tingkatan Depresi
  • Cataan dari SehatQ

Setiap orang bisa merasa sedih dan kalut, namun berpotensi disebut depresi apabila fase itu terjadi berhari-hari hingga berminggu-minggu. Ketika seseorang mengalami depresi, gejalanya bisa berbeda antara satu dan lainnya. Setidaknya ada 9 jenis depresi dan tingkatannya tingkatan depresi yang bisa berpengaruh terhadap kehidupan normal seseorang.

Advertisement

Berbagai jenis depresi

Bergantung pada gejala dan dampaknya terhadap kehidupan seseorang, berikut adalah tingkatan depresi:

1. Gangguan depresi mayor

Tingkatan depresi mayor atau major depressive disorder termasuk salah satu depresi klasik yang paling banyak terjadi. Penderitanya bisa merasakan gejalanya setiap saat, setiap hari. Sama seperti jenis depresi lainnya, apa yang dirasakan penderita bisa jadi tidak berkaitan dengan lingkungan sekitarnya yang menyenangkan.

Beberapa gejala gangguan depresi mayor seperti:

  • Sedih berkepanjangan
  • Siklus tidur berantakan
  • Kurang energi
  • Nafsu makan tak terduga
  • Rasa nyeri seluruh tubuh
  • Tidak tertarik pada aktivitas menyenangkan
  • Sulit fokus
  • Merasa tidak berguna
  • Memiliki suicidal thoughts

2. Depresi persisten

Tingkatan depresi persisten adalah jenis depresi yang berlangsung lebih dari 2 tahun. Istilah lainnya adalah distimia atau depresi kronis. Gejalanya bisa jadi tak seintens gangguan depresi mayor, namun dapat mengganggu hubungan dengan orang lain dan pekerjaan.

Meskipun jenisnya jangka panjang, ada kalanya depresi ini membaik selama beberapa bulan sebelum kembali menjadi intens. Selain itu, karena gejala depresi yang dirasakan terus menerus muncul, penderitanya bisa menganggapnya bagian dari hidup normal.

3. Kepribadian ganda

Kepribadian ganda atau bipolar disorder memiliki dua periode: manic dan depression. Pada saat berada di fase manic, penderitanya bisa merasa sangat bahagia dan antusias selama sepekan. Di sisi lain, ketika berada di fase depresi maka rasa sedih bisa menjadi sangat dominan.

Jika sudah parah, dalam fase-fase itu juga bisa muncul halusinasi dan delusi. Baik saat berada di fase mana pun, penderita kepribadian ganda cenderung merasakannya dengan sangat intens.

4. Depresi psikosis

Orang yang mengalami depresi juga bisa melewati periode serasa tak menyatu dengan kehidupan nyata. Ini disebut tahapan depresi psikosis, kerap kali disertai halusinasi dan delusi. Contoh halusinasi adalah mendengar atau melihat orang yang sebenarnya tidak ada. Sementara delusi berarti meyakini sebuah hal yang salah atau tidak masuk akal.

5. Depresi perinatal

Depresi perinatal bisa terjadi selama kehamilan atau 4 minggu setelah bayi lahir. Istilah lainnya adalah postpartum depression, khusus untuk depresi yang muncul setelah persalinan. Faktor yang ikut berpengaruh adalah hormonal serta perubahan drastis yang dialami seseorang setelah bayi lahir.

Fisik yang tidak nyaman serta siklus tidur terganggu membuat gejala depresi perinatal semakin dominan. Di antaranya merasa sedih, cemas, marah, lelah, sangat khawatir dengan kondisi bayi, hingga muncul perasaan ingin menyakiti diri sendiri serta bayi. Dukungan dari orang sekitar sangat penting untuk meredakan depresi jenis ini.

Baca Juga

  • Berbagai Cara Agar Percaya Diri untuk Jadi Lebih Baik
  • Mengungkap Apakah Sakit Jiwa Bisa Sembuh Total?
  • Mengenal Gejala Gangguan Mental Skizofrenia Hebefrenik

6. Premenstrual dysphoric disorder

Jenis depresi ini merupakan bentuk premenstrual syndrome namun jauh lebih parah. Gejala yang muncul lebih dominan bersifat psikologis, seperti emosional, depresi, hingga sedih berkepanjangan beberapa hari jelang haid. Bahkan, gejala ini bisa mengganggu aktivitasnya sehari-hari.

Sama seperti depresi perinatal, tingkatan depresi ini juga berkaitan erat dengan tidak stabilnya perubahan hormon. Gejalanya bisa muncul saat fase ovulasi dan mereda ketika sudah haid. Berbeda dengan PMS biasa, orang yang mengalami depresi ini bisa merasa ingin bunuh diri.

7. Depresi musiman

Depresi musiman atau seasonal affective disorder adalah jenis depresi yang berkaitan dengan musim tertentu. Pada sebagian besar kasus, depresi ini kerap terjadi saat musim dingin. Gejalanya seperti ingin tidur lebih lama, berat badan bertambah, menarik diri dari interaksi sosial, dan merasa tidak berguna.

Jika sudah parah, penderita depresi musiman bisa merasa ingin mengakhiri hidupnya. Namun ketika musim telah berganti, gejala-gejala depresi mulai membaik.

8. Depresi situasional

Depresi situasional dipicu situasi atau kejadian spesifik, seperti kematian orang terdekat, insiden yang mengancam nyawa, perceraian, mengalami kekerasan dalam hubungan, kehilangan pekerjaan, atau menghadapi masalah hukum berkepanjangan.

Depresi situasional bisa muncul dalam periode 3 bulan setelah insiden pertama kali terjadi. Penderitanya bisa terus menerus menangis, cemas, tak nafsu makan, menarik diri dari sekitar, sulit tidur, hingga merasa tidak berguna.

9. Depresi atipikal

Depresi atipikal bisa mereda sementara ketika ada kejadian positif terjadi. Ini adalah tingkatan depresi yang paling jarang terjadi. Namun, mendeteksi depresi atipikal bisa jadi lebih sulit karena orang yang mengalaminya terlihat baik-baik saja di suatu waktu, dan depresi di waktu yang lain. Jenis depresi ini bisa terjadi bersamaan dengan gangguan depresi mayor atau depresi persisten.

Tingkatan Depresi

Tiap depresi di atas memiliki tingkat keparahannya masing-masing. Mulai dari ringan, sedang, hingga berat.

Untuk mengetahui seseorang berada di tingkatan depresi yang mana, dokter akan menggali informasi kapan pertama kali merasakan gejala, bagaimana pengaruhnya terhadap kehidupan sehari-hari, hingga masalah mental lain yang mungkin muncul.

Dokter juga akan menggunakan test untuk mengetahui tingkat keparahan depresi yang di alami seseorang. Ada dua skala yang umum digunakan untuk menguji tingkat depresi. Pertama adalah  Hamilton Depression Rating Scale. Yang kedua adalah  Montgomery-Åsberg Depression Rating Scale, Keduanya menggunakan skala angka untuk menilai tingkat depresi. Semakin tinggi angka yang ditampilkan semakin berat tingkat keparahan depresinya.

Cataan dari SehatQ

Bagi yang belum terbiasa, bercerita tentang hal ini mungkin terasa tidak nyaman. Jika ada orang terdekat yang bisa menemani dan memberi dukungan, tak ada salahnya mengajaknya ikut serta. Berganti dokter hingga menemukan yang benar-benar cocok juga bisa terjadi.

Advertisement

gangguan mentalkesehatan mental

Referensi

Bagikan

Artikel Terkait

Diskusi Terkait di Forum

Advertisement

logo-sehatq

Langganan Newsletter

Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.

Metode Pembayaran

Bank BCABank MandiriBank BNIBank Permata
Credit Card VisaCredit Card Master CardCredit Card American ExpressCredit Card JCBGopay

Fitur

  • Toko
  • Produk Toko
  • Kategori Toko
  • Toko Merchant
  • Booking
  • Promo
  • Artikel
  • Chat Dokter
  • Penyakit
  • Forum
  • Review
  • Tes Kesehatan

Perusahaan

Follow us on

  • FacebookFacebook
  • TwitterTwitter
  • InstagramInstagram
  • YoutubeYoutube
  • LinkedinLinkedin

Download SehatQ App

Temukan di APP StoreTemukan di Play Store

Butuh Bantuan?

Jam operasional: 24 Jam

Hubungi Kami+6221-27899827

© SehatQ, 2023. All Rights Reserved