Gangguan skizoafektif merupakan gangguan psikologis yang ditandai dengan kombinasi gejala psikosis dan gangguan mood. Gangguan skizoafektif terbagi atas tipe bipolar dan tipe depresif.
2023-03-21 22:10:35
Ditinjau oleh dr. Reni Utari
Gangguan skizoafektif merupakan gangguan psikologis yang sebenarnya jarang terjadi
Table of Content
Skizofrenia merupakan gangguan psikologis yang membuat penderitanya menginterpretasikan realita dengan tak normal. Skizofrenia ditandai dengan gejala psikosis, yang membuat penderitanya berdelusi dan berhalusinasi. Selain skizofrenia, ada kondisi medis lain serupa yang disebut dengan gangguan skizoafektif. Kenali lebih dalam mengenai gangguan skizoafektif.
Advertisement
Gangguan skizoafektif adalah gangguan mental yang ditandai dengan kombinasi gejala psikosis, seperti delusi dan halusinasi, dengan gejala gangguan suasana hati berupa depresi atau bipolar.
Gangguan skizoafektif terbagi atas dua tipe berdasarkan gangguan suasana hati yang ditunjukkan dan dirasakan pasien, yaitu:
Gangguan skizoafektif merupakan gangguan psikologis yang sebenarnya jarang terjadi. Gangguan ini bisa menimpa baik pria maupun wanita, walau pria lebih sering menderita skizoafektif di usia yang lebih muda. Namun, karena gejalanya merupakan kombinasi skizofrenia dan gangguan mood, gangguan skizoafektif seringkali salah didiagnosis dengan gangguan bipolar maupun skizofrenia.
Gangguan skizoafektif dapat dikendalikan secara efektif dengan kombinasi obat-obatan dan terapi. Dokter biasanya menangani gangguan ini dengan “meminjam” penanganan gangguan mood maupun skizofrenia. Jika tidak ditangani, gangguan skizoafektif dapat mengganggu kehidupan profesional dan akademik pasien dan masalah lain seperti kesepian.
Gejala gangguan skizoafektif dapat bervariasi antara satu orang dengan orang lain. Gejala yang ditunjukkan penderitanya juga bisa bergantung pada tipe bipolar atau tipe depresif. Variasi gejala gangguan skizoafektif, termasuk:
Walau gangguan skizoafektif yang ditunjukkan penderitanya dapat bervariasi, penyakit ini biasanya dicirikan dengan dua minggu gangguan suasana hati (baik gejala depresi maupun mania) serta dua minggu gejala psikosis (di mana gejala suasana hati tidak muncul).
Para ahli masih berusaha mencari tahu penyebab pasti dari gangguan skizoafektif. Namun, diyakini bahwa faktor genetik berkontribusi besar terhadap gangguan ini.
Beberapa faktor juga dapat meningkatkan risiko seseorang menderita gangguan skizoafektif. Faktor risiko tersebut, termasuk:
Beberapa ahli juga meyakini bahwa gangguan skizoafektif sebenarnya merupakan jenis dari skizofrenia dan bukan gangguan yang berdiri sendiri.
Penanganan untuk gangguan skizoafektif dapat beragam. Dokter biasanya akan meresepkan obat-obatan untuk mengendalikan gangguan ini. Kelompok obat-obatan yang akan diresepkan dokter, yaitu:
Dokter juga akan menawarkan terapi pada pasien. Terapi bertujuan untuk mengendalikan gejala dengan mempelajari kemampuan untuk mengatasi masalah dan berinteraksi dengan orang lain.
Terapi bisa dilakukan secara individual maupun secara berkelompok. Terapi berkelompok dapat membantu pasien untuk meningkatkan interaksi sosial dan cara komunikasinya. Terapi berkelompok juga membantu mengendalikan gejala yang tak bisa diatasi oleh obat-obatan.
Baca Juga
Gangguan skizoafektif merupakan gangguan psikologis yang ditandai dengan kombinasi gejala psikosis dan gangguan mood. Penanganan untuk gangguan skizoafektif biasanya akan meminjam penanganan untuk skizofrenia, depresi, maupun bipolar. Apabila masih memiliki pertanyaan terkait gangguan skizoafektif, Anda bisa menanyakan ke dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Aplikasi SehatQ tersedia gratis di Appstore dan Playstore yang berikan informasi kesehatan mental terpercaya.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Self-diagnosis adalah asumsi pribadi tentang sebuah penyakit yang dibuat tanpa konsultasi dari dokter. Pengakuan ini bisa berdampak buruk pada kesehatan mental.
Pikiran kosong bisa menjadi tanda kurang istirahat, gangguan kecemasan, serta menderita masalah kesehatan tertentu. Cara mencegahnya dengan istirahat cukup, menerapkan teknik relaksasi, dan latihan otak secara rutin.
Kemudahan berbelanja secara online jadi salah satu pemicu seseorang kecanduan belanja. Kondisi ini juga bisa tergolong gangguan mental bila tidak diatasi secara serius.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. R. H. Rafsanjani
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Dijawab oleh dr. R. H. Rafsanjani
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved