Epilepsi fotosintesis dapat kambuh saat menonton film atau bermain game dengan efek tertentu yang memiliki kilatan cahaya dalam intensitas dan frekuensi tinggi. Kondisi ini dapat disebabkan oleh kilatan atau kedipan lampu, warna tertentu, hingga pola warna cerah dan kontras yang tinggi.
2023-03-27 20:05:31
Ditinjau oleh dr. Reni Utari
Epilepsi fotosensitif dapat menyebabkan kejang saat nonton film tertentu
Table of Content
Epilepsi fotosensitif adalah kondisi kejang yang dipicu oleh kilatan cahaya (flash) dan pola dengan kontras gelap-terang yang sangat tinggi serta mencolok. Penderita epilepsi fotosensitif bisa langsung mengalami kejang saat terpapar pemicunya.
Advertisement
Epilepsi fotosensitif umumnya terjadi saat paparan kilatan cahaya yang memiliki intensitas tinggi dan berada dalam rentang frekuensi tertentu. Kondisi ini juga dapat kambuh saat penderitanya berselancar di internet karena sering kali berkaitan dengan penggunaan GIF dan video animasi.
Anak laki-laki lebih rentan mengalami kejang akibat epilepsi fotosensitif karena mereka umumnya menghabiskan lebih banyak waktu untuk main game, yang notabene merupakan salah satu penyebab kejang fotosensitif paling umum.
Penderita epilepsi memiliki gangguan pada aktivitas listrik di otaknya sehingga menyebabkan terjadinya kejang secara berulang. Kondisi ini terjadi karena kelainan pada jaringan kelistrikan di otak dan/atau ketidakseimbangan zat kimia pembawa pesan di otak (neurotransmitter).
Sejumlah aspek yang berkaitan dengan peningkatkan risiko epilepsi fotosensitif, di antaranya:
Sementara itu, berikut adalah beberapa pemicu kejang yang paling umum dalam epilepsi fotosensitif.
Pemicu kejang pada epilepsi fotosensitif bisa berbeda satu sama lain. Namun, pemicu kejang yang dianggap paling umum adalah kedipan cahaya antara frekuensi 3-30 kedipan per detik (Hertz).
Penderita epilepsi fotosensitif biasanya mengalami kejang tonik-klonik umum, atau dikenal dengan kejang konvulsi. Kondisi ini dapat berlangsung maksimal selama lima menit dengan gejala-gejala berikut ini.
Setelah kejang selesai, seseorang mungkin dapat mengalami sakit kepala, kebingungan, lelah, serta kehilangan ingatan dalam waktu singkat. Namun, kesadarannya dapat kembali secara perlahan-lahan.
Waktu pemulihan epilepsi fotosensitif dapat bervariasi bagi setiap penderitanya. Sebagian mungkin dapat segera kembali beraktivitas normal setelah kejang selesai, tapi sebagian lainnya dapat memerlukan waktu istirahat selama beberapa saat.
Jika orang-orang di sekitar Anda mengalami kejang fotosensitif, berikut adalah langkah-langkah yang bisa membantunya:
Baca Juga
Banyak orang tidak menyadari bahwa mereka sensitif terhadap lampu flash atau pola fotosensitif tertentu, sampai kemudian tiba-tiba mengalami kejang. Mereka biasanya tidak mengembangkan kejang secara spontan, hanya kejang yang dipicu kondisi cahaya tertentu.
Di sisi lain, ada pula sebagian orang yang kerap merasa terganggu oleh paparan cahaya dan mengembangkan gejala, seperti pusing, sakit kepala, mual, dan lain sebagainya, tetapi sama sekali tidak mengalami kejang. Dalam kasus ini, mereka tidak diangggap menderita epilepsi fotosensitif.
Jika Anda sering merasa terganggu oleh kilatan cahaya atau efek cahaya tertentu, sebaiknya konsultasikan hal tersebut dengan dokter. Anda mungkin perlu menjalani tes menggunakan elektroensefalogram (EEG) untuk memantau aktivitas listrik otak dalam berbagai kondisi. Ini adalah tes yang dilakukan secara rutin pada kebanyakan orang dengan epilepsi.
Epilepsi fotosensitif adalah gangguan kesehatan yang tidak dapat disembuhkan dengan obat. Namun, penyakit ini biasanya merespons dengan baik obat antiepilepsi yang dapat mengatasi kejang secara umum. Penggunaan obat antiepilepsi ini dapat mengurangi frekuensi kejang yang terjadi.
Penderita epilepsi fotosensitif juga dapat mengurangi kemungkinan kejang dengan menghindari paparan pemicu kejang. Jika tidak sengaja terpapar pemicunya, tutup salah satu mata sepenuhnya dan jauhkan kepala Anda dari pemicunya.
Cara tersebut juga dapat dilakukan oleh orang yang fotosensitif walaupun tidak epilepsi. Sementara itu, menutup kedua mata atau memalingkan mata ke arah lain tidak akan membantu menghindari masalah ini.
Apabila Anda memiliki pertanyaan seputar masalah kesehatan, Anda bisa bertanya langsung dengan dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ secara gratis. Unduh aplikasi SehatQ sekarang di App Store atau Google Play.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Penyebab epilepsi mulai dari pengaruh genetik, gangguan pada otak, hingga penyakit menular. Konsumsi obat antikejang menjadi salah satu cara mengatasinya.
Saat mengalami kejang demam, anak akan menjadi kaku, mengejang, dan matanya terbelalak. Anak juga akan mengalami gangguan pernapasan. Kondisi ini dapat terjadi pada anak berusia 6 bulan-5 tahun, meski paling sering pada anak berusia 12-18 bulan.
Ada banyak mitos atau tradisi yang dilakukan ketika menolong seseorang yang mengalami kejang. Padahal, belum tentu semuanya benar. Membekali diri dengan pengetahuan tentang cara mengatasi kejang sangat penting, seperti jangan memasukkan apapun ke dalam mulut pasien.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Dijawab oleh dr. Stasya Zephora
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved