Disonansi kognitif adalah perasaan tidak nyaman saat menghadapi dua nilai yang berbeda - atau ketika melakukan hal yang tidak sesuai dengan kepercayaan yang dianut. Kondisi ini bisa kita alami dalam beberapa momen kehidupan, seperti seorang perokok yang paham bahwa rokok membahayakan tubuh namun ia tetap melakukannya.
2023-03-25 06:48:04
Ditinjau oleh dr. Reni Utari
Terpaksa melakukan sesuatu meski tidak sesuai dengan nilai yang dianut merupakan bentuk disonansi kognitif
Table of Content
Pada beberapa momen dalam hidup, kita sering dihadapkan dengan hal yang tidak sesuai dengan keyakinan yang kita percayai. Anda mungkin juga pernah terpaksa melakukan sesuatu walau sebenarnya ada pergolakan batin dalam menjalaninya. Kondisi ini disebut dengan disonansi kognitif – terjadi ketika adanya ketidaksesuaian (disonansi) antara dua kepercayaan atau nilai dan menimbulkan rasa tak nyaman. Bagaimana manusia menghadapi disonansi kognitif?
Advertisement
Disonansi kognitif adalah istilah yang merujuk pada kondisi mental yang tidak nyaman saat menghadapi dua keyakinan atau nilai yang berbeda. Kondisi ini juga terjadi ketika seseorang melakukan hal yang tidak sesuai dengan nilai dan keyakinan yang dianut. Istilah disonansi kognitif diperkenalkan sebagai teori oleh ahli yang bernama Leon Festinger tahun 1957.
Teori disonansi kognitif berpusat pada bagaimana seseorang berusaha untuk mendapatkan konsistensi dan kesesuaian dalam sikap dan perilaku mereka. Menurut Leon Festinger, keyakinan yang berkonflik atau tidak sesuai dapat menghapus harmoni dalam diri – suatu kondisi yang berusaha dijauhi oleh orang-orang. Konflik nilai inilah yang menimbulkan rasa tidak nyaman.
Ketidaksesuaian saat mengalami disonansi kognitif membuat seseorang akan mencari cara untuk mengurangi ketidaknyaman tersebut.
Konsep disonansi kognitif telah lama menjadi salah satu teori yang berpengaruh dalam keilmuan psikologi sosial. Teori ini juga menjadi subjek penelitian yang banyak dilakukan oleh para ahli.
Sebagai konsep yang terkenal dalam keilmuan psikologi, disonansi kognitif sering kita alami sehari-hari. Contoh disonansi kognitif termasuk:
Terdapat beberapa faktor yang menimbulkan konflik dan disonansi kognitif. Faktor tersebut termasuk:
Disonansi kognitif seringkali muncul akibat paksaan atau tekanan yang sulit dihindari. Misalnya, seorang karyawan tetap pergi bekerja ke kantor di tengah pandemi Covid-19. Ia terpaksa berangkat ke kantor karena takut dipecat serta demi mempertahankan penghasilannya.
Kasus lain yakni peer pressure dari orang terdekat. Misalnya, seorang karyawan yang tengah berhemat “terpaksa” ikut memesan makanan secara online agar bisa berbaur dengan teman-teman kantornya.
Terkadang, menerima suatu informasi baru dapat menimbulkan kondisi disonansi kognitif dan rasa tidak nyaman dalam dirinya. Misalnya, seorang pria memiliki teman laki-laki yang baru saja melela atau coming out sebagai pria homoseksual. Kondisi tersebut membuatnya dilema karena ia menganut kepercayaan bahwa homoseksual adalah suatu bentuk dosa.
Sebagai manusia, kita akan terus menciptakan beragam keputusan. Saat dihadapkan dengan dua pilihan yang sama-sama kuat, kita akan mengalami kondisi disonansi.
Misalnya, seseorang menerima dua tawaran pekerjaan, yakni satu pekerjaan di dekat rumah orangtuanya dan satu pekerjaan di luar kota namun dengan gaji lebih tinggi. Ia mungkin bingung dengan dua pilihan tersebut karena menurutnya faktor kedekatan dengan keluarga dan gaji sama pentingnya.
Rasa tidak nyaman saat mengalami disonansi kognitif dapat dikurangi dengan beberapa metode, yaitu:
Kondisi disonansi kognitif seringkali dikurangi dengan menghindari suatu informasi baru yang berkonflik dengan keyakinannya. Misalnya, seorang perokok menemukan informasi riset bahwa rokok dapat meningkatkan risiko komplikasi kanker paru.
Karena berat baginya untuk menghindari rokok, ia mungkin tetap memilih melupakan informasi tersebut, mengatakan bahwa riset tersebut belum tentu benar, dan tetap merokok. Kondisi ini dikenal dengan bias konfirmasi.
Saat mengalami disonansi kognitif, seseorang mungkin akan melakukan justifikasi dan meyakinkan diri dalam melakukan hal tertentu.
Misalnya, seorang karyawan terpaksa menemani atasannya untuk mengonsumsi minuman alkohol di kelab malam. Walau sebenarnya ia khawatir dengan risiko kesehatan akibat konsumsi alkohol, si karyawan mungkin tetap memesan minuman tersebut dan melakukan justifikasi bahwa ia melakukannya demi kepentingan karier dan membuat atasannya terkesan.
Cara lain manusia menyelesaikan disonansi kognitif adalah dengan mengubah keyakinan yang selama ini ia anut. Misalnya, seorang perokok menerima informasi riset bahwa penggunaan rokok meningkatkan risiko komplikasi kanker paru. Setelah membaca atau mendengar informasi tersebut, ia mungkin berusaha untuk berhenti merokok.
Disonansi kognitif adalah kondisi perang batin saat seseorang dihadapkan dengan dua keyakinan yang berbeda. Kondisi ini tentu sering kita alami dalam kehidupan bermasyarakat. Teori disonansi kognitif juga menjadi konsep yang terkenal dan banyak dikaji dalam keilmuan psikologi sosial.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Crystal healing adalah pengobatan alternatif menggunakan batu kristal yang dipercaya memberikan efek positif dalam tubuh. Ada beragam jenis kristal yang masing-masing membawa efek berbeda.
Mood stabilizer adalah obat yang membantu mengontrol perubahan mood pada penderita bipolar. Terdapat tiga kelompok mood stabilizer, yaitu mineral, antikonsulvan, dan antipsikotik.
Dengan mengetahui dan menerapkan cara menenangkan hati secara tepat rasa gelisah, resah, marah, dan kecewa dapat teratasi. Beberapa langkah ini bisa Anda coba dengan mudah.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Dijawab oleh dr. R. H. Rafsanjani
Dijawab oleh dr. R. H. Rafsanjani
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved