Bullying verbal adalah bentuk perundungan menggunakan kata-kata, sebutan, atau panggilan yang menghina. Hal ini bisa menyebabkan anak depresi, merasa gelisah, pola tidur berubah, dan harga diri rendah.
21 Mei 2022
Ditinjau oleh dr. Karlina Lestari
Anak yang menjadi korban bullying verbal cenderung lebih murung
Table of Content
Fenomena bullying verbal kerap terjadi di kalangan anak-anak dan remaja. Bullying verbal adalah bentuk perundungan dengan menggunakan kata-kata, pernyataan, sebutan, atau panggilan yang menghina secara lisan.
Advertisement
Tindakan ini bertujuan untuk meremehkan, merendahkan, mengintimidasi, dan menyakiti korbannya. Verbal bullying dapat memberi dampak yang serius pada psikis korbannya, bahkan untuk jangka waktu yang panjang.
Pelaku bullying verbal sering kali menjadikan anak-anak yang tampak lemah atau berbeda sebagai sasarannya.
Berbeda dengan bullying secara fisik yang menggunakan pukulan, tendangan, atau tamparan, jenis bullying ini menggunakan kata-kata untuk menyakiti korbannya.
Beberapa contoh bullying verbal pada anak yang harus diwaspadai, di antaranya:
Disadari atau tidak, memberi julukan “Si Gendut”, “Si Monyong”, dan semacamnya yang bertujuan menghina termasuk contoh bullying secara verbal.
Bullying verbal dengan kata-kata yang menyakitkan dapat menghancurkan korbannya karena bisa meninggalkan luka emosional yang dalam, bahkan sama menghancurkannya dengan intimidasi fisik.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) menunjukkan bahwa anak-anak yang mendapat perundungan memiliki dampak jangka panjang terhadap masalah fisik, sosial, emosional, dan akademisnya.
Sejumlah dampak bullying verbal yang dapat terjadi pada anak, yaitu:
Salah satu dampak verbal bullying adalah bisa menyebabkan anak mengalami depresi. Masalah ini dipicu oleh rasa tertekan akibat kata-kata atau sebutan menghina yang dilontarkan oleh pelaku perundungan.
Anak yang depresi dapat terlihat murung, sedih, dan putus asa. Selain itu, mereka juga menjadi lebih mudah marah dan kehilangan minat terhadap apa yang disukainya.
Anak yang mendapat bullying secara verbal juga dapat dirundung oleh kegelisahan. Mereka merasa tidak aman dan takut, terutama ketika hendak bertemu dengan pelaku bullying. Tak jarang, hal ini menyebabkan anak sering menangis tiba-tiba.
Bullying verbal juga bisa menyebabkan pola tidur anak berubah. Mereka menjadi sulit tidur atau bahkan tidur berlebihan sehingga tidak bisa beraktivitas dengan baik.
Jika Anda menyadari perubahan ini, segera ambil tindakan yang tepat untuk mengatasinya.
Dampak bullying verbal juga dapat membuat anak merasakan keluhan fisik, seperti jantung berdebar-debar, sakit perut, sakit kepala, atau mual yang tidak didasari kondisi medis apa pun.
Kondisi yang umumnya disebabkan oleh stres ini disebut dengan gangguan psikosomatis.
Hal ini juga telah dibuktikan oleh sebuah penelitian tahun 2015 yang menyatakan bahwa verbal bullying sangat berpengaruh pada kesehatan anak.
Bukan hanya pola tidur, anak yang menjadi korban bullying juga dapat mengalami perubahan nafsu makan.
Mereka bisa jadi lebih jarang makan atau justru makan berlebihan. Perubahan ini juga dapat mempengaruhi berat badan anak.
Verbal bullying dapat membuat korbannya lebih senang menyendiri.
Tak jarang, mereka menghindar dari menarik diri dari pergaulan sosial, atau bahkan tidak ingin berpartisipasi dalam kegiatan yang diikuti banyak orang.
Kondisi ini bisa membuat anak terlihat lebih murung dari biasanya.
Selanjutnya, efek intimidasi verbal adalah memiliki harga diri rendah. Anak dapat merasa bahwa mereka memiliki citra diri yang buruk, apalagi jika pelaku bullying menghina fisiknya.
Hal ini juga dapat mendorong anak membentuk pribadi yang mudah minder atau tidak percaya diri hingga dewasa kelak.
Karena anak yang mendapat bullying cenderung sulit berpikir dan berkonsentrasi, prestasi akademis yang dimilikinya pun lebih rendah.
Mereka mungkin tidak mampu menyelesaikan tugas di sekolah dengan baik karena kesulitan untuk berpikir dengan tenang.
Prestasi akademis yang terus menurun atau perasaan tidak betah di sekolah bisa membuat anak enggan bersekolah lagi dan memutuskan untuk keluar.
Jika hal ini terjadi, maka permasalahan yang dihadapi anak sudah sangat serius.
Akibat mendapatkan verbal bullying, anak juga bisa menyakiti dirinya sendiri. Hal itu dilakukan sebagai bentuk pelampiasan terhadap apa yang dirasakannya. Pada kasus yang parah, mereka bahkan mungkin berpikir untuk mengakhiri hidupnya.
Dampak buruk dari bullying verbal dapat bertahan hingga dewasa. Sebuah tinjauan studi menemukan bahwa korban bullying memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk merasakan kesepian, kecemasan sosial, dan tidak percaya diri.
Keadaan ini dapat mendorong anak untuk melukai diri sendiri, bahkan berpikir bunuh diri.
Baca Juga
Sering kali orangtua dan guru tidak menyadari jika anak menjadi korban verbal bullying. Sebab, pelaku umumnya melancarkan aksi ketika tidak ada pengawasan dari orangtua.
Jika Anda mengetahui anak merupakan korban bullying verbal, lakukan hal berikut untuk membantu mengatasinya:
Beberapa tanda anak membutuhkan psikolog adalah mengalami perubahan pola makan atau tidur, melakukan tindakan yang buruk, merasa sedih atau cemas secara ekstrem, menarik diri dari teman atau keluarga, berperilaku tidak seperti biasanya, meningkatnya keluhan fisik, dan sering berbicara tentang kematian.
Pastikan Anda selalu memerhatikan keselamatan anak. Jangan sampai kurangnya perhatian dan pengawasan membuat anak menjadi korban bullying hingga berdampak buruk pada kesehatan mentalnya.
Apabila Anda mengetahui anak menjadi pelaku bullying, penting untuk segera mengambil tindakan. Membiarkan perbuatan tersebut hanya akan membuat anak merasa tindakannya benar sehingga terus-menerus melakukannya.
Untuk menghentikannya, cobalah ajak anak berbicara empat mata. Tanyakan mengapa mereka melakukan bullying dan memperlakukan orang lain dengan cara yang salah.
Selain itu, jelaskan efek negatif bullying bagi anak yang diintimidasi olehnya ataupun bagi dirinya sendiri. Misalnya, “Jika terus melakukan bullying, kamu bisa menjadi anak yang jahat sehingga nanti tidak punya teman.”
Setelah anak mengerti, dorong mereka untuk meminta maaf kepada korban dari perilakunya. Bantu juga anak memahami bagaimana cara memperlakukan orang lain dengan baik.
Berikan contoh jika Anda menghormati orang lain dan tidak membenci hanya karena memiliki perbedaaan. Dengan begitu, anak akan memperhatikan dan cenderung meniru apa yang orangtuanya lakukan.
Pastikan untuk selalu mengingatkan anak agar tidak lagi melakukan perundungan, seperti mengejek atau menghina temannya.
Sementara, bagi Anda yang ingin bertanya lebih lanjut seputar kesehatan anak, tanyakan langsung pada dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download sekarang di App Store dan Google Play.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Meski kelihatannya sehat, terlalu terobsesi dengan pola makan sehat bisa menjadi indikasi dari gangguan makan orthorexia. Penderita gangguan ini memperhatikan pola makannya secara berlebih dan bahkan mengikuti aturan makan yang sangat ketat. Alih-alih sehat, penderita orthorexia dapat mengalami berbagai gangguan fisik, mental, dan bahkan sosial.
Beban kerja yang dianggap berat dan lingkungan yang tidak mendukung membuat Anda mudah mengalami lelah, tidak hanya secara fisik tetapi juga secara emosional. Kondisi ini merupakan suatu fenomena yang dinamakan dengan burnout.
Ada banyak faktor yang dapat menjadi penyebab anxiety disorder atau gangguan kecemasan. Beberapa faktor tersebut di antaranya genetik, kondisi medis tertentu, efek samping dari konsumsi obat-obatan, stres, hingga trauma.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Stasya Zephora
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved