logo-sehatq
logo-kementerian-kesehatan
SehatQ for Corporate
TokoObatArtikelTindakan MedisDokterRumah SakitPenyakitChat DokterPromo
Bayi & Menyusui

Mengenal Avoidant Personality Disorder dan Cara Menanganinya

open-summary

Avoidant personality disorder adalah pola perilaku yang bertahan lama terkait ketakutan akan penolakan dan rasa malu berlebihan. Penderitanya merasa dirinya tidak berharga, sangat malu dan takut untuk bersosialisasi, hingga takut mendapatkan penolakan.


close-summary

2023-03-20 05:02:44

| Nenti Resna

Ditinjau oleh dr. Reni Utari

Avoidant personality diorder membuat penderitanya takut dianggap buruk oleh orang lain

Penderita avoidant personality disorder merasa dirinya tidak berharga dan takut berbuat salah

Table of Content

  • Gejala avoidant personality disorder
  • Penyebab avoidant personality disorder
  • Penanganan avoidant personality disorder

Avoidant Personality Disorder (AVPD) merupakan sebuah pola perilaku yang bertahan lama terkait dengan hambatan sosial, rasa ketidakmampuan, dan sensitivitas terhadap penolakan. AVPD termasuk salah satu jenis gangguan kepribadian yang paling umum.

Advertisement

Penderita AVPD kerap merasa tidak berharga, memiiki rasa malu yang berlebihan, merasa sangat takut berbuat salah dan mendapatkan penolakan. Pada akhirnya, kondisi ini dapat menghambat kehidupan dan pekerjaan orang-orang yang mengalaminya.

Rasa malu dan takut salah dapat membuat penderita AVPD menghindari berbagai situasi penting, termasuk enggan berada di dalam situasi sosial atau berada di lingkungan kerja. Kondisi ini bisa berdampak pada relasi mereka dengan orang lain. Penderita AVPD hanya akan berinteraksi dengan orang-orang yang dianggap tidak akan memberikan penolakan.

Gejala avoidant personality disorder

Penderita avoidant personality disorder umumnya memiliki rasa malu yang berlebihan. Mereka juga sangat sensitif terhadap kritik. Gangguan perilaku ini juga berkaitan dengan gangguan kecemasan dan paranoid. 

Gejala-gejala yang dikaitkan dengan avoidant personality disorder meliputi:

  • Mudah dilukai oleh kritik atau ketidaksetujuan
  • Tidak memiliki teman dekat
  • Merasa enggan untuk terlibat dengan orang lain
  • Menghindari aktivitas atau pekerjaan yang melibatkan kontak dengan orang lain
  • Rasa malu berlebihan dalam situasi sosial karena takut mengatakan atau melakukan kesalahan
  • Berpikir berlebihan mengenai potensi risiko
  • Menghindari hubungan asmara atau berbagi perasaan intim
  • Saat terlibat dalam hubungan asmara akan melakukan pengekangan
  • Merasa tidak kompeten secara sosial, rendah diri, atau tidak menarik bagi orang lain
  • Tidak mau mengambil risiko atau mencoba hal-hal baru karena khawatir akan memalukan
  • Menghindari situasi sosial karena takut ditolak
  • Memiliki kebutuhan untuk disukai orang lain
  • Menghindari konflik
  • Kecemasan dalam situasi sosial
  • Menghindari pengambilan keputusan
  • Rasa mawas diri yang ekstrem
  • Kerap gagal untuk memulai kontak sosial
  • Bersikap ketakutan dan tegang
  • Merasa tidak kuasa
  • Sangat sensitif terhadap evaluasi negatif
  • Kurangnya ketegasan
  • Sulit memercayai orang lain
  • Salah menafsirkan situasi netral sebagai negatif
  • Tidak ada teman dekat dan tidak memiliki jejaring sosial
  • Mengisolasi diri.

Penyebab avoidant personality disorder

Hingga saat ini, belum diketahui secara pasti apa penyebab avoidant personality disorder. Ada dugaan bahwa faktor genetik, lingkungan, sosial, dan psikologis turut berperan membentuk gangguan AVPD pada seseorang.

Selain itu, ada beberapa faktor risiko yang membuat seseorang lebih berisiko mengalami gangguan AVPD.

  • Mengalami pelecehan emosional
  • Sering mendapat kritik
  • Menerima ejekan
  • Kurangnya kasih sayang dan pengasuhan oleh orangtua saat anak-anak
  • Penolakan oleh teman sebaya.

Avoidant personality disorder biasanya bermula pada masa bayi atau anak-anak usia dini, yang ditandai dengan perasaan malu, isolasi, dan menghindari orang asing atau tempat baru.

Sebagian besar orang-orang yang pemalu di awal usianya cenderung bisa keluar dari perilaku ini, tetapi mereka yang mengembangkan AVPD malah menjadi lebih pemalu ketika beranjak remaja atau dewasa.

Baca Juga

  • Coulrophobia, Ketakutan Luar Biasa pada Topeng Badut
  • Memahami Gangguan Kepribadian Dependen dan Tindakan Penanganannya
  • Ciri-Ciri Anak Depresi yang Harus Orangtua Waspadai

Penanganan avoidant personality disorder

Avoidant personality disorder bisa jadi sulit ditangani karena gangguan ini memiliki pola perilaku yang bertahan lama. Bahkan, tidak sedikit penderita AVPD yang sulit menyadarinya dan merasa bahwa mereka tidak membutuhkan membutuhkan terapi psikologis dan konseling. Padahal gejala-gejala AVPD dapat diredakan jika perawatan yang tepat berhasil dilakukan.

Berikut adalah sejumlah perawatan yang bisa dilakukan untuk mengatasi AVPD.

1. Konseling

Perawatan berupa terapi atau konseling untuk avoidant personality disorder dapat dilakukan dengan:

  • Terapi perilaku kognitif

Terapi perilaku kognitif dapat bermanfaat untuk mengenal pola pikir yang tidak menguntungkan dan mengubahnya.

  • Terapi psikodinamika

Terapi psikodinamika dilakukan untuk menyadari bagaimana pengalaman, rasa sakit, dan konflik masa lalu dapat berkontribusi pada gejala saat ini dan cara mengatasinya.

  • Terapi skema

Terapi skema menggunakan pendekatan integratif yang dibangun dengan landasan terapi perilaku kognitif dan teknik terapeutik lainnya. Terapi skema bertujuan untuk meningkatkan fungsi penderita AVPD dalam kesehariannya berdasarkan reka ulang maladaptif awal (pengalaman hidup awal).

Pasien bersama terapis akan berusaha mengungkap kebutuhan emosional di masa anak-anak yang tidak terpenuhi, serta pola perilaku tidak membantu yang kemudian berkembang karenanya. Terapi skema akan membantu menemukan solusi untuk memenuhi kebutuhan emosional tanpa melibatkan kebiasaan yang merusak.

2. Obat-obatan

Saat ini, tidak ada obat yang secara khusus ditujukan untuk mengobati avoidant personality disorder. Akan tetapi, pengobatan dapat diberikan untuk mengatasi kondisi gangguan lainnya yang terkait.

Misalnya, jika penderita AVPD juga mengalami depresi atau kecemasan, maka dapat diberikan obat antidepresan. Obat tersebut dapat membantu memperbaiki suasana hati dan anhedonia (tidak bisa merasakan kesenangan), mengurangi gejala kecemasan, serta mengurangi kepekaan terhadap penolakan.

Menggunakan perawatan dengan cara psikoterapi dan pengobatan merupakan cara yang lebih efektif dibandingkan menggunakan salah satunya saja.

Jika Anda punya pertanyaan lebih lanjut seputar gangguan kepribadian, Anda bisa bertanya langsung dengan dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ secara gratis. Unduh aplikasi SehatQ sekarang di App Store atau Google Play.

Advertisement

gangguan mentalgangguan kepribadian

Referensi

Bagikan

Artikel Terkait

Diskusi Terkait di Forum

Advertisement

logo-sehatq

Langganan Newsletter

Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.

Metode Pembayaran

Bank BCABank MandiriBank BNIBank Permata
Credit Card VisaCredit Card Master CardCredit Card American ExpressCredit Card JCBGopay

Fitur

  • Toko
  • Produk Toko
  • Kategori Toko
  • Toko Merchant
  • Booking
  • Promo
  • Artikel
  • Chat Dokter
  • Penyakit
  • Forum
  • Review
  • Tes Kesehatan

Perusahaan

Follow us on

  • FacebookFacebook
  • TwitterTwitter
  • InstagramInstagram
  • YoutubeYoutube
  • LinkedinLinkedin

Download SehatQ App

Temukan di APP StoreTemukan di Play Store

Butuh Bantuan?

Jam operasional: 07.00 - 20.00

Hubungi Kami+6221-27899827

© SehatQ, 2023. All Rights Reserved