logo-sehatq
logo-kementerian-kesehatan
Forum
Kesehatan Mental

Mengenal Apa Itu Stereotip dan 8 Bentuknya

open-summary

Cara termudah menjelaskan apa itu stereotip adalah asumsi terhadap seseorang berdasarkan pengalaman atau keyakinan yang dimiliki sebelumnya. Jika dibiarkan, stereotip sangat bisa memunculkan sikap diskriminatif.


close-summary

Ditinjau secara medis oleh dr. Anandika Pawitri

26 Des 2020

stereotip adalah asumsi terhadap seseorang berdasarkan pengalaman atau keyakinan yang dimiliki sebelumnya

Stereotip adalah sikap asumtif terhadap orang lain

Table of Content

  • Jenis stereotip
  • Bagaimana munculnya stereotip?
  • Cara mengurangi stereotip

Cara termudah menjelaskan apa itu stereotip adalah asumsi terhadap seseorang berdasarkan pengalaman atau keyakinan yang dimiliki sebelumnya. Jika dibiarkan, stereotip sangat bisa memunculkan sikap diskriminatif.

Advertisement

Sebenarnya, adanya pemikiran semacam ini adalah hal lumrah dalam pikiran manusia. Ini dilakukan untuk memilah segala informasi yang ada di sekitar.

Jenis stereotip

Stereotip kerap kali tanpa dasar dan mengarah ke hal negatif terhadap seorang individu atau kelompok tertentu. Prejudice inilah yang pada akhirnya sangat berpengaruh terhadap bagaimana cara seseorang berperilaku dan berinteraksi.

Bahkan bisa saja, cara seseorang bertindak kepada orang lain menjadi berbeda. Mereka tidak sadar bahwa sedang di bawah pengaruh pemikiran internalnya. Pemikiran semacam ini akan membuat seseorang menganggap orang dari kelompok tertentu memiliki sifat yang sama saja.

Beberapa jenis stereotip yang kerap terjadi adalah:

1. Rasisme

Rasisme adalah stereotip berdasarkan ras atau kelompok nasional seseorang. Bentuk paling umum dari rasisme adalah prejudice berdasarkan warna kulit. Alasannya karena warna kulit menjadi tanda paling jelas ras seseorang.

Bahkan, rasisme bisa terjadi pada orang dengan warna kulit sama. Ini ada kaitannya dengan faktor latar belakang etnis. Aspek budaya, bahasa, bahkan baju tradisional juga masuk dalam hal ini.

2. Seksisme

Ini adalah jenis stereotip berdasarkan gender. Baik perempuan maupun laki-laki bisa menjadi korban seksisme. Namun, kecenderungannya lebih besar pada perempuan.

3. Diskriminasi usia (ageism)

Bentuk stereotip terhadap seseorang karena usia mereka, baik itu tua maupun muda. Istilah ini pertama kali digagas oleh Robert Neil Butler pada tahun 1969 lalu untuk menjelaskan diskriminasi terhadap orang berusia lanjut.

4. Prasangka terhadap orang miskin (classism)

Classism adalah perlakuan berbeda terhadap orang lain berdasarkan kelas sosial mereka. Adanya stereotip ini dilakukan untuk memperkuat posisi mereka yang dominan. Akibatnya bisa terjadi kesenjangan yang semakin besar antara si kaya dan si miskin.

5. Nasionalisme

Nasionalisme adalah ide dan gerakan yang mengampanyekan ketertarikan pada sekelompok orang. Orang dengan pemikiran semacam ini akan merasa lebih hebat dibandingkan dengan individu yang berasal dari etnis, latar belakang agama, dan budaya lainnya.

6. Homophobia

Perlakuan negatif terhadap orang-orang homoseksual seperti lesbian dan gay. Stereotip semacam ini bisa menimbulkan ketakutan, intoleransi, serta kebencian yang tidak rasional.

7. Stereotip terhadap agama

Ada banyak jenis stereotip terhadap agama dan kepercayaan tertentu. Konsekuensi dari pemikiran semacam ini adalah perlakuan terhadap seseorang atau kelompok tertentu dengan berbeda, cenderung negatif.

8. Xenophobia

Xenophobia adalah rasa takut atau kebencian terhadap orang asing. Seseorang tak akan segan berlaku kejam terhadap orang yang berbeda dengan dirinya.

Baca Juga

  • Jangan Lewatkan Manfaat Sarapan Pagi Ini untuk Kebaikan Hari
  • Jenis Diet yang Efektif untuk Mendapatkan Berat Badan Ideal
  • 7 Cara Mengatasi Perasaan Takut Gagal, Coba Ubah Perspektif Anda

Bagaimana munculnya stereotip?

Munculnya pemikiran semacam ini datang dari cara manusia memproses informasi di sekitarnya. Untuk memproses apa yang terjadi di sekitarnya, manusia memasukkannya dalam beberapa kategori.

Ditambah lagi dengan pengalaman hidup, penuturan dari orang lain, dan juga keyakinan akan memperkuat anggapan ini. Semua orang akan mendapatkan label yang digeneralisasi hanya karena mereka berasal dari kelompok tertentu.

Terlebih, ada begitu banyak informasi yang perlu dicerna lewat pemikiran logis, rasional, dan berdasarkan metode tertentu. Bisa cepat mencerna informasi adalah hal yang baik, namun sangat mungkin menimbulkan salah persepsi.

Akibatnya, inilah yang menjadi asal mula terjadinya stereotip, hal yang tak terhindarkan. Bahkan, artikel dalam Current Directions in Psychological Science menyebut bahwa stereotip adalah kebutuhan psikologis mendasar ketika seseorang merasa tidak nyaman dengan situasi ambigu di sekitarnya.

Cara mengurangi stereotip

Mengingat apa itu stereotip adalah hasil dari pola pikir yang sulit dihindari, perlu dilatih rasa empati terhadap orang yang berbeda. Anggap bahwa perbedaan adalah hal biasa. Dengan demikian, seseorang bisa jadi lebih memahami orang lain.

Selain itu, beberapa teknik yang bisa dilakukan untuk mengurangi stereotip adalah:

  • Menggali dukungan dan membangun kesadaran menolak stereotip
  • Meningkatkan kontak dengan anggota dari kelompok sosial lain
  • Membuat orang lain sadar tentang kemungkinan prinsip bisa berubah
  • Mengupayakan hukum dan regulasi penerapan keadilan pada seluruh kelompok manusia

Untuk berdiskusi lebih lanjut seputar bagaimana stereotip bisa berdampak pada kesehatan mental korban, tanyakan langsung pada dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download sekarang di App Store dan Google Play.

Advertisement

gangguan mentalkesehatan mentalpola hidup sehat

Ditulis oleh Azelia Trifiana

Referensi

Bagikan

Artikel Terkait

Diskusi Terkait di Forum

Advertisement

logo-sehatq
    FacebookTwitterInstagramYoutubeLinkedin

Langganan Newsletter

Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.

Perusahaan

Dukungan

Butuh Bantuan?

Jam operasional:
07:00 - 20:00 WIB

Hubungi Kami+6221-27899827

© SehatQ, 2023. All Rights Reserved