Antidote adalah penawar racun. Meski demikian, zat ini bersifat sangat spesifik pada jenis racun tertentu. Oleh karena itu, penting untuk tahu cara kerjanya dan beragam tipe antidote.
Ditinjau secara medis oleh dr. Karlina Lestari
1 Sep 2020
Antidote hanya boleh diberikan oleh dokter
Table of Content
Apakah Anda pernah mendengar kata antidote? Kata ini mungkin terdengar akrab dengan racun. Saat seseorang mengalami keracunan, maka ia perlu menemukan antidote. Sebab, antidote adalah penawar racun.
Advertisement
Secara ilmiah, antidote didefinisikan sebagai agen, obat, senyawa, ataupun zat yang dapat menetralkan efek dari racun atau obat lain. Antidote dapat mencegah racun penyerapan racun ataupun menghalangi racun tersebut menjadi lebih berbahaya.
Bagaimana cara kerja antidote?
Antidote dapat bekerja dengan 4 mekanisme utama, yaitu:
Penurunan tingkat racun dapat dicapai dengan mengikat racun tersebut. Pengikatan ini bisa bersifat spesifik atau tidak spesifik. Pengikatan spesifik terjadi dalam berbagai bentuk.
Beberapa contoh kasus dengan pengikatan spesifik adalah pengkelatan logam saat keracunan logam berat, penggunaan DigiFab saat mengalami overdosis dioksin, penggunaan hydroxycobalamin saat keracunan sianida, dan penggunaan human butyryl cholinesterase, yaitu sejenis enzim, untuk keracunan organofostat (zat yang biasa dipakai dalam pestisida).
Pada pengikatan spesifik, antidote bisa membentuk senyawa inert yang kemudian dapat dibuang dari tubuh. Di sisi lain, pengikatan non-spesifik umumnya menggunakan karbon aktif di mana zat ini dapat membantu penggumpalan zat-zat beracun dan mengurangi efek racun saat akan dicerna oleh usus.
Cara kerja ini dapat berlangsung di level enzim atau level reseptor. Pada level enzim, antidote dapat menghalangi atau mengaktifkan kembali kerja enzim tertentu. Contohnya penggunaan etil alkohol pada keracunan etilen glikol. Keberadaan antidote tersebut bersaing dengan zat racun sehingga mengurangi efek racun, terutama saat keracunan baru terjadi.
Sedangkan pada reseptor, antidote yang biasa digunakan adalah flumazenil dan naloxone. Flumazenil umum digunakan pada keracunan akibat benzodiazepine yang bisa mengganggu sistem saraf pusat. Naloxone umum digunakan pada keracunan opiod, sejenis obat pereda nyeri.
Metabolit adalah hasil metabolisme. Seiring berjalannya waktu, racun bisa saja sudah dimetabolisme atau diiolah oleh tubuh. Pada saat ini, antidote tetap dapat diberikan. Antidote dapat digunakan untuk membersihkan hasil metabolisme dari racun tersebut atau mengubah hasil itu menjadi bentuk yang lebih aman bagi tubuh.
Contoh kasusnya adalah penggunaan N-Acetyl cysteine (NAC) untuk keracunan paracetamol. NAC adalah mengembalikan simpanan zat tertentu pada hati sehingga berpotensi mencegah terjadinya penyakit hati akibat keracunan paracetamol.
Di sisni, antidote dapat dilakukan dengan mengurangi efek racun atau dengan melawan langsung cara kerja racun tersebut. Contoh mengurangi dampak racun adalah penggunaan atropine dalam keracunan organofosfat. Sedangkah contoh melawan cara kerja racun adalah pada penggunaan beberapa jenis vitamin, seperti vitamin K pada overdosis warfarin.
Kapan antidote perlu diberikan?
Tidak ada waktu pasti untuk memberikan antidote. Antidote dengan cara kerja mengurangi penyerapan racun atau dengan mengikat racun lebih bermanfaat saat diberikan segera setelah seseorang keracunan. Namun antidote dengan cara kerja mengurangi efek metabolit racun bisa diberikan dalam waktu yang bervariasi.
Secara umum, terdapat 4 durasi waktu dalam pemberian antidote, yaitu segera setelah keracunan, dalam 1 jam, dalam 4 jam, dan tidak terikat waktu tertentu. Durasi pemberian antidote pun dapat bervariasi. Meski umumnya antidote bersifat sementara, sehingga perlu diberikan dalam beberapa tahapan atau berulang saat gejala keracunan muncul kembali.
Hingga saat ini belum ada bukti yang cukup untuk menjawab pertanyaan tersebut. Meski demikian, antidote akan diberikan saat manfaatnya melebihi risikonya dalam kasus keracunan. Pemberian antidote memang tidak 100% efektif dan potensi kematian atau komplikasi terjadi akibat keracunan tetap ada meski pasien sudah diberikan antidote.
Antidote adalah segala zat atau obat yang dapat digunakan sebagai penawar atau penangkal racun. Beberapa contoh zat ini adalah naloxone untuk keracunan opioid, acetylcysteine untuk keracunan paracetamol, dan karbon aktif untuk sebagian besar jenis racun.
Antidote sebaiknya hanya diberikan oleh dokter atau petugas medis profesional. Pasalnya, ada antidote untuk racun A bisa berbeda untuk racun B dan seterusnya. Selain itu, penggunaan zat ini pun bisa saja menyebabkan efek samping ataupun komplikasi bila tidak tepat.
Advertisement
Ditulis oleh Annisa Trimirasti
Referensi
Artikel Terkait
Efek racun sianida adalah sesak napas, mual, lemas, sakit kepala, hingga meninggal dunia. Racun sianida bisa membuat tubuh kekurangan okisgen, sehingga sel-sel rusak dan membuat organ seperti jantung dan otak tidak berfungsi.
6 Okt 2023
Timbal adalah logam yang bisa berbahaya bagi anak-anak dan orang dewasa. Kerusakan permanen yang menyerang saraf dan otak pada bayi dan anak balita merupakan salah satu bahaya timbal yang perlu diwaspadai.
12 Apr 2021
Keracunan jengkol atau djenkolism adalah penyebab masalah ginjal akut. Jenis intoksikasi yang tidak umum terjadi ini dipicu asam yang ada di dalam biji jengkol.
5 Jan 2021
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved