Antidepresan trisiklik adalah jenis antidepresan yang diresepkan dokter untuk menangani depresi. Antidepresan ini bekerja dengan mempertahankan kadar serotonin dan norepinefrin di dalam otak. Fakta lain dari antidepresan trisiklik adalah obat ini cenderung bukan menjadi lini penanganan depresi pertama karena efek samping yang ditimbulkannya.
2023-03-21 12:41:17
Ditinjau oleh dr. Reni Utari
Antidepresan trisiklik membantu menangani gangguan mental seperti depresi
Table of Content
Depresi dan beberapa gangguan psikologis lain dapat ditangani dengan kelompok obat yang dikenal dengan antidepresan. Obat antidepresan tersebut terdiri atas beberapa sub-kelompok, termasuk antidepresan trisiklik di antaranya. Bagaimana cara kerja obat-obatan antidepresan trisiklik?
Advertisement
Antidepresan trisiklik (TCA) atau antidepresan siklik adalah salah satu kelompok obat-obatan untuk penanganan depresi. Obat-obatan ini merupakan sekian dari antidepresan yang pertama ditemukan, yakni sekitar era 1950-an. Hingga saat ini, antidepresan trisiklik masih dianggap efektif untuk menangani depresi.
Antidepresan trisiklik menjadi pilihan apabila pasien memiliki resistensi terhadap antidepresan dari kelompok lain. Namun, walau efektif digunakan, antidepresan trisiklik cenderung tidak menjadi penanganan depresi lini pertama, karena beberapa individu mengalami efek samping yang sulit ditoleransi.
Selain depresi, beberapa obat antidepresan trisiklik juga mungkin diresepkan dokter untuk menangani kondisi lain. Beberapa kondisi tersebut, termasuk:
Berikut ini beberapa obat depresi yang masuk ke dalam kelompok antidepresan trisiklik:
Antidepresan trisiklik bekerja dengan mempertahankan kadar serotonin dan norepinefrin di dalam otak. Keduanya dikenal sebagai senyawa kebahagiaan karena diyakini berperan untuk menjaga mood tetap stabil. Dengan kadar serotonin dan norepinefrin yang ‘tertahan’ tersebut, mood pasien pun diharapkan akan membaik.
Namun, seperti obat pada umumnya, antidepresan trisiklik berisiko menimbulkan efek lain yang tak diinginkan. Misalnya, obat ini dapat memengaruhi pergerakan otot yang bekerja di luar kesadaran, termasuk otot-otot sistem pencernaan. Antidepresan trisiklik juga menghambat efek histamin, senyawa yang menjadi bagian dari sistem imun tubuh.
Efek samping antidepresan trisiklik tentu dapat beragam, tergantung jenis obat yang dikonsumsi. Berikut ini beberapa efek samping antidepresan trisiklik yang umum dirasakan:
Apabila Anda merasa efek samping di atas begitu mengganggu, Anda bisa mendiskusikan dengan dokter untuk penggantian obat lain.
Obat-obatan antidepresan trisiklik juga mengantongi peringatan interaksi dan peringatan untuk orang dengan riwayat medis tertentu.
Beberapa zat dan obat yang dapat berinteraksi dengan antidepresan trisiklik, yaitu:
Obat-obatan antidepresan trisiklik dapat memperparah kondisi medis tertentu, misalnya:
Antidepresan trisiklik juga dapat memengaruhi kadar gula darah. Untuk itu, pasien diabetes harus lebih sering memonitor kadar gula darahnya jika harus mengonsumsi antidepresan trisiklik. Ibu hamil dan menyusui juga harus berdiskusi dengan gamblang sebelum mengonsumsi antidepresan trisiklik.
Baca Juga
Antidepresan trisiklik adalah jenis obat-obatan yang diberikan dokter untuk penanganan depresi. Namun, karena efek sampingnya, antidepresan ini biasanya bukan menjadi obat lini pertama untuk mengatasi gangguan psikologis tersebut.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Mental breakdown adalah kondisi stres berat yang membuat seseorang kesulitan menjalankan aktivitas seperti biasa. Orang yang mengalami kondisi ini akan sulit bekerja serta mengubah pola makan maupun pola tidurnya secara drastis.
Beberapa penelitian mengatakan, asam lemak omega-3 dan vitamin B12 dapat memengaruhi suasana hati dan fungsi otak lainnya. Olahan ikan laut seperti salmon, tuna, dan makarel dengan kandungan omega-3, bisa menjadi pilihan.
Bagi orang perfeksionis, mereka ingin segala hal berlangsung dengan sempurna. Sekilas, menjadi seorang perfectionist bisa saja dianggap ideal, utamanya di dunia kerja. Sayangnya, kondisi ini juga membuat mereka rentan mengalami gangguan mental.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. R. H. Rafsanjani
Dijawab oleh dr. Stasya Zephora
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved