logo-sehatq
logo-kementerian-kesehatan
SehatQ for Corporate
TokoObatArtikelTindakan MedisDokterRumah SakitPenyakitChat DokterPromo
Penyakit

Tanda Alergi Kucing dan Cara Tepat untuk Mengatasinya

open-summary

Alergi kucing terjadi ketika sistem kekebalan tubuh bereaksi terhadap komponen yang ada di tubuh kucing, seperti bulu. Gejala alergi kucing antara lain bersin, hidung berair, mata merah, kulit gatal, dan batuk. Pada kondisi parah bisa terjadi syok dan gangguan pernapasan.


close-summary

2023-03-29 17:13:27

| Nenti Resna

Ditinjau oleh dr. Reni Utari

Gejala alergi kucing bermacam-macam, mulai dari batuk hingga gatal-gatal.

Alergi kucing bisa berakibat fatal jika sampai menimbulkan anafilaksis.

Table of Content

  • Gejala alergi kucing
  • Cara mengatasi alergi kucing
  • Cara mendiagnosis alergi kucing
  • Cara mencegah alergi kucing
  • Catatan dari SehatQ

Bagi pencinta hewan, memiliki alergi terhadap kucing mungkin sangat menyebalkan. Bayangkan saja, di saat kamu ingin mengelus-elus hewan lucu itu, reaksi alergi malah bermunculan. Alergi kucing perlu diwaspadai karena berpotensi menyebabkan anafilaksis (reaksi alergi berat yang dapat mengancam nyawa). Untuk mengetahui lebih dalam seputar alergi ini, mari kita kenali penyebab, gejala, dan cara mengatasinya.

Advertisement

Gejala alergi kucing

Gejala alergi kucing antara lain mata berair dan gatal
Gejala alergi kucing antara lain mata berair dan gatal

Alergi akan muncul di saat sistem imun tubuh bereaksi berlebihan terhadap senyawa yang sebenarnya tidak berbahaya. Ketika hal ini terjadi, sistem imun akan melawannya karena menganggap senyawa itu sebagai zat asing yang dianggap mengancam kesehatan.

Pada kasus alergi kucing, penderitanya dapat merasakan gejala alergi saat menghirup atau terpapar dengan alergen, seperti bulu kucing, sel kulit mati, air liur, hingga air kencing kucing.

Gejala alergi kucing berbeda-beda. Berikut yang biasanya umum dirasakan: 

1. Gejala alergi kucing di hidung dan mata 

  • Bersin
  • Hidung berair atau tersumbat
  • Mata merah, gatal, atau berair
  • Hidung gatal, tenggorokan, atau langit-langit mulut

2. Gejala alergi kucing di kulit

  • Kulit kering dan gatal
  • Ruam, gatal-gatal

3. Gejala di saluran pernapasan 

  • Batuk
  • Mengi (suara napas berbunyi seperti siulan) 
  • Sesak dada
  • Sesak napas

4. Gejala alergi kucing yang parah 

  • Gatal-gatal
  • Ruam kemerahan
  • Pembengkakan
  • Gangguan pernapasan
  • Syok
  • Bahkan dapat menyebabkan kematian.

Gejala alergi kucing biasanya dapat muncul beberapa menit atau jam setelah terpapar dengan alergen. Sekitar 20-30 persen penderita asma alergi akan mengalami gejala yang parah setelah terpapar dengan alergen.

Dalam kasus yang jarang terjadi, alergi kucing dapat menyebabkan anafilaksis, yakni reaksi alergi yang dapat menyebabkan sulit bernapas, menurunnya tekanan darah, hingga menyebabkan tubuh syok.

Jika kamu mengalami gejala-gejala anafilaksis, segeralah datang ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat karena kondisi ini dapat mengancam nyawa.

Baca Juga: Berbagai Jenis Alergi yang Kerap Terjadi pada Anak

Cara mengatasi alergi kucing

Obat antihistamin bisa redakan gejala alergi kucing
Obat antihistamin bisa redakan gejala alergi kucing

Satu-satunya cara paling ampuh untuk mengatasi alergi kucing ialah menghindari pemicu munculnya reaksi alergi, seperti bulu, air kencing, hingga air liur kucing.

Namun, jika kamu memelihara kucing dan tidak ingin melepasnya, beberapa obat-obatan di bawah ini biasanya membantu mengatasi gejala alergi kucing, meliputi:

1. Antihistamin

Obat-obatan antihistamin bisa meredakan gejala alergi seperti gatal, bersin, dan pilek. Obat ini tersedia secara bebas di apotek.

Antihistamin berupa semprotan hidung termasuk azelastine dan olopatadine tersedia dengan resep dokter.

2. Kortikosteroid

Obat-obatan kortikosteroid dapat membantu mengurangi peradangan dan demam akibat alergi. 

Obat ini umumnya diberikan dalam bentuk semprotan hidung karena dosis obat tergolong rendah dan memiliki risiko efek samping yang jauh lebih rendah daripada kortikosteroid oral.

Contoh obat kortikosteroid termasuk fluticasone propionate, triamcinolone dan ciclesonide. 

3. Dekongestan

Dekongestan adalah obat untuk mengurangi hidung tersumbat. Obat ini dapat membantu mengecilkan jaringan yang bengkak di saluran hidung sehingga mempermudah bernapas melalui hidung.

Dekongestan berupa semprotan hidung yang dijual bebas dapat mengurangi gejala alergi secara singkat. 

Tetapi sebaiknya jangan gunakan dekongestan semprot selama lebih dari tiga hari berturut-turut, karena malah dapat menyebabkan hidung tersumbat.

4. Montelukast atau pengubah leukotrien (leukotrien modifiers)

Obat alergi kucing ini bekerja dengan memblokir aksi senyawa kimia sistem kekebalan tertentu. Pengubah leukotrien mungkin diresepkan jika semprotan hidung kortikosteroid atau antihistamin bukanlah pilihan tepat untuk kamu.

5. Perawatan imunoterapi

Reaksi alergi terjadi karena sensitivitas imun tubuh terhadap alergen, maka perawatan imunoterapi dimaksudkan untuk melatih sistem kekebalan agar tidak lagi peka terhadap pemicu alergi.

Imunoterapi diberikan melalui serangkaian suntikan alergi sebanyak satu hingga dua suntikan mingguan untuk memaparkan pada dosis alergen yang sangat kecil. 

Dosis akan ditingkatkan secara bertahap umumnya selama periode 4 sampai 6 bulan. Selanjutnya suntikan pemeliharaan perlu diberikan setiap empat minggu selama 3 hingga 5 tahun.

Pengelolaan perawatan imunoterapi terbilang lama dan memerlukan kedisiplinan. Metode ini biasanya digunakan ketika perawatan sederhana lainnya tidak memberikan hasil yang diharapkan.

6. Irigasi hidung

Irigasi hidung adalah cara membilas saluran hidung dengan menggunakan pembilas air asin atau saline. Kamu perlu menggunakan neti pot yang dirancang khusus untuk irigasi hidung.

Ini bermanfaat membilas lendir yang mengental dan iritan dari sinus sehingga dapat meringankan reaksi alergi.

Sebelum mengonsumsi berbagai obat di atas, berkonsultasilah dengan dokter untuk mengetahui cara pemakaiannya. Sebab, beberapa obat untuk alergi seperti montelukast dapat menyebabkan efek samping yang mengganggu kesehatan mental.  

Baca Juga: Pertolongan Pertama Digigit Kucing untuk Cegah Infeksi

Cara mendiagnosis alergi kucing

Alergi kucing didiagnosis oleh dokter melalui beberapa tes alergi, yaitu:

  • Tes kulit

Dengan menggunakan jarum bersih, dokter akan menusuk permukaan kulit di bagian lengan bawah atau punggung. Lewat jarum itu, dokter akan memasukkan beberapa jenis alergen dengan dosis rendah, termasuk alergen kucing.

Jika dalam 15-20 menit kulit kamu menjadi merah atau bengkak, itu menandakan bahwa kamu memang mengidap alergi kucing. Jika tidak, mungkin kamu mengidap alergi lain yang akan dicari tahu lebih lanjut oleh dokter.

Tenang saja, efek dari alergen ini hanya akan bertahan selama 30 menit.

  • Tes darah

Beberapa orang tidak diperbolehkan melakukan tes kulit karena faktor usia atau mengidap penyakit kulit. Dalam kasus ini, dokter akan merekomendasikan tes darah.

Darah kamu akan dibawa ke laboratorium untuk dicek lebih lanjut. Untuk mendapatkan hasilnya, dibutuhkan waktu lebih lama dibandingkan tes kulit. Namun kelebihannya, kamu tidak perlu merasakan efek samping alergen yang disuntikkan ke dalam kulit.

Perlu diingat, tidak selamanya tes alergi di atas memiliki hasil yang akurat. Terkadang, dokter juga bisa merekomendasikan kamu untuk tidak memelihara atau tinggal dengan kucing selama beberapa bulan untuk melihat pengaruhnya terhadap gejala-gejala alergi kucing yang kamu alami.

Baca Juga: Kenali Ciri-ciri Kucing Rabies untuk Hindari Penularan

Cara mencegah alergi kucing

Jika kamu telah didiagnosis mengidap alergi kucing, menghindari alergen adalah cara yang tepat untuk mencegah kemunculan reaksi alergi. Namun, masih ada beberapa cara pencegahan yang dapat dilakukan agar gejalanya dapat diredakan.

  • Jangan biarkan kucing masuk ke kamar
  • Segera cuci tangan setelah memegang kucing
  • Hindari penggunaan karpet atau furnitur berlapis kain
  • Pilihlah karpet atau sarung furnitur yang dapat dicuci dengan air panas
  • Tutuplah ventilasi pendingin atau pemanas ruangan dengan kain penyaring
  • Rajin mengganti filter pendingin ruangan
  • Vakumlah berbagai sudut ruangan di rumah secara rutin
  • Gunakan masker selama membersihkan rumah.

Jika alergi kucing yang kamu alami sudah parah, berkonsultasilah pada dokter untuk mencari pengobatan terbaik.

Baca Juga

  • Bagaimana Anak Autis Melihat Dunia?
  • Sindrom Piriformis: Penyebab, Gejala, dan Cara Mengobatinya
  • Apakah Meningitis Menular? Ini Penjelasannya

Catatan dari SehatQ

Menjalani hidup dengan alergi kucing tentunya menjengkelkan. Namun bukan berarti gejalanya tidak dapat dicegah. Cobalah untuk lebih berhati-hati lagi ketika berada di sekitar kucing.

Selain itu, bagi kamu yang memiliki riwayat anafilaksis atau serangan asma, sebaiknya kamu tidak memelihara atau berdekatan dengan kucing.

Alergi kucing tidak dapat diremehkan. Untuk mengetahui lebih lanjut seputar alergi ini, kamu bisa bertanya dengan dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ secara gratis. Unduh di App Store atau Google Play sekarang juga!

Advertisement

penyakitalergihewan peliharaanhewan peliharaan anak

Referensi

Bagikan

Artikel Terkait

Diskusi Terkait di Forum

Advertisement

logo-sehatq

Langganan Newsletter

Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.

Metode Pembayaran

Bank BCABank MandiriBank BNIBank Permata
Credit Card VisaCredit Card Master CardCredit Card American ExpressCredit Card JCBGopay

Fitur

  • Toko
  • Produk Toko
  • Kategori Toko
  • Toko Merchant
  • Booking
  • Promo
  • Artikel
  • Chat Dokter
  • Penyakit
  • Forum
  • Review
  • Tes Kesehatan

Perusahaan

Follow us on

  • FacebookFacebook
  • TwitterTwitter
  • InstagramInstagram
  • YoutubeYoutube
  • LinkedinLinkedin

Download SehatQ App

Temukan di APP StoreTemukan di Play Store

Butuh Bantuan?

Jam operasional: 07.00 - 20.00

Hubungi Kami+6221-27899827

© SehatQ, 2023. All Rights Reserved