Pencegahan ISPA perlu dilakukan sedini mungkin saat Anda harus berada di lingkungan polusi yang buruk. Mencuci tangan dengan sabun merupakan salah satunya.
30 Agt 2019
Ditinjau oleh dr. Karlina Lestari
Polusi udara membuat masyarakat semakin rentan terhadap ISPA
Table of Content
Tahukah Anda bahwa infeksi saluran pernapasan atas alias ISPA adalah keluhan terbanyak yang membawa seorang pasien menemui dokter? Ya, infeksi yang menyerang rongga hidung hingga tenggorokan ini memang kerap merebak terutama di musim penghujan atau lingkungan yang kotor.
Advertisement
Namun, apakah Anda tahu apa itu ISPA sebenarnya? Dalam bahasa yang lebih sederhana, ISPA hanyalah meriang (common cold), disebabkan oleh virus yang masuk ke saluran pernapasan melalui hidung atau mulut, dan biasanya sembuh sendiri dalam waktu 3 hingga 14 hari.
Meskipun demikian, ISPA bisa menjadi masalah kesehatan yang serius ketika penderitanya memiliki masalah pernapasan lain, seperti asma. ISPA juga dapat berkembang menjadi infeksi sinus (sinusitis) atau pneumonia.
ISPA memang tidak tergolong sebagai penyakit gawat darurat. Akan tetapi, penyakit ISPA merupakan masalah kesehatan yang paling sering terjadi dan bisa menyerang orang pada segala tingkatan usia sehingga segala penyebab ISPA tidak boleh diabaikan.
Berdasarkan penelitian, polusi udara memainkan faktor penting akan banyaknya penderita ISPA maupun alergi. Polusi udara juga ini dapat menimbulkan berbagai masalah pernapasan yang lebih serius, seperti asma, penyakit paru-paru obstruktif kronis, maupun pneumonia.
Sementara dalam jangka pendek, kelompok umur yang paling rawan mengidap ISPA akibat polusi udara adalah anak-anak (0-14 tahun). Paparan gas nitrogen dioksida (NO2) adalah polutan yang paling sering menyebabkan seorang anak memeriksakan diri ke rumah sakit.
Anak-anak memang lebih rentan terkena ISPA mengingat sistem imun mereka belum sempurna dan masih terus berkembang seiring pertambahan usia. Jika orang dewasa bisa menderita 2 hingga 3 kali ISPA per tahun, maka anak-anak bisa lebih dari itu, apalagi bayi.
Di Indonesia, penyakit ISPA identik dengan kondisi udara yang kotor, termasuk karena polusi. Di Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta, misalnya, penderita ISPA dilaporkan terus meningkat selama periode 2016-2018, yakni dari 1.801.968 kasus pada 2016 menjadi 1.817.579 kasus pada 2018. Tahun ini, Dinas Kesehatan DKI Jakarta mencatat penderita ISPA periode Januari hingga Mei 2019 saja sudah mencapai 905.270 kasus.
Memang, hubungan polusi udara dengan ISPA cukup pelik untuk dijabarkan secara rinci. Hanya saja, Dinkes DKI mengakui bahwa kualitas udara yang buruk menjadi penyumbang tebesar dalam jumlah ISPA di Ibukota, yakni sampai 40%.
Bukan hanya Jakarta, laporan mengenai ISPA yang diakibatkan oleh polusi udara juga diperoleh dari kota-kota lain, seperti Bekasi dan Riau. Oleh karena itu, pemerintah daerah setempat meminta masyarakat untuk waspada terhadap ISPA, terutama pada anak-anak.
Seseorang yang mengidap ISPA akan menunjukkan gejala-gejala, seperti:
Dalam beberapa kasus, penderita ISPA juga merasakan sakit kepala, napas menjadi bau, pegal linu, hiposmia (kehilangan kemampuan untuk mencium bau), dan mata gatal. Gejala ini memang membuat penderitanya merasa tidak nyaman, namun Anda hanya perlu beristirahat sambil menjaga asupan untuk meningkatkan sistem imun hingga gejala ISPA mereda.
ISPA biasanya disebabkan oleh virus yang akan mati sendiri sehingga konsumsi antibiotik tidak diperlukan. Tetapi, dokter bisa meresepkan antibiotik bila mencurigai ISPA Anda dikarenakan infeksi bakteri.
Baca Juga
Sebetulnya, tidak ada cara spesifik untuk mencegah terjadinya ISPA yang disebabkan oleh polusi udara. Hanya saja, Anda bisa menggunakan masker antipolusi dengan catatan:
Selain itu, Anda juga bisa melakukan berbagai langkah pencegahan ISPA pada umumnya, seperti:
Menurut ICSI, membersihkan tangan dan menggunakan hand sanitizer merupakan salah satu cara yang efektif untuk mencegah penyebaran flu dan Infeksi saluran pernapasan atas virus paling menular pada permulaan gejala dan saat demam.
Tidak hanya itu saja, Centers for Disease Control and Prevention juga merekomendasikan Anda untuk menjaga lingkungan hidup yang bersih. Jika permukaan yang sering Anda sentuh terkontaminasi oleh tetesan atau sekresi pernapasan, bersihkan bahan yang terlihat dengan tisu atau disinfektan, lalu buang tisu bekas ke dalam kantong sampah.
Dengan melakukan tindakan pencegahan di atas, Anda dapat mengurangi risiko terkena ISPA secara signifikan. Usahakan untuk melakukan tindakan-tindakan pencegahan ini secara teratur, agar kesehatan Anda senantiasa terjaga.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Virus korona yang pertama kali muncul di Wuhan, Tiongkok, hingga saat ini masih mewabah di seluruh dunia. Sampai saat ini, belum ada vaksin yang bisa digunakan untuk mencegahnya.
Dampak pembakaran bahan bakar kendaraan bisa mengakibatkan penyakit ringan hingga serius. Kenali berbagai dampaknya dan hindarilah, demi usia yang panjang!
Bukan hanya merugikan secara waktu, dampak kemacetan terhadap kesehatan juga tidak dapat diremehkan. Stres hanyalah salah satu dampak negatifnya.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved