Memberikan anak handphone dapat diibaratkan seperti pisau bermata dua. Di satu sisi dapat memudahkan mereka menghubungi orangtua, sementara sisi lain membuat mereka dapat mengakses konten kekerasan atau pornografi.
21 Mar 2019
Banyak anak sekolah dasar yang sudah memiliki handphone sendiri
Table of Content
Dewasa ini, semakin banyak anak-anak yang memiliki gawai atau handphone sendiri. Sebuah penelitan baru dari Kementrian Informasi dan Komunikasi Republik Indonesia (Kemenkominfo) menemukan bahwa setidaknya 30 juta anak-anak dan remaja Indonesia merupakan pengguna internet. Sebagian besar dari mereka mengakses internet melalui gawainya masing-masing, seperti handphone, tablet, atau laptop.
Advertisement
Memberikan anak handphone atau gawai lainnya dapat diibaratkan sebagai pisau bermata dua. Di satu sisi, handphone akan berguna bagi mereka sebagai sarana komunikasi dengan orangtua dan informasi pelajaran melalui internet.
Sementara di sisi lain, handphone dapat membuat mereka kecanduan bermain game dan mengekspos mereka kepada situs-situs berbahaya di internet. Jika Anda berniat memberikan anak handphone, ada baiknya untuk mengetahui terlebih dahulu kesiapan anak melalui pertimbangan-pertimbangan berikut.
Banyak orangtua yang mengatasnamakan keamanan sebagai alasan utama memberikan anak handphone. Mereka ingin bisa menghubungi anak kapan pun dan di mana pun, sekaligus memastikan anak punya akses menghubungi orangtua jika dibutuhkan.
Hal ini umumnya cukup masuk akal jika anak harus tinggal sendirian di rumah. Pada kasus di mana anak harus pulang pergi sekolah sendiri atau tidak menetap dalam satu rumah, handphone bisa jadi perangkat yang sangat berguna untuk mengetahui lokasi dan status anak. Meski demikian, para ahli mengatakan bahwa lebih baik untuk membatasi penggunaan handphone pada anak.
Jika Anda memberikan anak handphone, berarti mereka memiliki akses ke situs yang tidak sesuai usia, termasuk mengakses konten yang berisi kekerasan, kematian, atau pornografi. Selain itu, masalah jam tidur yang berkurang juga kerap muncul karena anak-anak akan tergoda untuk bermain game atau mengirim pesan hingga larut malam.
Cyberbullying adalah salah satu risiko memberikan anak handphone. Tidak ada lagi istilah batasan ruang aman anak karena rongrongan bullying akan mengikuti anak di mana pun dia berada.
Handphone dapat menjadi alasan terisolasinya pergaulan anak karena terlalu mengandalkan media sosial. Ada juga potensi keranjingan bermain game dan menonton video yang bisa membatasi lingkup pertemanannya di kehidupan nyata. Anak-anak bisa kecanduan, ketergantungan, dan menghabiskan banyak biaya internet.
Hal-hal di atas adalah risiko yang harus menjadi pertimbangan sebelum Anda memberikan handphone kepada anak. Jangan karena alasan yang sepele, Anda malah mendorong anak ke dalam kolam yang tidak diketahui kedalamannya. Terlebih jika anak sampai memberikan data atau informasi pribadi ke orang yang tidak dikenal.
Anda boleh memberikan anak handphone, hanya dalam kondisi jika ia setuju untuk turut membuat dan melakukan seluruh peraturan yang ditetapkan bersama. Jika anak masih enggan untuk berpartisipasi dalam membuat peraturan ini, berarti dia belum siap untuk menggunakan handphone.
Biasanya, anak-anak berusia 12-13 tahun sudah boleh diberikan handphone. Namun, Anda lah yang harus membuat keputusan tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Kisaran usia itu juga bukan patokan, karena ada banyak kasus anak yang lebih muda sudah dipercaya untuk memegang handphone, sedangkan ada pula anak usia SMA yang masih belum cukup dewasa memegang gawai ini.
Coba evaluasi apakah anak sudah cukup dewasa dalam membuat keputusan, bisa menilai sebuah situasi atau masih terlalu kekanak-kanakan. Cari juga tahu apa alasan anak ingin handphone, apakah untuk bersosialisasi, tekanan sosial, atau hanya sekadar ikut-ikutan.
Lakukan pertimbangan-pertimbangan di atas agar Anda tidak menyesal di kemudian hari. Dengan memahami hal di atas, niscaya anak akan lebih bertanggung jawab dalam menggunakan handphone jika Anda memutuskan untuk memberikannya kepada mereka.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Jempol bengkak bisa terjadi karena intensitas penggunaan berlebihan saat mengakses ponsel pintar. Penyakit yang satu ini makin sering muncul sejak era digital.
Televisi memang menjadi hiburan yang dapat membawa kesenangan untuk anak. Bahkan membuat anak nonton TV berlama-lama tanpa memikirkan hal lain. Namun, di samping itu terdapat pula efek negatif yang perlu diwaspadai.
Posisi duduk yang benar saat bekerja di depan laptop penting untuk Anda ketahui. Jika dibiarkan, Anda mungkin akan mengalami cedera otot dan cedera punggung.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Dijawab oleh dr. Denny Sutanto
Dijawab oleh dr. R. H. Rafsanjani
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved