Spastisitas atau spastik adalah kondisi otot menegang atau mengencang sehingga mencegah aliran cairan di dalam tubuh bekerja dengan normal. Kondisi ini dapat terjadi setelah stroke dan menyebabkan penderitanya sulit bergerak, berbicara, hingga nyeri.
2023-03-17 04:45:35
Ditinjau oleh dr. Reni Utari
Penderita stroke dapat langsung mengalami spastisitas
Table of Content
Spastisitas atau spastik adalah kondisi otot menegang atau mengencang sehingga mencegah aliran cairan di dalam tubuh bekerja dengan normal. Penegangan otot yang tidak normal ini dipicu oleh kontraksi otot berkepanjangan.
Advertisement
Saat spastisitas terjadi, otot-otot tetap berkontraksi dan menolak diregangkan sehingga mempengaruhi gerakan, cara bicara, hingga gaya berjalan penderitanya.
Spastisitas adalah gejala yang terkait dengan kerusakan pada otak, sumsum tulang belakang, atau saraf motorik. Kondisi ini juga dapat dialami oleh individu dengan kondisi neurologis tertentu.
Spastisitas umumnya disebabkan oleh kerusakan atau gangguan pada area otak dan sumsum tulang belakang yang bertanggung jawab untuk mengontrol gerakan otot.
Gangguan ini dapat disebabkan oleh ketidakseimbangan sinyal yang dikirim ke otot sehingga menyebabkan otot terkunci (tegang).
Penderita cedera otak, cedera sumsum tulang belakang, cerebral palsy, stroke, hingga multiple sclerosis, dapat memiliki tingkat keparahan spastik otot yang berbeda-beda.
Gejala spastisitas dapat bervariasi, mulai dari ketegangan otot yang ringan hingga kejang otot yang menyakitkan dan tidak terkendali. Nyeri di persendian atau sesak juga merupakan gejala spastik otot yang sering terjadi.
Beberapa kemungkinan gejala spastisitas adalah:
Gejala-gejala di atas dapat berkembang saat spastisitas mengalami komplikasi. Beberapa kemungkinan komplikasi spastik adalah infeksi saluran kemih (ISK), sembelit kronis, sendi kaku, sakit saat ditekan, serta demam atau penyakit sistemik lainnya.
Saat mengalami stroke, seseorang dapat menunjukkan gejala ketegangan otot di berbagai bagian tubuh yang berbeda. Kondisi ini dapat membaik seiring dengan kesembuhan stroke.
Stroke dapat menyebabkan bagian otak yang mengirimkan sinyal kontrol mengalami kerusakan sehingga otot menjadi terlalu aktif. Kondisi inilah yang dikenal sebagai spastisitas pada stroke.
Dilansir dari Stroke Foundation, sekitar 30 persen penderita stroke akan mengalami beberapa bentuk spastik otot. Sebagian orang dapat langsung mengalami spastisitas setelah stroke terjadi, tapi kondisi ini juga dapat terjadi di lain waktu.
Spastisitas pada penderita cerebral palsy disebabkan oleh kerusakan di bagian otak yang mengontrol tonus otot dan gerakan. Anak-anak yang menderita cerebral palsy mungkin tidak menunjukkan adanya gejala spastisitas saat baru lahir.
Namun, masalah ini bisa semakin jelas seiring berjalannya waktu dan pertumbuhan anak. Pada penderita cerebral palsy, bagian tubuh yang umumnya mengalami spastik adalah otot lengan dan kaki.
Baca Juga
Pengobatan untuk menangani spastisitas harus mempertimbangkan tingkat keparahannya, kondisi kesehatan secara menyeluruh, dan berbagai faktor lainnya. Berbagai kondisi ini dapat menentukan jenis pengobatan yang akan diberikan.
Beberapa pilihan perawatan untuk penderita spastisitas adalah:
Fisioterapis dapat membantu penderita spastisitas dalam melakukan atau menganjurkan latihan fisik dan peregangan untuk membantu mempertahankan rentang gerak penuh dan mencegah pemendekan otot secara permanen.
Dilansir dari Stroke.org, tujuan pemasangan brace bagi penderita spastik adalah untuk menahan otot dalam posisi normal sehingga tidak berkontraksi.
Spastisitas juga dapat ditangani dengan pemberian obat-obatan. Berikut adalah beberapa metode pemberian obat yang bisa dijalani:
Spastisitas adalah gangguan kesehatan yang bisa terjadi secara tiba-tiba tanpa diketahui penyebabnya. Sebaiknya Anda segera mencari bantuan medis saat spastik terjadi pertama kali, mengalami perburukan, atau terjadi lebih sering dari biasanya.
Spastisitas berkepanjangan yang tidak diobati dapat menyebabkan terjadinya komplikasi yang memerlukan penanganan lebih rumit.
Apabila Anda memiliki pertanyaan seputar masalah kesehatan, Anda bisa bertanya langsung dengan dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ secara gratis. Unduh aplikasi SehatQ sekarang di App Store atau Google Play.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Dislipidemia adalah kondisi di mana kadar lemak dalam darah berada pada tingkat yang tak normal. Masalah ini bisa menyebabkan risiko penyakit kardiovaskular yang mengancam jiwa.
Penglihatan kabur disertai sakit kepala adalah tanda dari gangguan medis yang disebabkan karena migrain, kadar gula rendah, keracunan karbon monoksida, hingga stroke.
Atrial fibrilasi (AF) adalah ketidakteraturan irama jantung yang cepat dan dapat meningkatkan risiko stroke, gagal jantung, bahkan kematian. Komplikasi dari atrial fibrilasi dapat memicu terjadinya stroke
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved