Self-harm adalah perilaku menyakiti diri sendiri guna melampiaskan emosi yang menumpuk. Ada beberapa penyebab self-harm yang perlu diketahui, mulai dari pelampiasan stres hingga korban trauma masa kecil.
11 Mei 2020
Ditinjau oleh dr. Karlina Lestari
Ilustrasi self-harm dengan mengiriskan pisau ke tangan sendiri
Table of Content
Self-harm atau menyakiti diri sendiri terkadang menjadi cara yang dipilih seseorang untuk melampiaskan segala emosi yang ada dalam diri. Baik kemarahan, kekecewaan, atau bahkan stres. Jika dibiarkan begitu saja, kebiasaan ini akan menimbulkan bahaya bagi pelakunya.
Advertisement
Self-harm adalah perilaku menyakiti diri sendiri sebagai cara untuk mengatasi tekanan yang mendalam dan luka emosional. Bagi seseorang yang melakukannya, hal ini dapat membantunya dalam mengekspresikan perasaan yang tidak dapat diungkapkan, meluapkan kesedihan, atau sebagai cara untuk menghukum diri sendiri.
Perilaku menyakiti diri sendiri adalah segala hal yang dapat dilakukan untuk menimbulkan cedera pada diri sendiri. Misalnya, menenggak racun, memukul diri sendiri, memukul dinding atau membenturkan diri sendiri, hingga menyayat tubuh.
Tak hanya itu, tindakan seperti minum alkohol secara berlebihan, mengendarai kendaraan dengan ugal-ugalan, dan mengonsumsi obat berlebih juga termasuk ke dalam perilaku menyakiti diri sendiri.
Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan seseorang menyakiti diri sendiri. Mulai dari bentuk meluapkan emosi mereka hingga kebencian mendalam terhadap diri sendiri. Berikut ini adalah beberapa penyebab perilaku self-harm.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa seseorang dengan stres yang menumpuk hingga pada tingkatan yang tidak dapat ditoleransi, dapat berisiko untuk melepaskan stres tersebut dengan melukai diri sendiri.
Studi menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara pelecehan seksual pada masa kecil dan perilaku menyakiti diri sendiri pada masa dewasa.
Korban pelecehan seksual di masa kecil memiliki risiko tinggi mengalami depresi dan menjadikan tindakan melukai atau merusak diri sendiri sebagai pelampiasan.
Korban perundungan pada usia remaja lebih berisiko melukai diri mereka sendiri. Hal ini terjadi karena remaja tidak memiliki kemampuan layaknya orang dewasa dalam mengatasi stres sehingga mereka memilih menyakiti diri sendiri.
Studi menunjukkan bahwa mereka yang kerap merasa rendah diri hingga membenci diri sendiri lebih berisiko untuk melukai diri mereka sendiri.
Salah satunya adalah korban pelecehan seksual pada masa kecil cenderung tumbuh dengan rasa percaya diri yang sangat rendah. Mereka bahkan dapat menyalahkan diri sendiri atas apa yang terjadi sehingga menjadikan self-harm sebagai pelampiasannya.
Baik itu amarah atau kesedihan yang mendalam, dapat menjadi penyebab seseorang menyakiti diri sendiri. Bahkan bagi sebagian orang, rasa sakit karena menyakiti diri sendiri dilakukan untuk menggantikan rasa sakit yang mereka alami.
Contohnya, terlalu merasa sakit dan sedih karena ditinggal oleh seseorang yang sangat dicintai dan terus menyalahkan diri sendiri sehingga memutuskan untuk menyakiti diri sendiri.
Tindakan melukai diri sendiri juga mencerminkan kesedihan yang mendalam hingga putus asa. Selain itu, sebagian orang bahkan beranggapan bahwa mencelakakan diri sendiri lebih baik daripada merasa hampa atau mati rasa.
Ada beberapa hal yang dilakukan untuk mengatasi perilaku self-harm. Berikut beberapa di antaranya.
Mencari tahu apa penyebab seseorang melukai dirinya dapat membantu mereka dalam mengatasi self-harm lebih mudah. Selain itu, dengan mengetahui penyebabnya, akan lebih mudah untuk mempelajari cara lain yang bisa dilakukan untuk menghindari perilaku menyakiti diri sendiri.
Seseorang yang memiliki perilaku self-harm memerlukan seseorang yang bisa dipercayai untuk menceritakan apa yang ia alami dengan nyaman.
Meski begitu, terkadang tetap tidak mudah bagi mereka untuk menceritakan semuanya sekaligus. Jadi, berilkan ia waktu untuk menceritakan semuanya secara perlahan-lahan.
Pelaku self-harm juga bisa mengonsultasikan masalahnya kepada psikolog untuk mengatasi masalahnya. Psikolog akan memberikan solusi yang lebih konkret untuk membantu pelaku self-harm keluar dari masalahnya
Seperti yang sudah disebutkan bahwa tindakan menyakiti diri sendiri terjadi karena stres berat atau depresi yang disebabkan oleh suatu kondisi. Oleh karena itu, salah satu cara mengatasinya adalah dengan mencari cara lain untuk melampiaskan perasaan.
Jika tindakan melukai diri sendiri disebabkan oleh emosi dan luka yang mendalam, maka hal yang bisa dilakukan adalah menulis segala perasaan negatif di dalam buku jurnal, menggambar, menciptakan puisi atau lagu, dan mendengarkan musik yang dapat menggambarkan perasaan.
Jika perilaku self-harm dilakukan untuk menenangkan diri, maka tindakan ini bisa digantikan dengan mandi air hangat, memijat leher, atau mendengarkan musik yang menenangkan.
Baca Juga
Melukai diri sendiri atau self-harm kerap kali dapat menjerumuskan pelakunya kepada hal yang lebih buruk, bahkan hingga kematian. Mengidentifikasi perilaku ini sejak awal dapat membantu mencegah bahaya yang mungkin terjadi.
Anda juga bisa mengonsultasikan perilaku self-harm kepada psikolog guna mendapatkan penanganan yang tepat dalam mengatasi perilaku yang berbahaya ini.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Sindrom Munchausen adalah gangguan psikologis akibat perilaku kekerasan pada anak. Sindrom Munchausen membuat penderitanya pura-pura sakit untuk mendapatkan perhatian. Kondisi ini bisa dipicu oleh pengalaman kekerasan selama kanak-kanak.
Terjalinnya hubungan keluarga adalah salah satu kunci kebahagiaan. Jika keharmonisan keluarga tak dijaga, kerugian bisa datang, seperti stres, konflik, hingga penyakit.
Bagi yang pekerjaannya sehari-hari mengharuskan duduk berjam-jam di depan komputer, coffee break adalah sesi yang krusial. Biasanya, coffee break adalah jeda singkat dari pekerjaan sekitar 10-15 menit. Dalam waktu singkat ini, karyawan bisa merilekskan tubuh dan pikiran dari pekerjaan.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Veranita
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved