Tunadaksa adalah kondisi anak yang memiliki anggota tubuh tidak sempurna atau kerap disebut sebagai disabilitas fisik. Kondisi ini dapat mempengaruhi kemampuannya untuk melakukan aktivitas secara mandiri.
Ditinjau secara medis oleh dr. Karlina Lestari
22 Mar 2022
Cerebral palsy adalah salah satu bentuk dari tuna daksa
Table of Content
Mendidik anak tunadaksa merupakan tantangan tersendiri bagi tenaga pendidik maupun orangtua. Jika Anda belum tahu apa itu tunadaksa, istilah ini umumnya digunakan untuk orang yang mengalami disabilitas fisik.
Advertisement
Kondisi ini dapat membuat sebagian orangtua kebingungan, misalnya dalam menentukan sekolah anak hingga bagaimana memastikan tumbuh kembangnya tetap optimal. Simak penjelasan berikut untuk membantu Anda dalam memahami tunadaksa.
Istilah tunadaksa berasal dari kata “tuna” yang berarti kurang atau rugi, sedangkan “daksa” artinya tubuh. Jadi, pengertian tunadaksa adalah kondisi anak yang memiliki anggota tubuh tidak sempurna.
Ketidaksempurnaan ini hanyalah secara fisik (tulang, sendi otot), sedangkan fungsi pancaindra penderita tunadaksa masih normal sehingga kelainan ini kerap disebut juga sebagai cacat tubuh, disabilitas fisik, atau orthopedically handicapped.
Kelainan atau kecacatan fisik dapat mengakibatkan gangguan pada koordinasi, komunikasi, adaptasi, dan mobilisasi penderitanya.
Seorang anak dikatakan tunadaksa jika kondisi fisik atau kesehatannya mengganggu kemampuan untuk berperan aktif dalam kegiatan sehari-hari.
Contoh tunadaksa adalah anak memiliki bentuk tangan yang tidak normal sehingga tidak dapat memegang pena, gelas, ataupun benda lainnya.
Oleh sebab itu, tunadaksa artinya suatu kondisi sebagai akibat dari gangguan pada otot, sendi, dan tulang yang bisa mempengaruhi fungsi normalnya.
Setelah mengetahui arti tunadaksa, Anda juga harus memahami penyebabnya. Kondisi ini dapat terjadi akibat kecelakaan, penyakit, ataupun bawaan sejak lahir.
Adapun faktor-faktor yang berpotensi menjadi penyebab tunadaksa adalah:
Kelainan pada anak tunadaksa dikelompokkan menjadi dua jenis besar. Berikut adalah jenis-jenis tunadaksa yang perlu Anda kenali.
Seorang anak dikatakan menderita tunadaksa serebral ketika penyebab kondisi itu ada pada gangguan sistem saraf pusat, yakni otak atau sumsum tulang belakang.
Kerusakan pada sistem saraf pusat ini mengakibatkan bentuk kelainan yang krusial dan sangat mempengaruhi kehidupan anak secara keseluruhan.
Pasalnya, otak maupun sumsum tulang belakang merupakan pusat aktivitas manusia, mulai dari kesadaran, kecerdasan, hingga kemampuan motorik kasar dan halus. Kendati demikian, derajat kecacatan fisik pada penderita kelainan ini cukup beragam, yakni:
Sementara itu, jika dilihat dari banyaknya anggota tubuh yang lumpuh, jenis tunadaksa serebral digolongkan menjadi:
Sedangkan, berdasarkan letak kelainan otak dan fungsi geraknya, anak tunadaksa serebral dibedakan atas:
Anak dengan tunadaksa serebral mungkin masih memiliki anggota tubuh yang utuh, tapi ada beberapa bagian yang lumpuh atau tidak bisa digerakkan. Bisa juga, anak tersebut mengalami masalah kondisi, seperti sering kejang, kaku otot, maupun hilang keseimbangan.
Selanjutnya, jenis tunadaksa adalah kelainan pada sistem otot dan rangka. Anak tunadaksa dalam kelompok ini adalah mereka yang memiliki kelainan pada anggota tubuh, seperti kaki, tangan, sendi, dan tulang.
Kelainan pada sistem otot dan rangka ini dibagi lagi menjadi dua kelompok besar, yaitu:
Baca Juga
Ada lima karakteristik tunadaksa yang dapat Anda ketahui, mulai dari akademis hingga bahasa atau bicara. Berikut adalah penjelasan seputar karakteristik ini.
Umumnya, tingkat kecerdasan anak tunadaksa yang mengalami kelainan otot dan sistem rangka adalah normal.
Sementara itu, anak tunadaksa yang mengalami kelainan sistem serebral memiliki tingkat kecerdasan yang bervariasi, misalnya idiocy (kebodohan).
Selanjutnya, karakteristik anak tunadaksa dapat dilihat dari aspek sosial atau emosional. Mereka mungkin merasa dirinya cacat, tidak berguna, dan menjadi beban orang lain.
Kondisi ini juga bisa mengakibatkan timbulnya sejumlah emosi, seperti mudah tersinggung, mudah marah, rendah diri, menyendiri, dan pemalu.
Selain mengalami cacat tubuh, karakteristik fisik atau kesehatan anak tunadaksa adalah sakit gigi, berkurangnya daya pendengaran atau penglihatan, gangguan bicara, dan lainnya.
Selain itu, dilihat dari aktivitas motoriknya, kelainan tunadaksa bisa menyebabkan anak hiperaktif (tidak mau diam dan gelisah) atau hipoaktif (gerakan lamban, kurang merespons rangsangan, dan tidak ada koordinasi).
Karakteristik bahasa dan bicara juga dialami oleh sejumlah jenis tunadaksa. Pada penyandang tunadaksa jenis polio, perkembangan bahasa atau bicaranya tak begitu normal.
Sementara itu, gangguan bicara pada penyandang cerebral palsy umumnya berupa kesulitan artikulasi, fonasi, dan sistem respirasi.
Perawatan tunadaksa bergantung pada penyebab, jenis, perluasan penyakit, gangguan, atau cedera yang diderita.
Program rehabilitasi direncanakan untuk membantu mengatasi kondisi awal yang tak stabil, mencegah perburukan kondisi, dan mengelola disabilitasnya.
Beberapa program rehabilitasi untuk anak tunadaksa, yaitu:
Idealnya, anak tunadaksa memang disarankan untuk bersekolah di Sekolah Luar Biasa bagian D. Namun, dalam beberapa kasus ada anak dengan keterbatasan fisik yang tidak terlalu signifikan (seperti poliomielitis) yang bisa bersekolah di sekolah umum.
Dengan kata lain, orangtua memiliki fleksibilitas dalam menentukan tempat sekolah sesuai kebutuhan anak tunadaksa. Dilihat dari kondisinya, anak tunadaksa dapat mengikuti pendidikan di tempat-tempat, seperti:
Secara umum, materi pembelajaran anak tunadaksa di sekolah luar biasa mirip dengan sekolah pada umumnya.
Di jenjang Taman Kanak-Kanak (TK) misalnya, peserta didik akan diajarkan kemampuan dasar, termasuk agama, pendidikan jasmani, hingga pengembangan bahasa, daya pikir, dan kreativitas.
Begitu pula di tingkat Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Luar Biasa (SLTPLB) yang memiliki kurikulum sama dengan sekolah reguler.
Baru di jenjang Sekolah Menengah Luar Biasa (SMLB), anak akan diberi bekal keterampilan khusus agar bisa menjadi bekal bagi hidupnya.
Sementara itu, jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut seputar kesehatan anak, tanyakan langsung pada dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download sekarang di App Store dan Google Play.
Advertisement
Ditulis oleh Asni Harismi
Referensi
Artikel Terkait
Penyebab bayi lahir cacat termasuk faktor genetik, masalah kromosom, paparan zat kimia, dan infeksi. Beberapa kondisi lainnya pada ibu juga tingkatkan risiko bayi lahir cacat.
1 Okt 2020
Atresia esofagus adalah kelainan pada bayi yang terjadi ketika kerongkongannya tidak tersambung dengan benar ke bagian pencernaan. Apabila tidak segera diatasi, kondisi ini berpotensi membuat bayi mengalami komplikasi, bahkan dapat berujung kematian.
4 Okt 2020
Omphalocele adalah kondisi di mana usus dan organ lain bayi tumbuh dan berkembang di luar tubuh. Dipicu oleh gaya hidup buruk ibu, kondisi ini memicu berbagai macam kelainan lain pada bayi.
30 Sep 2020
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Stasya Zephora
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved