logo-sehatq
logo-kementerian-kesehatan
Forum
Parenting

Pengertian Tunadaksa, Jenis, dan Karakteristiknya

open-summary

Tunadaksa adalah kondisi anak yang memiliki anggota tubuh tidak sempurna atau kerap disebut sebagai disabilitas fisik. Kondisi ini dapat mempengaruhi kemampuannya untuk melakukan aktivitas secara mandiri.


close-summary

Ditinjau secara medis oleh dr. Karlina Lestari

22 Mar 2022

Salah satu bentuk dari tunadaksa adalah cerebral palsy

Cerebral palsy adalah salah satu bentuk dari tuna daksa

Table of Content

  • Pengertian tunadaksa
  • Penyebab tunadaksa
  • Jenis-jenis tunadaksa
  • Karakteristik tunadaksa
  • Perawatan anak tunadaksa
  • Apakah anak tunadaksa harus belajar di sekolah khusus?

Mendidik anak tunadaksa merupakan tantangan tersendiri bagi tenaga pendidik maupun orangtua. Jika Anda belum tahu apa itu tunadaksa, istilah ini umumnya digunakan untuk orang yang mengalami disabilitas fisik. 

Advertisement

Kondisi ini dapat membuat sebagian orangtua kebingungan, misalnya dalam menentukan sekolah anak hingga bagaimana memastikan tumbuh kembangnya tetap optimal. Simak penjelasan berikut untuk membantu Anda dalam memahami tunadaksa.

Pengertian tunadaksa

Istilah tunadaksa berasal dari kata “tuna” yang berarti kurang atau rugi, sedangkan “daksa” artinya tubuh. Jadi, pengertian tunadaksa adalah kondisi anak yang memiliki anggota tubuh tidak sempurna. 

Ketidaksempurnaan ini hanyalah secara fisik (tulang, sendi otot), sedangkan fungsi pancaindra penderita tunadaksa masih normal sehingga kelainan ini kerap disebut juga sebagai cacat tubuh, disabilitas fisik, atau orthopedically handicapped.

Kelainan atau kecacatan fisik dapat mengakibatkan gangguan pada koordinasi, komunikasi, adaptasi, dan mobilisasi penderitanya.  

Seorang anak dikatakan tunadaksa jika kondisi fisik atau kesehatannya mengganggu kemampuan untuk berperan aktif dalam kegiatan sehari-hari.

Contoh tunadaksa adalah anak memiliki bentuk tangan yang tidak normal sehingga tidak dapat memegang pena, gelas, ataupun benda lainnya. 

Oleh sebab itu, tunadaksa artinya suatu kondisi sebagai akibat dari gangguan pada otot, sendi, dan tulang yang bisa mempengaruhi fungsi normalnya.

Penyebab tunadaksa

Setelah mengetahui arti tunadaksa, Anda juga harus memahami penyebabnya. Kondisi ini dapat terjadi akibat kecelakaan, penyakit, ataupun bawaan sejak lahir.

Adapun faktor-faktor yang berpotensi menjadi penyebab tunadaksa adalah:

  • Faktor prenatal (sebelum kelahiran): tunadaksa yang diperoleh ketika janin masih di dalam kandungan, seperti faktor genetik dan kerusakan pada sistem saraf pusat.
  • Faktor neonatal (saat lahir): tunadaksa yang terjadi karena adanya kendala saat ibu melahirkan, seperti memaksakan persalinan normal saat posisi bayi sungsang atau bentuk pinggul ibu terlalu sempit, perdarahan di otak, hingga penggunaan anestesi yang berlebihan.
  • Faktor postnatal (setelah lahir): beberapa kondisi yang terjadi setelah bayi dilahirkan juga bisa mengakibatkan tunadaksa, seperti penyakit radang selaput otak (meningitis), radang otak (ensefalitis) maupun saat ada benturan keras di kepala anak, misalnya saat ia terjatuh.

Jenis-jenis tunadaksa

Kelainan pada anak tunadaksa dikelompokkan menjadi dua jenis besar. Berikut adalah jenis-jenis tunadaksa yang perlu Anda kenali.

1. Kelainan pada sistem serebral

anak dengan cerebral palsy
Anak menderita cerebral palsy atau lumpuh otak

Seorang anak dikatakan menderita tunadaksa serebral ketika penyebab kondisi itu ada pada gangguan sistem saraf pusat, yakni otak atau sumsum tulang belakang. 

Kerusakan pada sistem saraf pusat ini mengakibatkan bentuk kelainan yang krusial dan sangat mempengaruhi kehidupan anak secara keseluruhan.

Pasalnya, otak maupun sumsum tulang belakang merupakan pusat aktivitas manusia, mulai dari kesadaran, kecerdasan, hingga kemampuan motorik kasar dan halus. Kendati demikian, derajat kecacatan fisik pada penderita kelainan ini cukup beragam, yakni:

  • Tunadaksa ringan: Penderita bisa berjalan tanpa alat bantu, berbicara dengan jelas, dan dapat menolong diri sendiri dalam kehidupan sehari-hari.
  • Tunadaksa sedang: Penderita membutuhkan treatment atau latihan khusus untuk berjalan, berbicara, dan mengurus dirinya sendiri. Misalnya, menggunakan kruk atau tongkat untuk berjalan.
  • Tunadaksa berat: Penderita seperti dalam kondisi lumpuh otak atau cerebral palsy sehingga tidak bisa hidup mandiri dalam kehidupan sehari-hari.

Sementara itu, jika dilihat dari banyaknya anggota tubuh yang lumpuh, jenis tunadaksa serebral digolongkan menjadi:

  • Monoplegia: Hanya satu anggota gerak yang lumpuh
  • Hemiplegia: Lumpuh pada anggota gerak atas dan bawah di sisi tubuh yang sama
  • Paraplegia: Lumpuh pada kedua tungkai kaki
  • Diplegia: Kedua tangan atau kedua kaki lumpuh
  • Triplegia: Tingga anggota gerak mengalami kelumpuhan
  • Quadriplegia: Kelumpuhan pada seluruh anggota gerak.

Sedangkan, berdasarkan letak kelainan otak dan fungsi geraknya, anak tunadaksa serebral dibedakan atas:

  • Spastik: Kekakuan pada sebagian atau seluruh otot
  • Athetoid: Gerakan terjadi di luar kontrol atau koordinasi gerak
  • Ataxia: Kehilangan keseimbangan dan kekakuan terlihat saat berdiri atau berjalan
  • Tremor: Getaran kecil terus-menerus pada mata, tangan, atau kepala
  • Rigid: Kekakuan otot di mana gerakannya tidak ada keluwesan
  • Tipe campuran: Menunjukkan dua ataupun lebih jenis kelainan di atas.

Anak dengan tunadaksa serebral mungkin masih memiliki anggota tubuh yang utuh, tapi ada beberapa bagian yang lumpuh atau tidak bisa digerakkan. Bisa juga, anak tersebut mengalami masalah kondisi, seperti sering kejang, kaku otot, maupun hilang keseimbangan.

2. Kelainan pada sistem otot dan rangka

Selanjutnya, jenis tunadaksa adalah kelainan pada sistem otot dan rangka. Anak tunadaksa dalam kelompok ini adalah mereka yang memiliki kelainan pada anggota tubuh, seperti kaki, tangan, sendi, dan tulang. 

Kelainan pada sistem otot dan rangka ini dibagi lagi menjadi dua kelompok besar, yaitu:

  • Poliomielitis, yaitu kondisi otot yang mengecil akibat serangan virus polio sehingga anak menjadi lemah dan tidak bertenaga.
  • Distrofi otot, yaitu terjadinya kelumpuhan pada fungsi otot dan sifatnya progresif alias memburuk seiring bertambahnya usia anak.
  • Spina bifida, yaitu cacat lahir ketika tulang belakang dan sumsum tulang belakang tidak terbentuk dengan sempurna.

Baca Juga

  • Atresia Esofagus, Kelainan Kerongkongan pada Bayi
  • Mengenal Lesung Bokong, Lekukan Kecil yang Biasanya Muncul Sejak Lahir
  • Memahami Tahapan Tumbuh Kembang Bayi Prematur dan Usia Koreksinya

Karakteristik tunadaksa

Ada lima karakteristik tunadaksa yang dapat Anda ketahui, mulai dari akademis hingga bahasa atau bicara. Berikut adalah penjelasan seputar karakteristik ini.

  • Karakteristik akademis

Umumnya, tingkat kecerdasan anak tunadaksa yang mengalami kelainan otot dan sistem rangka adalah normal. 

Sementara itu, anak tunadaksa yang mengalami kelainan sistem serebral memiliki tingkat kecerdasan yang bervariasi, misalnya idiocy (kebodohan).

  • Karakteristik sosial atau emosional

Selanjutnya, karakteristik anak tunadaksa dapat dilihat dari aspek sosial atau emosional. Mereka mungkin merasa dirinya cacat, tidak berguna, dan menjadi beban orang lain. 

Kondisi ini juga bisa mengakibatkan timbulnya sejumlah emosi, seperti mudah tersinggung, mudah marah, rendah diri, menyendiri, dan pemalu.

  • Karakteristik fisik atau kesehatan

Selain mengalami cacat tubuh, karakteristik fisik atau kesehatan anak tunadaksa adalah sakit gigi, berkurangnya daya pendengaran atau penglihatan, gangguan bicara, dan lainnya. 

Selain itu, dilihat dari aktivitas motoriknya, kelainan tunadaksa bisa menyebabkan anak hiperaktif (tidak mau diam dan gelisah) atau hipoaktif (gerakan lamban, kurang merespons rangsangan, dan tidak ada koordinasi).

  • Karakteristik bahasa atau bicara

Karakteristik bahasa dan bicara juga dialami oleh sejumlah jenis tunadaksa. Pada penyandang tunadaksa jenis polio, perkembangan bahasa atau bicaranya tak begitu normal. 

Sementara itu, gangguan bicara pada penyandang cerebral palsy umumnya berupa kesulitan artikulasi, fonasi, dan sistem respirasi.

Perawatan anak tunadaksa

fisioterapi
Fisioterapi untuk tunadaksa

Perawatan tunadaksa bergantung pada penyebab, jenis, perluasan penyakit, gangguan, atau cedera yang diderita. 

Program rehabilitasi direncanakan untuk membantu mengatasi kondisi awal yang tak stabil, mencegah perburukan kondisi, dan mengelola disabilitasnya.

Beberapa program rehabilitasi untuk anak tunadaksa, yaitu:

  • Terapi okupasi: Program perawatan khusus agar penyandang disabilitas hidup lebih mandiri melalui berbagai latihan untuk meningkatkan kemampuan fungsional dan keterampilannya dalam kehidupan sehari-hari.
  • Fisioterapi: Program rehabilitasi melalui sarana fisik, seperti olahraga dan elektroterapi, yang disesuaikan dengan kebutuhan. Contoh perawatan ini adalah mempertahankan dan meningkatkan kekuatan kelompok otot, serta mencegah perkembangan deformitas (kelainan bentuk) anggota tubuh.
  • Terapi wicara: Program perawatan dan pelatihan khusus agar penyandang disabilitas dapat berkomunikasi secara efektif. 

Apakah anak tunadaksa harus belajar di sekolah khusus?

Idealnya, anak tunadaksa memang disarankan untuk bersekolah di Sekolah Luar Biasa bagian D. Namun, dalam beberapa kasus ada anak dengan keterbatasan fisik yang tidak terlalu signifikan (seperti poliomielitis) yang bisa bersekolah di sekolah umum.

Dengan kata lain, orangtua memiliki fleksibilitas dalam menentukan tempat sekolah sesuai kebutuhan anak tunadaksa. Dilihat dari kondisinya, anak tunadaksa dapat mengikuti pendidikan di tempat-tempat, seperti:

  • Sekolah khusus berasrama: untuk anak tunadaksa yang mengalami gangguan dengan derajat kelainan berat dan sangat berat.
  • Sekolah khusus tanpa asrama: pendidikan anak tunadaksa yang bisa pulang/pergi ke sekolah karena tempat tinggal mereka tidak jauh dari sekolah.
  • Kelas khusus penuh: diperuntukkan bagi anak dengan tingkat kecacatan ringan dan kecerdasan homogen.
  • Kelas reguler dan khusus: digunakan untuk menyatukan anak tunadaksa dengan anak normal pada mata pelajaran tertentu.
  • Kelas reguler dibantu oleh guru khusus: di sini, anak tunadaksa bersekolah bersama dengan anak normal di sekolah umum dengan bantuan guru khusus apabila anak mengalami kesulitan.
  • Kelas biasa dengan layanan konsultasi: anak tunadaksa belajar bersama dengan anak normal di sekolah umum dengan bantuan guru umum (bukan spesial menangani anak berkebutuhan khusus). Namun, untuk membantu kelancaran pembelajaran, ada guru kunjung sebagai konsultan guru umum.
  • Kelas biasa: anak tunadaksa dengan kecerdasan normal serta memiliki potensi dan kemampuan untuk dapat belajar bersama-sama dengan anak normal bisa bersekolah di kelas biasa sekolah reguler.

Secara umum, materi pembelajaran anak tunadaksa di sekolah luar biasa mirip dengan sekolah pada umumnya. 

Di jenjang Taman Kanak-Kanak (TK) misalnya, peserta didik akan diajarkan kemampuan dasar, termasuk agama, pendidikan jasmani, hingga pengembangan bahasa, daya pikir, dan kreativitas.

Begitu pula di tingkat Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Luar Biasa (SLTPLB) yang memiliki kurikulum sama dengan sekolah reguler. 

Baru di jenjang Sekolah Menengah Luar Biasa (SMLB), anak akan diberi bekal keterampilan khusus agar bisa menjadi bekal bagi hidupnya.

Sementara itu, jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut seputar kesehatan anak, tanyakan langsung pada dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download sekarang di App Store dan Google Play.

Advertisement

cacat lahircacat bawaankelainan kongenital

Ditulis oleh Asni Harismi

Referensi

Bagikan

Artikel Terkait

Diskusi Terkait di Forum

Advertisement

logo-sehatq
    FacebookTwitterInstagramYoutubeLinkedin

Langganan Newsletter

Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.

Perusahaan

Dukungan

Butuh Bantuan?

Jam operasional:
07:00 - 20:00 WIB

Hubungi Kami+6221-27899827

© SehatQ, 2023. All Rights Reserved