Gejala ekstrapiramidal adalah ‘gangguan’ pada ekstrapiramidal di otak. Gangguan ini bisa terjadi sebagai efek samping dari penggunaan obat antipsikotik tipikal. Gejala ekstrapiramidal tersebut dapat timbulkan gerakan tidak terkontrol yang berisiko mengganggu aktivitas pasien.
21 Agt 2020
Ditinjau oleh dr. Reni Utari
Mengonsumsi obat anti psikotik dapat menyebabkan gangguan pergerakan seperti tangan tremor
Table of Content
Dalam menangani gejala psikosis pada pasien skizofrenia atau bipolar, dokter mungkin akan memberikan obat yang disebut antipsikotik. Namun, sebagai obat keras, beberapa antipsikotik dapat memicu efek samping yang disebut dengan gejala ekstrapiramidal. Seperti apa gejala ekstrapiramidal?
Advertisement
Ekstrapiramidal adalah jaringan saraf di dalam otak yang bertugas dalam pengaturan kontrol motorik dan koordinasi. Di dalam ekstrapiramidal, terdapat satuan struktur yang disebut basal ganglia. Basal ganglia kemudian juga berperan penting dalam fungsi motorik dan membutuhkan dopamin untuk menjalankan fungsinya.
Fungsi basal ganglia dapat ‘terganggu’ karena penggunaan obat yang disebut antipsikotik. Antipsikotik diresepkan dokter untuk mengatasi gejala-gejala psikosis, seperti halusinasi dan delusi, yang sering dialami oleh penderita skizofrenia, bipolar, dan depresi psikotik.
Obat antipsikotik memang bekerja dengan berikatan pada reseptor dopamin di sistem saraf pusat, sembari juga menghambat dopamin. Aktivitas antipsikotik tersebut berisiko membuat basal ganglia kekurangan dopamin. Sebagai hasilnya, pasien pun akan mengalami gejala yang disebut gejala ekstrapiramidal.
Kelompok antipsikotik yang lebih berisiko memicu gejala ekstrapiramidal yakni antipsikotik tipikal atau antipsikotik generasi pertama. Namun, antipsikotik lain tetap berisiko memicu gejala tersebut pada pasien.
Gejala ekstrapiramidal sering disebut juga dengan gangguan pergerakan akibat obat. Sesuai namanya, gejala ekstrapiramidal dapat dikarakteristikan dengan masalah pergerakan seperti:
Gejala ekstrapiramidal berisiko menjadi parah dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Sebagai akibatnya, pasien pun sulit bergerak, berkomunikasi dengan orang lain, dan mengerjakan tugas sehari-hari.
Penanganan gejala ekstrapiramidal yang sigap dapat mengurangi risiko yang lebih parah pada pasien dengan efek samping obat ini.
Ada beberapa gejala ekstrapiramidal yang bisa terjadi akibat konsumsi antipsikotik:
Akathisia ditandai dengan rasa gelisah, tak ingin diam, serta membuat pasien selalu ingin bergerak. Pasien akan menggoyang-goyangkan kakinya, mondar-mandir, mengayunkan kaki, atau menggosok wajah untuk meredakan rasa gelisah tersebut.
Parkinsonisme merujuk pada gejala yang menyerupai penyakit Parkinson. Gejala paling umum yang dialami yakni otot kaku di bagian tungkai. Pasien juga bisa mengalami tremor, peningkatan produksi air liur, gerakan lambat, atau perubahan postur dan gaya berjalan.
Gejala Parkinsonisme terjadi dengan perlahan. Biasanya, pasien mulai merasakan gejala beberapa hari setelah mengonsumsi antipsikotik. Diperkirakan bahwa 20-40% pasien yang mengonsumsi antipsikotik berisiko mengalami gejala-gejala mirip penyakit Parkinson.
Sindrom Neuroleptik Maligna (NMS) diawali dengan otot kaku dan demam, yang kemudian dilanjutkan dengan mengantuk atau kebingungan. Pasien juga berisiko mengalami kejang dan masalah pada fungsi sistem saraf. Gejala ekstrapiramidal yang langka ini biasanya langsung muncul, seperti dalam beberapa jam setelah penggunaan obat antipsikotik.
Tardive dyskinesia merupakan gejala ekstrapiramidal yang ditandai dengan gerakan wajah yang tidak disadari namun berulang. Beberapa contoh gejala tardive dyskinesia tersebut yaitu gerakan memutar lidah, gerakan mengunyah, mengecap bibir, menggembungkan pipi, dan meringis.
Pasien juga mungkin juga mengalami perubahan gaya berjalan, gerakan tersentak-sentak, atau mengangkat bahu.
Distonia adalah gerakan yang ditandai dengan kontraksi otot dan berputar tanpa disengaja. Gejala ekstrapiramidal ini dapat menimbulkan gerakan atau posisi yang menyakitkan.
Penanganan gejala ekstrapiramidal memang cenderung sulit dilakukan. Pasalnya, obat-obatan pemicu gejala ini dapat menimbulkan efek samping yang bervariasi. Efek samping pada tiap-tiap pasien juga dapat berbeda.
Biasanya, penanganan utama gejala ekstrapiramidal adalah penggantian obat atau mungkin menurunkan dosis obat. Dokter mungkin juga akan memberikan jenis obat lain untuk mengatasi gejala yang dirasakan, bersamaan dengan antipsikotik.
Perubahan dosis obat hanya boleh dilakukan oleh dokter. Mengubah dosis obat tanpa pengawasan dokter dapat menimbulkan efek samping lain. Untuk itu, apabila Anda merasakan efek samping ekstrapiramidal setelah mengonsumsi antipsikotik, menemui dokter sangat dianjurkan. Mintalah bantuan kerabat untuk menemani Anda menemui dokter.
Baca Juga
Ekstrapiramidal dapat mengalami gangguan sebagai efek samping dari konsumsi antipsikotik. Apabila Anda merasakan gejala ekstrapiramidal di atas setelah diresepkan antipsikotik, menemui dokter sangat dianjurkan.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Macam-macam gangguan jiwa pada manusia antara lain gangguan kecemasan, gangguan emosi, gangguan kepribadian, gangguan makan, hingga gangguan psikotik. Total, ada tujuh jenis gangguan jiwa yang perlu Anda kenali.
Mood stabilizer adalah obat yang membantu mengontrol perubahan mood pada penderita bipolar. Terdapat tiga kelompok mood stabilizer, yaitu mineral, antikonsulvan, dan antipsikotik.
Latah adalah kondisi saat seseorang mengulangi perkataan atau gerakan orang lain secara spontan. Kondisi ini bisa diatasi melalui terapi wicara dan konsumsi obat sesuai resep dokter.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Dijawab oleh dr. Stasya Zephora
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved