logo-sehatq
logo-kementerian-kesehatan
SehatQ for Corporate
TokoObatArtikelTindakan MedisDokterRumah SakitPenyakitChat DokterPromo
Kesehatan Mental

Memahami Fiksasi dan Dampaknya pada Perilaku Manusia

open-summary

Fiksasi adalah fokus tak tergoyahkan untuk memperoleh kesenangan yang tidak terpenuhi pada tahap awal psikoseksual. Bentuk-bentuk fiksasi ini misalnya, anak yang mengalami fiksasi oral kemungkinan memiliki masalah yang berkaitan dengan mulutnya.


close-summary

16 Des 2020

| Nenti Resna

Ditinjau oleh dr. Reni Utari

Salah satu bentuk fiksasi oral adalah kebiasaan menggigit kuku

Kebiasaan menggigit kuku merupakan salah satu bentuk fiksasi oral yang dibentuk sejak kecil

Table of Content

  • Tahap perkembangan fiksasi
  • Contoh-contoh fiksasi

Fiksasi adalah fokus tak tergoyahkan untuk memperoleh kesenangan yang tidak terpenuhi pada tahap awal psikoseksual. Psikoseksual yang dimaksud di sini adalah hal-hal yang berkaitan dengan aspek mental, emosional, dan perilaku dari perkembangan seksual.

Advertisement

Saat individu ‘terjebak’ pada suatu tahap, maka ia tidak akan dapat melanjutkan ke tahap berikutnya. Sebagai contoh, seseorang dengan fiksasi oral kemungkinan bisa memiliki masalah yang berkaitan dengan makan, minum, merokok, atau menggigit kuku.

Sigmund Freud mengungkapkan bahwa pada usia dini, individu akan melalui tiga tahap perkembangan awal psikoseksual. Tahapan tersebut adalah tahap oral, tahap anal, dan tahap falik. Jika salah salah satu tahapan mengalami isu atau hambatan, maka seseorang akan terus terpaku untuk mencari cara menyelesaikan tahap tersebut.

Fiksasi adalah kondisi saat seseorang terus fokus pada satu hal untuk mendapatkan kesenangan dan memenuhi kebutuhan emosional tertentu. Kebutuhan ini sebelumnya tidak terselesaikan pada tahap awal perkembangan psikoseksual. Sehingga, fiksasi dapat membuat individu merasa terikat pada seseorang atau sesuatu sejak kanak-kanak dan bertahan hingga dewasa.

Tahap perkembangan fiksasi

Psikoanalis Sigmund Freud berpendapat bahwa pada perkembangan psikologi awal, anak-anak akan melalui serangkaian tahapan psikoseksual. Sebenarnya ada lima tahap perkembangan psikoseksual, tapi hanya tiga tahap yang memengaruhi fiksasi, yaitu tahap oral, tahap anal, dan tahap falik.

1. Tahap oral

Tahap pertama ini dimulai sejak bayi lahir hingga berusia 1 tahun. Pada tahap ini, libido berpusat di area oral, di mana insting bayi akan menuntut mereka untuk mendapatkan kepuasan emosional dengan memasukkan berbagai hal ke dalam mulutnya. Misalnya, dengan mengisap jari, menggigit, menyusui, dan lain sebagainya.

2. Tahap anal

Tahap kedua adalah tahap anal yang berlangsung dari usia 1-3 tahun. Pada usia ini, anak mendapatkan kesenangan dan kepuasan dari pergerakan usus atau buang air besar.

Pembatasan atau pengaturan yang berkaitan dengan buang air besar dapat menjadi penyebab terjadinya fiksasi anal hingga usia dewasa.

3. Tahap falik

Tahap falik terjadi pada saat anak berusia 3-6 tahun. Pada tahapan ini libido berada pada area kelaminnya. Anak mulai menyadari mengenai perbedaan jenis kelamin antara pria dan wanita.

Di dalam tahap ini, anak akan mulai melakukan identifikasi pada orangtua dengan jenis kelamin yang sama. Misalnya, anak laki-laki mulai meniru perilaku ayahnya dan anak perempuan mulai meniru ibunya.

Freud meyakini bahwa keberhasilan dalam menyelesaikan tahapan perkembangan awal berperan dalam pembentukan kepribadian orang dewasa yang sehat. Jika dalam menyelesaikan konflik pada tahap tertentu membutuhkan energi libido besar, maka peristiwa tersebut dapat meninggalkan kesan lebih kuat pada kepribadian individu tersebut.

Di samping itu, Freud juga mengungkapkan kegagalan menyelesaikan tahap psikoseksual tertentu, dapat membuat individu terus terpaku dalam tahap tersebut. Maka perkembangan fiksasi adalah ketika individu mengalami hambatan menyelesaikan tahap awal psikoseksual dan terus terjebak di sana.

Baca Juga

  • Stockholm Syndrome adalah Gangguan Mental, Ini Penjelasannya
  • Apa Kepribadian MBTI Paling Langka? Ini 9 Faktanya
  • Sama-Sama Menangani Masalah Mental, Ini Dia Perbedaan Psikolog dan Psikiater

Contoh-contoh fiksasi

Kebiasaan merokok
Kebiasaan merokok bisa disebabkan karena fiksasi oral

Perwujudan fiksasi dapat berbeda pada masing-masing individu. Contoh-contoh fiksasi adalah sebagai berikut.

1. Fiksasi oral

Individu yang mengalami hambatan dalam menyelesaikan tahap oral akan mengembangkan fiksasi oral. Freud berpendapat bahwa anak yang memilki masalah selama proses penyapihan mungkin akan mengembangkan fiksasi oral.

Beberapa contoh dari fiksasi oral adalah:

  • Menggigit kuku
  • Mengisap jempol
  • Merokok
  • Mengunyah permen karet
  • Minum secara berlebihan.

2. Fiksasi anal

Indivdu yang mengalami hambatan dalam menyelesaikan tahap kedua akan mengembangkan fiksasi anal, yang berkaitan dengan pengendalian pergerakan usus. Anak yang memiliki masalah selama masa latihan menggunakan toilet mungkin akan mengembangkan fiksasi anal.

Fiksasi anal dapat mengarah pada kepribadian yang Freud sebut sebagai kepribadian anal-retentif dan anal-ekspulsif.

  • Individu anal-retentif: Latihan penggunaan toilet yang terlalu ketat dan disiplin. Anak kemudian tumbuh menjadi individu yang terlalu terobsesi dengan keteraturan dan kerapian.
  • Individu anal-ekspulsif: Disiplin penggunaan toilet sangat lemah sehingga anak tumbuh dengan kepribadian yang tidak teratur dan berantakan.

3. Fiksasi falik

Pada tahap falik, fokus utama perkembangan adalah identifikasi dengan orangtua dari jenis kelamin yang sama. Pada tahap ini, bisa jadi salah satu penyebab fiksasi adalah absennya orangtua dari jenis kelamin yang sama.

Fiksasi pada jenis ini dapat mengembangkan kepribadian yang terlalu sombong, eksibisionis, dan agresif secara seksual. Freud juga berpendapat bahwa pada tahap ini, anak laki-laki mengembangkan Oedipus complex dan anak perempuan mengembangkan Electra complex.

  • Oedipus complex adalah serangkaian perasaan kompleks yang tidak disadari pada anak-anak untuk menginginkan orangtua yang berbeda jenis kelaminnya dan iri terhadap orangtua yang sama jenisnya. Misalnya, seorang anak laki-laki 'bersaing' dengan ayahnya demi mendapakan perhatian dan perasaan ibunya.
  • Electra complex adalah kebalikan dari Oedipus, di mana anak perempuan merasa iri dengan ibunya dan ‘bersaing’ untuk menarik perhatian sekaligus perasaan ayahnya.

Jika tidak diselesaikan, masalah ini dapat bertahan dan terus mempengaruhi perilaku anak-anak hingga dewasa.

Apabila Anda punya pertanyaan seputar masalah kesehatan, Anda bisa bertanya langsung dengan dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ secara gratis. Unduh aplikasi SehatQ sekarang di App Store atau Google Play.

Advertisement

gangguan kepribadiangangguan psikologis

Referensi

Bagikan

Artikel Terkait

Diskusi Terkait di Forum

Advertisement

logo-sehatq

Langganan Newsletter

Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.

Metode Pembayaran

Bank BCABank MandiriBank BNIBank Permata
Credit Card VisaCredit Card Master CardCredit Card American ExpressCredit Card JCBGopay

Fitur

  • Toko
  • Produk Toko
  • Kategori Toko
  • Toko Merchant
  • Booking
  • Promo
  • Artikel
  • Chat Dokter
  • Penyakit
  • Forum
  • Review
  • Tes Kesehatan

Perusahaan

Follow us on

  • FacebookFacebook
  • TwitterTwitter
  • InstagramInstagram
  • YoutubeYoutube
  • LinkedinLinkedin

Download SehatQ App

Temukan di APP StoreTemukan di Play Store

Butuh Bantuan?

Jam operasional: 24 Jam

Hubungi Kami+6221-27899827

© SehatQ, 2023. All Rights Reserved