Depresi pada lansia berbeda dengan depresi pada orang dewasa atau yang berusia lebih muda. Depresi pada lansia sering juga muncul bersamaan dengan penyakit lain.
9 Mei 2019
Ditinjau oleh dr. Karlina Lestari
Depresi pada lansia adalah kondisi yang harus ditangani secara tepat
Table of Content
Depresi pada lansia adalah hal yang cukup sering ditemukan, namun bukan berarti hal ini termasuk normal. Menurut data WHO, terdapat sekitar 7% dari populasi lansia di dunia yang mengalami gangguan depresi.
Advertisement
Depresi pada lansia menunjukkan gejala yang berbeda-beda, sehingga sering disalahpahami sebagai efek dari penyakit atau pengobatan tertentu. Tidak hanya itu, depresi yang dialami oleh orang dewasa dan lansia juga relatif berbeda.
Ada sejumlah faktor penyebab depresi pada lansia, yakni sebagai berikut:
Insomnia biasanya termasuk salah satu gejala depresi. Namun, studi terbaru juga menunjukkan bahwa insomnia adalah merupakan faktor penyebab awal depresi dan depresi yang berulang, terutama pada lansia.
Rendahnya kadar neurotransmitter di dalam otak seperti serotoni dan noripinefrin juga disebut-sebut sebagai salah satu faktor depresi pada lansia.
Menderita penyakit kronis seperti diabetes, stroke, Alzheimer, demensia, dan sebagainya acap kali membuat para lansia stres.
Hidup dalam kesepian karena semakin sempitnya lingkungan sosial, entah itu pasangan, keluarga, atau teman dan kerabat yang sudah tiada lebih dulu tak pelak juga bisa memicu stres hingga depresi pada lansia.
Oleh sebab itu, sebaiknya anggota keluarga maupun caregiver tetap mendampingi lansia dalam menjalani hidupnya. Dengan begitu, ia tidak akan merasa terlalu kesepian dan risiko depresi pun dapat diminimalisir.
Mengalami trauma, entah itu akibat tindakan kekerasan maupun ditinggal oleh orang yang disayangi, juga menjadi faktor penyebab lansia mengalami stres dan depresi. Pada kasus seperti ini, Anda mungkin perlu untuk membawa lansia ke dokter spesialis kejiwaan untuk menjalani konseling dan terapi psikologis lainnya.
Baca Juga
Selain penyebab-penyebab di atas, ada pula sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko depresi pada lansia, yaitu:
Lansia yang mengalami stres atau depresi biasanya akan menunjukkan gejala-gejala seperti berikut ini:
Baca Juga
Tersedia beberapa pilihan pengobatan depresi pada lansia. Mulai dari pemberian obat-obatan, psikoterapi, konseling atau terapi elektrokonvulsif, dan prosedur stimulasi otak.
Kombinasi dari beberapa pilihan ini bisa diterapkan, tergantung pada hasil analisis dokter akan jenis dan tingkat depresi pada lansia, riwayat pengobatan, dan kondisi medis lainnya. Berikut penjelasannya:
Pemberian obat-obatan jenis antidepresan bisa membantu kasus depresi pada lansia. Meski begitu, pemberiannya harus mempertimbangkan beberapa efek samping obat, misalnya penurunan tekanan darah yang berpotensi menyebabkan jatuh dan retak tulang.
Beberapa jenis antidepresan yang umum diberikan antara lain:
Antidepresan biasanya membutuhkan waktu kerja yang lebih lama pada lansia. Kenapa? Lansia umumnya lebih sensitif pada obat-obatan, sehingga dokter harus memberikan dosis ringan terlebih dahulu.
Penyembuhan depresi pada lansia umumnya berhasil jika ada dukungan dari keluarga, teman, keinginan untuk sembuh, komunitas yang saling mendukung, dan psikoterapi.
Psikoterapi sangat efektif, terutama untuk mereka yang pernah mengalami peristiwa hidup yang penuh stres dan tidak ingin menggunakan obat-obatan (karena khawatir efek samping), serta gejala depresi tergolong ringan. Namun, dokter juga akan menganjurkan penggunaan obat-obatan sebagai kombinasi untuk psikoterapi.
Supaya pengobatan depresi pada lansia bisa sukses, stigma akan penyakit mental dan psikiater harus dihapus dari benak para lansia. Dengan hilangnya stigma ini, lansia akan lebih tergerak untuk mencari solusi dan tidak hanya menerima gejala depresi sebagai hal yang normal dalam hidup.
Cara mengatasi depresi pada lansia yang juga tidak boleh Anda lewatkan adalah, ajaklah lansia untuk tetap hidup aktif dengan melakukan berbagai kegiatan lansia, seperti:
Baca Juga
Depresi pada lansia berbeda dengan depresi pada orang dewasa atau yang berusia lebih muda. Depresi yang dialami oleh lansia kerap muncul dengan penyakit lain atau cacat, dan biasanya berlangsung lebih lama.
Depresi pada kaum lansia juga dikaitkan dengan meningkatnya risiko penyakit jantung dan kematian akibat penyakit. Selain itu, depresi juga mengurangi kemampuan rehabilitasi lansia.
Sebuah studi memperlihatkan bahwa pasien panti jompo dengan penyakit tertentu menunjukkan depresi yang meningkatkan potensi kematian. Depresi juga dikaitkan dengan potensi kematian akibat penyakit jantung.
Oleh karena itu, sangat penting untuk memeriksa dan merawat depresi pada lansia walaupun hanya depresi ringan. Karena usia lanjut sering ditandai dengan kematian pasangan hidup atau saudara, pensiun, relokasi, dan sebagainya, perubahan ini rentan menyebabkan depresi pada lansia.
Dokter dan keluarga mungkin saja tidak menyadari tanda-tanda depresi pada lansia. Akibatnya, penanganan yang tepat sering terlambat, sehingga para lansia harus menghadapi penyakit depresi yang seharusnya bisa dicegah.
Dokter sangat dianjurkan untuk mengevaluasi potensi depresi pada lansia secara rutin, baik pada kunjungan berobat atau pemeriksaan rutin. Ini bisa dilakukan dengan tanya jawab standar selama konsultasi atau evaluasi lebih lanjut untuk diagnosis dan perawatan sejak dini.
Konsultasikan segala gangguan medis melalui layanan live chat di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download aplikasi SehatQ di App Store dan Google Play sekarang juga.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Susah cari kerja adalah masalah global yang dihadapi oleh banyak orang di masa pandemi. Memperbaiki resume adalah salah satu cara mengatasinya.
Gangguan pendengaran yang umum mengganggu kesehatan lansia adalah telinga berdenging, atau yang dalam istilah kedokteran disebut dengan tinnitus. Cara mengatasi telinga berdengung biasanya dokter melakukan tahap awal dengan melakukan pemeriksaan pembuluh darah dan membersihkan telinga.
Esketamine nasal spray adalah obat antidepresi baru yang aman dan efektif untuk terapi depresi berat. Penelitian menunjukkan bahwa penderita depresi yang mengonsumsi obat ini selama satu bulan mengalami perbaikan yang bermakna. Esketamine nasal spray dapat meredakan gejala-gejala depresi dengan cepat, seperti keinginan ingin bunuh diri.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Dijawab oleh dr. Stasya Zephora
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved