Ketika menghadapi situasi, pikiran, atau orang yang membuat diri merasa tak nyaman, secara alami seseorang akan mengeluarkan mekanisme pertahanan atau defense mechanism. Strategi psikologis ini dapat membantu seseorang dari perasaan yang tidak diinginkan seperti merasa bersalah hingga malu.
19 Agt 2020
Ditinjau oleh dr. Anandika Pawitri
Manusia memiliki mekanisme pertahanan saat menghadapi situasi yang tidak mengenakan
Table of Content
Ketika menghadapi situasi, pikiran, atau orang yang membuat diri merasa tak nyaman, secara alami seseorang akan mengeluarkan mekanisme pertahanan atau defense mechanism. Strategi psikologis ini dapat membantu seseorang dari perasaan yang tidak diinginkan seperti merasa bersalah hingga malu.
Advertisement
Menurut teori psikoanalisis, ide tentang defense mechanism berangkat dari interaksi 3 komponen yaitu id, ego, dan super ego. Artinya, mekanisme pertahanan bisa terjadi di luar kendali dan kesadaran sepenuhnya dari individu yang bersangkutan. Bahkan, orang bisa menerapkan defense mechanism tanpa sadar strategi yang digunakannya.
Mekanisme pertahanan atau defense mechanism adalah hal yang normal dan merupakan bagian alami dari perkembangan psikologis seseorang. Ada banyak jenis mekanisme pertahanan yang bisa dilakukan, berikut 10 jenis defense mechanism yang paling sering dilakukan:
Bentuk defense mechanism yang paling umum dilakukan adalah menyangkal atau denial terhadap realita atau fakta yang ada. Dengan cara ini, seseorang menutup akses terhadap situasi tertentu sehingga tak akan ada dampak secara emosional. Sederhananya, seseorang memilih untuk menghindari situasi yang menyakitkan.
Tak sedikit pula orang yang memilih menghindari perasaan, kenangan, atau prinsip yang tidak mengenakkan. Harapannya, suatu saat nanti semua hal yang kurang menyenangkan itu bisa terlupakan sepenuhnya. Mekanisme pertahanan represi ini bisa berpengaruh terhadap cara seseorang menjalin hubungan dengan sesama.
Terkadang, perasaan atau asumsi tentang orang lain membuat diri sendiri tak nyaman. Pada defense mechanism proyeksi, pola pikirnya cenderung dibalik sebagai bentuk pembenaran atas asumsi yang ada. Contohnya saat merasa kurang cocok dengan seorang rekan kerja, seseorang akan meyakinkan dirinya bahwa rekan kerjanya itu tidak menyukainya.
Ada kalanya seseorang melakukan defense mechanism berupa pelampiasan atau displacement kepada orang yang dirasa tidak mengancam. Dengan demikian, reaksi tetap bisa tersampaikan namun tidak ada konsekuensi yang mengikutinya.
Contoh mudahnya adalah seseorang yang mengalami masalah di kantor namun justru melampiaskannya pada pasangan atau anak ketika sudah berada di rumah. Padahal, pasangan dan anak bukanlah target utama emosi yang ada saat itu.
Jenis defense mechanism ini paling mudah terlihat pada anak-anak. Ketika mereka merasakan trauma atau kehilangan, bisa terjadi regresi kembali ke fase sebelumnya seperti kembali mengompol atau menghisap jempol.
Regresi juga bisa terjadi pada orang dewasa. Entah itu pelariannya pada makanan, merawat binatang, menggigit kuku, dan banyak lagi. Tak jarang, seseorang akan memilih menghindari aktivitas normalnya sehari-hari karena merasa kewalahan dengan perasaannya.
Terkadang ada orang yang memaparkan fakta versinya sendiri demi menjelaskan mengapa perilakunya cenderung “ajaib”. Bagi orang yang menerapkan defense mechanism jenis ini, mereka akan merasa nyaman dengan pilihannya meskipun sadar bahwa dia sendiri juga melakukan kesalahan.
Jika ada defense mechanism yang dianggap strategi positif, sublimasi adalah salah satunya. Orang yang menerapkan mekanisme ini memilih melampiaskan emosi atau perasaannya pada objek atau aktivitas yang lebih aman.
Contohnya, seorang atasan yang marah terhadap perilaku bawahannya akan memilih melampiaskan emosinya dengan berolahraga. Selain itu, ada juga yang memilih sublimasi ke aktivitas lain yang berhubungan dengan musik atau kesenian.
Pengguna defense mechanism jenis ini sebenarnya sadar betul dengan apa yang dirasakannya, namun memilih untuk berperilaku sebaliknya. Contohnya orang yang tengah mengalami frustrasi justru berperilaku dengan sangat positif, begitu pula sebaliknya.
Demi bisa melindungi tiap elemen dalam kehidupan seseorang, ada juga yang memilih melakukan kompartementalisasi. Seperti namanya, ini berarti mengklasifikasikan aspek kehidupan ke dalam sektor-sektor independen.
Contohnya, seseorang memutuskan tidak akan membawa urusan pribadi ke ranah pekerjaan. Begitu pula dengan aspek lainnya. Dengan cara ini, seseorang bisa fokus menjalankan tugasnya tanpa memikirkan tentang masalah di aspek lain.
Terkadang ketika sedang berada di fase berusaha, seseorang akan menanggalkan seluruh emosi dan fokus pada fakta kuantitatif. Strategi ini bisa diterapkan kapan saja ketika dirasa perlu. Harapannya, dengan tidak mencampurkan emosi maka pekerjaan akan selesai dengan tuntas dan optimal.
Baca Juga
Memang benar bahwa terkadang defense mechanism berarti menipu diri sendiri dari emosi yang tengah dirasakan. Namun, tidak selamanya demikian. Ada juga bentuk mekanisme pertahanan yang merupakan strategi positif.
Satu yang pasti, defense mechanism sebagian besar terjadi tanpa disadari. Bahkan, seseorang tak tahu bagaimana pikiran atau ego dirinya akan merespons terhadap situasi tertentu.
Selama tidak mengganggu, tak ada yang salah dengan defense mechanism. Namun jika sudha dirasa tidak sehat, sebaiknya temukan orang terpercaya yang dapat membantu mengingatkan ketika mekanisme ini mulai muncul.
Tak kalah penting, pelajari strategi untuk menghadapi situasi yang tidak menyenangkan. Bagaimana pun, hidup tak mungkin berjalan mulus-mulus saja. Mekanisme pertahanan yang matang dapat membantu seseorang mengelola emosinya dengan tepat.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Manfaat granola sebagai sarapan pagi memang disebut sangat banyak. Namun, apakah manfaat granola ini setimpal dengan efek sampingnya?
Bahaya narkoba bagi kesehatan tidak hanya menyebabkan kecanduan, tapi juga berpotensi menyebabkan perubahan sel saraf otak, halusinasi, penyakit jantung, hingga kematian.
Dampak aplikasi cari jodoh yang bisa memunculkan kecanduan hingga kecemasan berlebih. Gunakanlah secara bijak dan ketahui batas pemakaiannya.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Dijawab oleh dr. R. H. Rafsanjani
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved