Masalah remaja yang perlu diwaspadai orangtua adalah masalah penampilan, akademis, bullying, percintaan, kecanduan gawai, hingga penyalahgunaan zat. Untuk mengatasinya, cobalah pahami perasaan anak dan ajak mereka berbicara.
25 Jul 2022
Ditinjau oleh dr. Karlina Lestari
Cyberbullying merupakan salah satu bentuk masalah remaja
Table of Content
Masa remaja sering disebut-sebut sebagai masa pencarian jati diri. Tidak heran, jika dalam fase ini, remaja sering dipenuhi dengan kebingungan. Berbagai masalah remaja juga bisa terjadi, mulai dari perkara sepele hingga masalah yang berdampak pada kesehatan mentalnya.
Advertisement
Sayangnya, sebagian orangtua tidak mengetahui atau memahami permasalahan remaja saat ini.
Padahal orangtua merupakan sosok yang seharusnya diandalkan anak untuk membantu menghadapi berbagai masalah yang sering dialami remaja.
Lantas, apa saja permasalahan remaja yang biasa terjadi?
Sebagai orangtua, Anda diharapkan bisa memahami berbagai masalah remaja yang biasanya terjadi. Berikut adalah masalah-masalah yang umumnya dialami remaja.
Kebanyakan remaja mulai memerhatikan penampilannya. Pada periode ini, mereka juga mulai tertarik dengan lawan jenis.
Namun, perubahan hormon bisa membuat remaja menjadi berjerawat, mengalami bau badan, dan menjalani berbagai perubahan lainnya pada tubuh.
Masalah berat badan juga dapat menyebabkan remaja merasa rendah diri. Mereka mungkin menyadari jika tubuhnya terlalu gemuk sehingga berusaha untuk diet.
Karena tidak percaya diri dengan bentuk tubuhnya, remaja bisa mengalami gangguan makan, seperti bulimia atau anoreksia. Mereka merasa takut berat badannya bertambah sehingga membiarkan dirinya kelaparan.
Remaja yang mengalami gangguan makan juga mungkin berusaha mengeluarkan makanan dari tubuhnya, misalnya dengan memuntahkan makanan yang sudah dimakan atau menggunakan obat pencahar.
Gangguan ini bisa menyebabkan mereka kekurangan nutrisi dan memicu terjadinya berbagai masalah kesehatan.
Masalah akademis termasuk salah satu masalah remaja klasik. Tidak sedikit anak remaja yang merasa kesulitan untuk mengikuti pelajaran, sering mendapat nilai jelek, prestasi menurun, tidak betah di sekolah, hingga melakukan bolos sekolah.
Belum lagi tekanan dari orangtua yang menuntut anak remajanya untuk berprestasi, seperti selalu mendapat ranking 1 atau diterima di sekolah favorit. Tidak sedikit juga anak-anak yang putus sekolah di usia remaja.
Bukan hanya fisik, gangguan mental juga dapat terjadi pada remaja. Depresi adalah salah satu masalah generasi muda yang tidak boleh diabaikan.
Analisis dari Pew Research Centre melaporkan bahwa tingkat depresi di kalangan remaja mengalami peningkatan dari dekade sebelumnya.
Depresi pada remaja utamanya bersumber dari rasa tertekan yang menuntut mereka untuk mendapat nilai bagus, masalah dalam keluarga, atau ketidakbahagiaan dengan kehidupan yang dimiliki. Hal ini bisa berujung pada menyakiti diri sendiri atau bahkan bunuh diri.
Karena perasaannya yang lebih sensitif dan labil, remaja juga bisa mengalami masalah dengan orang terdekat. Misalnya, ketika dinasihati orangtua, mereka tidak terima dan malah melawan atau bahkan pergi dari rumah.
Selain itu, ketika tersinggung dengan perkataan teman, mereka mungkin jadi memusuhi temannya tersebut.
Sebaliknya, mereka juga bisa dimusuhi sehingga menyebabkan perasaan sedih dan depresi.
Bullying adalah permasalahan remaja yang marak terjadi. Tidak sedikit anak remaja yang mendapat ejekan, intimidasi, ancaman, hingga kekerasan dari para pelaku bullying, terutama di sekolah.
Masalah remaja ini bisa membuat mereka merasa tertekan, stres, atau bahkan depresi.
Di era digital ini, cyberbullying (perundungan di dunia maya) juga harus menjadi perhatian orangtua.
Para pelaku bullying dapat mengolok-olok, menyebarkan kebohongan, dan mengucilkan anak, bahkan menghasut orang lain untuk menjauhi mereka melalui berbagai platform media sosial.
Contoh masalah hidup remaja lainnya adalah masalah percintaan. Memasuki masa remaja, anak-anak biasanya mulai suka terhadap lawan jenis dan mencoba menjalin hubungan romantis.
Pertengkaran dengan kekasih atau mendapat larangan dari orangtua bisa membuat anak remaja merasa sedih dan galau.
Karena rasa ingin tahunya yang besar, remaja juga mungkin mencoba melakukan aktivitas seksual. Sebagai orangtua, Anda perlu menjelaskan seputar pendidikan seks dan memberikan batasan-batasan dalam hal ini.
Anda juga perlu memberikan pemahaman bahwa hubungan seks bebas di masa remaja bisa meningkatkan risiko penyakit menular seksual atau kehamilan usia dini yang menyebabkan putus sekolah.
Adanya gadget atau gawai, seperti smartphone, laptop, atau tablet, dapat memudahkan komunikasi dan memberikan hiburan untuk anak remaja.
Namun, kecanduan gawai membuat remaja menghabiskan lebih banyak waktunya untuk bermain gawai. Tidak jarang, mereka bermain game atau media sosial sambil makan, bahkan hingga melupakan tugas sekolahnya.
Selain mengurangi aktivitas fisik, kecanduan gadget bisa menyebabkan remaja lebih senang menyendiri, memiliki lebih sedikit teman, dan berdampak buruk pada akademisnya.
Permasalahan yang dihadapi remaja juga bisa ditimbulkan oleh tekanan dari teman sebaya. Anak remaja mungkin diharuskan berperilaku sesuai aturan yang telah disepakati dengan teman-temannya.
Namun, tekanan ini dapat menyebabkan remaja melakukan hal yang seharusnya tidak boleh dilakukan, misalnya bolos sekolah atau tawuran. Jika tidak mengikutinya, mereka bisa dikucilkan atau dijauhi teman-temannya.
Merokok merupakan salah satu masalah remaja yang cukup mengkhawatirkan. Tidak sedikit remaja sekolah yang mulai terbiasa merokok.
Ada yang merasa bahwa merokok itu keren, ada pula yang melakukannya karena mengikuti teman atau keluarga.
Padahal rokok bisa berdampak serius pada kesehatan remaja, termasuk meningkatnya jumlah dan keparahan penyakit pernapasan, penurunan kebugaran fisik, dan masalah pada fungsi paru-paru.
Konsumsi minuman keras maupun penggunaan obat-obatan terlarang adalah masalah yang dihadapi remaja saat ini.
Anda mungkin pernah membaca berita mengenai pesta miras atau narkoba yang dilakukan oleh remaja.
Tindakan ini bisa dipicu oleh kurangnya pengendalian diri anak, dan pergaulannya yang salah. Masalah remaja tersebut dapat mengurangi kontrol diri dan meningkatkan perilaku berisiko, seperti melakukan seks yang tidak aman.
Selain itu, alkohol dan penggunaan narkoba dapat menyebabkan masalah kesehatan di kemudian hari, dan mempengaruhi harapan hidup.
Hal tersebut juga dikaitkan dengan perubahan neurokognitif yang dapat memicu masalah perilaku, emosional, sosial, dan akademik.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat memperkirakan bahwa sekitar 20 persen remaja berusia 12-19 tahun mengalami obesitas.
Selain lebih rentan terkena bullying, remaja obesitas memiliki risiko masalah kesehatan yang jauh lebih besar, seperti diabetes, radang sendi, penyakit jantung, dan kanker.
Selain itu, mereka juga berisiko mengalami gangguan makan karena ingin mengubah penampilannya.
Baca Juga
Orangtua harus memahami berbagai permasalahan remaja dan solusinya. Berikut adalah beberapa hal yang bisa dilakukan untuk membantu mengatasi masalah remaja saat ini.
Bagi Anda yang ingin bertanya lebih lanjut seputar masalah kesehatan remaja, tanyakan langsung pada dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download sekarang di App Store dan Google Play.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Deliberate practice adalah latihan khusus yang bertujuan dan sistematis. Cara belajar ini dapat diterapkan untuk menguasai suatu hal, misalnya akademik, musik, atau jenis olahraga tertentu.
Setiap orang tua pasti ingin anaknya berkelakuan baik di sekolah. Namun, kasus bullying masih sering terjadi. Jika Anda sebagai orangtua bingung menangani anak yang kerap melakukan tindakan bullying, ada baiknya pahami cara mendidik anak berikut ini.
Jika kebiasaan mengisap jempol jika dibiarkan akan berdampak buruk bagi perkembangan psikis dan gigi anak. Para ahli di bidang psikologi, pediatrik, dan kedokteran gigi anak menjelaskan bahwa ada beberapa cara menghilangkan kebiasaan mengisap jempol pada anak.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved